Eksotisme Gili Tanada (1)

Cocok Untuk Berbulan Madu, Tawarkan Keindahan Bawah Laut

Gili Tanada yang merupakan singkatan dari Gili Tangkong, Gili Nanggu, dan Gili Sudak semakin ramai menjadi buah bibir, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Keindahan yang ditawarkan ketiga gili tersebut membuatnya menjadi primadona diantara sejumlah gili lainnya yang terdapatdi perairan Sekotong.

DI antara ketiga Gili Tanada, masing-masing memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri. Begitu pula dengan Gili Tang¬kong yang sering dijuluki sebagai pulau perawan. Julukan tersebut agaknya tak berlebihan.

Ketika menginjakan kaki pertama kali di gili tersebut pada Kamis (11/09), saya pun dibuat takjub akan pemandangan setempat yang benar-benar masih alami. Tak banyak bangunan yang terlihat di atas pulau seluas 28 hektar are tersebut. Hanya terdengar deburan ombak yang bernyanyi sepanjang saya melangkahkan kaki di pesisir pasir putihnya. Keindahan hamparan laut biru nan bersih pun semakin memanjakan mata, membawa siapapun sejenak terbebas dari hiruk pikuk aktifitas sehari-hari.
Kesunyian itulah yang justru men¬jadi nilai jual dari Gili Tangkong di banding obyek wisata lainnya. Tak heran, Gili Tangkong pun menjadi pilihan bagi mereka yang hendak menikmati waktu sendiri, jauh dari hiruk pikuk keramaian. “Makanya, gili ini biasanya ramai dikunjungi pasangan yang hendak berbulan madu,” kata Abdurrahman, salah seorang penggiat wisata setempat. Tak kalah indahnya pesona yang ditawarkan oleh Gili Nanggu, yang masih bertetangga dengan Gili Tangkong. Dengan segala keindahan yang ditawarkan pesona Gili Nanggu sedang menanjak selama beberapa waktu terakhir. Tak sedikit yang memuji obyek wisata ini sebagai surga dunia di Barat Lombok.

Tekstur pasir putih di Gili Nanggu yang lembut menjadi nilai jual tersendiri. Namun tidak saja keinda¬han pemandangan di daratan tersebut yang siap memanjakan pengunjung. Pasalnya, menurut Abdurrahman, dunia bawah laut setempat pun menjanjikan pesona yang tak ka¬lah memukau. Ragam biota laut siap menemani pengunjung yang melakukan snorkeling di perairan dangkal sekitar pulau tersebut.

Menariknya, ikan-ikan setempat juga tergolong bersahabat dengan manusia. kumpulan ikan dengan berbagai macam spesies seakan- akan menyambut kedatangan anda, dengan memberi makan roti yang sudah diremas lalu dimasukkan ke dalam botol air mineral, begitu indah sekali dan terasa berada di kehidupan bawah laut.

“Jadi pemandangan bawah laut di sini sangat bagus. Terutama bagi yang suka foto-foto bawah laut,” katanya.

Bagi mereka yang ingin berlama- lama ataupun ingin menyepi di Gili Nanggu tak perlu merasa khawatir. Sebab, di pulau ini telah tersedia fasilitas akomodasi yang terbilang modem. Selain memiliki pilihan akomodasi yang beragam, resort ini turut dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Harga yang ditawarkan untuk penginapan sendiri bervariasi.

Gili terakhir yang tak kalah memukau adalah Gili Sudak. Pulau kecil yang satu ini juga sering diistilahkan sebagai pulau perawan karena juga memang masih sangat alami dan nyaris tak berpenghuni. Selain pemandan¬gan alamnya yang memikat, satu hal lagi yang menarik dari gili ini adalah keberadaan sejumlah bintang laut dan bulu babi di perairan setempat. (bersambung)

Sumber: Harian Lombok Post: Selasa, 16 September 2014

Kantor Karantina Hewan Dipasangi Plang

Tim Aset Minta Lahan Dikosongkan

GIRI MENANG-Kasus dugaan penyerobotan lahan milik Pemkab Lombok Barat (Lobar) seakan tak kunjung usai. Kali ini, tim aset menyebut aset pemda yang merupakan eks Kantor Karan¬tina Hewan di Lembar disebut telah dikuasai masyarakat. Sebagai bentuk pengamanan, tim telah memasang plank di lokasi tersebut.

Anggota tim aset Pemkab Lobar, Hasbi mengatakan, di tanah seluas 7.085 meter persegi itu kini telah berdiri gudang kayu yang dimiliki pengusaha CCM (inisial, Red). Berdasarkan penelusuran tim, tanah ini dibeli CCM dari seorang oknum PNS pemprov LW (inisial. Red) yang mengaku tanah tersebut merupakan tanah warisan orang tuanya.

‘’Tanah tersebut .dijual LW ke CCM tahun 2007 dengan per are dijual Rp 4 juta. LW sebelum menjual telah menyertifikatkan tanah ini tahun 2003,” kata Hasbi kepada Lombok Post, kemarin.

Hasbi menyebut, tanah ini telah dipindahtangankan kepemilikannya dari LW ke CCM dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 539. Dialog antara tim dengan pihak pengusaha pun sejauh ini telah dilakukan namun belum menemukan titik temu.

Sementara di kubu pemkab, tanah terse¬but diklaim sebagai aset daerah dengan bukti Buku Tanah Hak Pakai No 34 yang diterbitkan tahun 1995 oleh badan pertanahan nasional (BPN) setempat. Dalam surat kepemilikan tersebut, batas-batas ta¬nah di lokasi ini juga dikukuhkan dengan tanda tangan kades yang menjabat saat itu.

Hasbi sangat yakin dengan bukti yang dikantongi pihaknya, mereka bisa mengajukan pembatalan sertifikat kepemi¬likan oleh CCM ke BPN. Mereka juga meminta sementara waktu lahan tersebut bisa dikosongkan dari semua aktivitas. ‘Tapi kami menyadari jika ada sekitar puluhan masyarakat yang bekerja di lokasi ini. Hal ini mungkin menjadi pertimbangan kami untuk memberi kelonggaran,” tandasnya.

Hasbi menyebut, pemasangan plang di lokasi ini sudah dilakukan dua kali. Na¬mun plank yang dipasang pada Agustus lalu dicabut oleh oknum tertentu sehingga awal September lalu bersama Satpol PP tim kembali melakukan pemasangan plang.

Selain mengamankan aset, tim juga akan memperkarakan kasus dugaan penyerobotan aset daerah ini. Mereka akan melaporkan LW ke kejaksaan termasuk pihak lain yang diduga terlibat dalam kasus ini. (ida)

Sumber: Harian Lombok Post: Selasa, 16 September 2014

Lobar Wacanakan Pembuatan TPST

IMG_20140916_094050GIRI MENANG – Berbagai gebrakan terus dilakukan Dinas Tata Kota, Pertamanan dan Kebersihan (DTKPK) Lombok Barat (Lobar) untuk mewujudkan daerah yang bersih dari sampah. Pada tahun 2015, pihak dinas mewacanakan akan membuat TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) di masing-masing kecamatan.

“Dari TPST itu lah akan diolah sampah-sampah organik dan anorganik warga sehingga menghasilkan nilai tambah,” kata Sekretrias DKPTK Lobar Agus Gunawan didampingi Kabid Kebersihan drh Gde Sudiana, kemarin. (lebih…)

Masyarakat Pesisir Jangan Jadi Penonton

GIRI MENANG- Meski wilayah perairan Kabu¬paten Lombok Barat (Lobar) memiliki potensi yang besar, sebagian masyarakat pesisir sendiri masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kedepannya, mereka pun diingatkan untuk tidak lagi menjadi penonton. Melainkan, harus lebih cekatan dan tanggap dalam mernanfaatkan peluang.

“Tahun depan, kita sudah memasuki era perdagangan bebas. Kompetisi akan semakin sengit karena pekerja dari negara lain akan lebih leluasa mencari peluang di negeri kita. Untuk itu, masyarakat pesisir tidak boleh hanya menjadi penonton saja,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar Ir HA Subandi saat menggelar pertemuan dengan masyarakat Desa Gili Gede Indah, Kecamatan Sekotong, beberapa waktu lalu.

Dipaparkan, berdasarkan hasil salah satu survey, rata- rata penghasilan masyarakat pesisir Indonesia saat ini hanya sekitar Rp 3 juta per tahun. Dengan segala sumber daya alam yang ada, menurut Subandi, sebenamya tidak menutup kemungkinan bahwa di kemudian hari, kesejahteraan masyarakat pesisir bisa meningkat.

“Kedepannya, rata-rata penghasilan masyarakat pesisir jangan Rp 3 juta per tahun tetapi harus bisa Rp 3 juta per bulan,” imbuhnya.
Terutama di wilayah perairan Sekotong sendiri, lanjut Subandi, potensi yang tersedia sangat menjanjikan. Mulai dari budidaya hasil laut seperti perikanan, rumput laut, dan lain sebagainya. Kedepannya, Dinas Perikanan dan Kelautan sendiri berencana akan membantu pembangunan rumah usaha di wilayah setempat. Sehingga, nelayan lokal pun bisa lebih mudah dalam memasarkan hasil usahanya.

“Di perairan sekotong ini sudah mulai banyak baby lobster. Terutama di Gili Gede Indah, tangkapan tongkol sangat banyak,” kata Subandi. Disamping itu, masyarakat pesisir setempat juga sangat diuntungkan dengan keindahan alam yang ada. Sehingga, semakin ramai menyedot minat wisatawan untuk berkunjung. Peluang di sektor wisata itu pun, lanjut Subandi, bisa dimanfaatkan oleh masyarakat pe¬sisir untuk menambah penghasilan. Mereka diharapkan, bisa bekerja sama dengan pelaku usaha wisata setempat. Misalnya dengan menjual langsung produk-produk olahan mereka kepada wisatawan dan usaha penginapan.
“Dengan menggeliatnya sektor wisata di sini, bisa membuka peluang usaha baru di bidang kerajinan. Produk-produk laut yang dihasilkan juga lebih mu¬dah dipasarkan. Saya dapat informasi bahwa di Gili Asahan akan segera dibangun hotel dan restoram terapung. Masyarakat pesisir harus mernanfaatkan ini,” pungkasnya.
Sementara, hambatan akan keterbatasan sarana prasarana sendiri masih menjadi keluhan masyarakat pesisir, khususnya di Gili Gede Indah. Terutama. keti- adaan layanan listrik, termasuk untuk peneranganan, diakui,cukup menghambat produktifitas masyarakat sehari-hari.
“Kita sudah bayar Rp 500 ribu per rumah untuk pemasangan instalasi listrik. Namun. tiang listriknya sendiri sampai sekarang belum ada. belum terlayani. Semoga bisa segera karena sangat dibutuhkan warga.” kata Musdan, Kadus Orang Bukal, Desa Gili Indah. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Senin, 15 September 2014

Pengurus IBI Lobar Diharapkan Tingkatkan AKINO

Muscab Kelima IBI Lobar

GIRI MENANG- Musyawarah cabang (Muscab) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Lombok Barat (Lobar) kelima digelar kemarin pagi. Para pengurus yang baru terpiliih diharapkan mampu meningkatkan pro¬gram Angka Kematian Ibu Nol (AKINO) sehingga berimplikasi pada integritas peran bidan yang makin tinggi dalam melayani masyarakat.

Ketua Panitia Muscab Ni Ketut Mertawati dalam laporannya mengatakan, IBI adalah organisasi profesi atau wadah satu-satunya profesi bidan di Indonesia. IBI yang berdiri pada tanggal 24 Juni 1951 mempunyai wahana pertemuan tertinggi di tingkat kabupaten yaitu muscab yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali. Melalui kegiatan yang dilaksanakan ini diharapkan evaluasi program selama lima tahun dan perencanaan ke depan selama lima tahun dapat disampaikan secara terbuka. Selain itu juga dalam kegiatan ini dilak¬sanakan pemilihan pengurus cabang.

”Tema muscab kali ini yakni ‘Penguatan Pro¬fesi Bidan Untuk Mempersiapkan Generasi Yang Berkualitas’. Selain itu kegiatan ini dapat terselenggara dengan ada kerja sama dari berbagai pihak termasuk juga Pemkab Lobar,” katanya.

Muscab kelima yang merupakan musyawarah ter¬tinggi dalam keorganisasian IBI ini yang berlangsung di Hotel Jayakaita dihadiri langsung Bupati Lombok Barat H Zaini Arony, Sekda Lobar, Ketua DPRD Lobar, Ketua IBI Provinsi NTB, Kepala Dinas Kesehatan Lobar H Rachman Sahnan Putra, serta Ketua IDI Cabang Lobar.

Muscab diawali dengan penyampaian pertanggung jawaban Ketua IBI Lombok Barat Hj Sukanawati. Ia mengungkapkan muscab bertujuan memperkuat organ¬isasi profesi bidan untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Sejauh ini IBI Lobar selama dipimpinnya mampu menurunkan angka kematin ibu dan anak.

’’Dimana pada tahun 2013 angka kematian ibu mencapai sepuluh orang. Kemudian menurun menjadi empat orang di tahun 2014,” katanya. Angka kematian anak juga diklaim menurun dari 60 anak di tahun 2013 menurun menjadi 40 anak di tahun 2014 menurun menjadi 40 anak di tahun 2014.
Sukanawati juga berharap dengan terlaksananya muscab ini dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi organisasi profesi.

Sementara Kadis Kesehatan Lobar H Rachman Sahnan Putra dalam sambutannya mengungkapkan bidan memiliki peran yang sangat strategis. Hal ini dikarenakan mereka berada di garda depan dalam keselamatan ibu dan anak. Pemkab Lobar sendiri telah menempatkan bidan di daerah-daerah terpencil dan memberikan insentif khusus. ’’Sejauh ini jumlah bidan di Lobar mencapai 380 bidan yang tersebar di 117 poskesdes dengan 17 puskesmaskatanya.

Rahman berharap kepengurusan IBI lobar periode selanjutnya memiliki sekretariat yang bisa digunakan untuk menujang kinerja organisasi profesi ini. Dirinya juga berharap organisasi ini mampu memberikan pembinaan profesi bagi bidan-bidan lainnya yang belum menunjukkan kinerja dan profesionalisme dalam melayani masyarakat.

Bupati Lobar H Zaini Arony sebelum membuka acara muscab dalam amanatnya mengatakan esensi muscab harus dilakukan dengan restrospeksi berupa kajian tentang sejarah berdirinya IBI. Baru selanjutnya melakukan introspeksi diri terhadap kepengurusann.

Selain itu, bupati juga mengapresiasi kinerja IBI yang telah mendukung pemerintah untuk mencip¬takan Lobar Sehat. ”Saya sangat mengapresiasi kinerja IBI Lobar, terutama mampu dalam menekan angka kematian ibu dan anak,” katanya.

Bupati berjanji akan memberikan fasilitas berupa gedung sekretariat bagi pengurus IBI selanjutnya. Dia juga akan meningkatkan insentif bagi para bidan di daerah pelosok berupa tambahan gaji dan fasilitas sepeda motor. ”Saya meminta pengurus untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam rangka me¬ningkatkan kineija IBI kedepannya,” tandasnya. (nur/*)

Sumber: Harian Lombok Post: Senin, 15 September 2014

Lobar Segera Bangun 3 TIC

Setiap Obyek Wisata Harus Berkompetisi

GIRI MENANG-Untuk menunjang sektor kepariwisataan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) akan segera membangun tiga unit Tourist Information Center (TIC). Rencananya, ketiga TIC itu, masing-masing akan ditempatkan di sejumlah titik obyek wisata andalan Lobar. Seperti di Senggigi, Narmada, maupun Lembar.

“Kita terus berupaya memaksimalkan penataan sejumlah obyek wisata. Diantaranya, akan segera dibangun tiga TIC kata Kepala Dinas Pariwisata Lobar I Gde Renjana. Diakui Renjana, sejauh ini, memang belum tersedia TIC untuk menunjang kepariwisataan di Lobar. Padahal, keberadaan TIC tersebut termasuk bagian dari standar pelayanan terhadap wisatawan. Melalui TIC, para tamu dapat lebih mudah mengakses ragam informasi terkait sektor wisata atau obyek-obyek menarik di Lobar.

“TIC ini bagian dari upaya mewujudkan standar pelayanan, khususnya bagi wisatawan. Apalagi, Lobar ini kan termasuk destinasi utama wisata di NTB,” imbuhnya. TIC sendiri sengaja dibangun di sejumlah obyek wisata andalan Lobar. Sehingga, lebih mudah dijangkau ataupun diakses oleh wisatawan yang tengah menikmati liburannya.

Sebagaimana diketahui, kata Renjana, kunjungan wisa¬tawan di Senggigi terus mengalami peningkatan. Demikian juga ke beberapa obyek wisata yang ada di seputaran Nar¬mada. Sementara, TIC juga dibangun di Lembar sebagai gerbang masuk wisatawan dari luar pulau.

“Pembangunan TIC sendiri menelan dana APBD sekitar 15-20 juta per unitnya,” imbuh Renjana.
Di samping menyiapkan TIC di beberapa obyek wisata, pemerintah sendiri, lanjut Renjana, memang tengah giat menyiapkan infrastruktur atau sarana prasarana lain untuk menunjang kepariwisataan di berbagai wilayah. Mulai dari perbaikan akses jalan, penyediaan lapak-lapak pedagang di sekitar obyek wisata, dan berbagai upaya lainnya.

Lobar sendiri, kata Renjana, memang memiliki begitu banyak potensi wisata. Masing-masing juga memiliki karakteristik tersendiri. Masyarakat hingga pelaku usaha di setiap obyek wisata itu pun diminta untuk terus berbenah dan bersaing untuk mengembangkan kawasan wisata setempat. Sehingga, tidak akan ditinggalkan oleh wisatawan.

“Kita berharap semua obyek wisata di Lobar ini bisa ramai oleh wisatawan. Untuk itu, masyarakat juga harus terns bersaing untuk mengembangkan obyek wisata mereka dan menarik sebanyak-banyaknya wisatawan, pungkas Renjana. (uki)
Sumber: Harian Lombok Post: Sabtu, 13 September 2014

Festival Senggigi Harus Hadirkan Inovasi Baru

Tahun Depan, Ditetapkan Jadi Even Nasional

GIRI MENANG-Semakin mendekati pelakanaan Festival Senggigi, berbagai persiapan terus digenjot panita penyelenggara. Bupati Kabupaten Lombok Barat (Lobar) H Zaini rony pun mengingatkan agar dalam pelakanaan even tahunan tersebut, terus dilakukan povasi. Sehingga, bisa lebih menarik perhatian halayak, khususnya wisatawan.

|“Dalam Festival Senggigi tahun ini, hams ada iriovasi, kreasi bam yang sifatnya dinamis. Jangan hanya bersifat monoton, sehingga makin membosankan bagi para pegiat, peserta dan , wisatawan pengunjung dalam pelaksanaannya nanti,” tegas Zaini.
Menurutnya, selama beberapa tahun pelaksa¬naan Festival Senggigi, suguhan yang disajikan pmasih terkesan monoton. Selama ini, sedikit saja perubahan dari segi konsep acara maupun jkreasi yang ditampilkan dalam even tersebut. Padahal. hal-hal baru yang menarik menjadi jualan utama yang memberi kesan lebih bagi wisatawan.

Zaini juga menyoroti rencana pelaksanaan sejumlah mata lomba pada rangkaian Festival Senggigi tahun ini. Ia berharap agar lomba-lomba itu bias berpusat pada satu lokasi saja, tidak tersebar. Hal ini dimaksudkan agar para wisatawan atau pengunjung lainnya tak merasa kebingungan dan kesulitan mencari lokasi. Di samping agar lokasi juga akan terlihat lebih ramai.

‘’Pada saat lomba bisa ditampilkan lebih dinamis. Sedangkan yang sifatnya statis bisa ditampilakan tarian hasil-hasil karya/kerajinan lokal setempat.” lanjut Zaini. Orang nomor satu di Lobar itu juga mengin¬gatkan agar rangkaian jadwal kegiatan Festival Senggigi bisa disampaikan ke seluruh hotel. Hal ini dimaksudkan agar para wisatawan yang tengah berlibur dan menginap bisa mengetahui dan menghadiri berbagai kegiatan yang diselenggarakan pada festival tahunan tersebut.

“Yang paling penting dari festival ini ha¬rus bisa menunjukan budaya kita sebenarnya karena ini menyangkut khasanah budaya yang kita miliki,” pungkas bupati. Mengamini arahan bupati Lobar, panitia pun memastikan bahwa Festival Senggigi terse¬but akan dibuat berbeda dengan pelaksanaan festival serupa tahun-tahun sebelumnya. Jika festival sebelumnya hanya ditandai dengan pawai budaya dan atraksi budaya saat melintas dihadapan tamu atau pementasan seni budaya atas panggung, namun kali ini akan diinovasikan dengan kreativitas lain yang lebih atraktif, unik dan natural.

Sementara, pada pelaksanaan Festival Senggigi tahun mendatang, ada kabar yang membanggakan. Pasalnya, Festival Senggigi yang notabene menjadi andalan Lobar akan ditetapkan dan masuk dalam even nasional. Jika pada Festival Seng¬gigi pada tahun-tahun sebelumnya hanya berskala lokal atau hingga tingkat regional saja, namun setelah Dinas Pariwisata Lobar menghadap ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Festival Senggigi disetujui tahun 2015 dijadikan sebagai kalender event festival berskala nasional.

“Untuk itu kita diminta mengajukan proposal kegiatan yang lebih lengkap untuk menuju Festival Senggigi sebagai even nasi¬onal. Karena tidak mudah untuk bisa menaikkan peringkat even nasional,” kata Kadis Pariwisata Lo¬bar Gde Renjana. (uki)
Sumber: Harian Lombok Post: Sabtu, 13 September 2014

Puskesmas Gunungsari Optimis Jadi BLUD

GIRI MENANG-Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gunungsari tengah menyiapkan diri untuk menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Dengan sumber daya yang ada sejauh ini, puskesmas yang kerap mengantongi juara di berbagai ajang perlombaan tersebut mengaku optimis dapat menjadi BLUD.

“Kita berencana untuk menjadi BLUD sebagai suatu solusi strategis dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat,” kata Akmal Rosamali, kepala Puskesmas Gunungsari.

Dengan menjadi BLUD, lanjutnya, puskesmas memiliki kewenangan otonomi, mulai dari penganggaran hingga pengelolaan keuangan. Puskesmas membuat neraca keuangan sendiri, keuntungan dari kegiatan layanan yang diberikan dapat dipergunakan untuk membiayai berbagai kekurangan yang ada, seperti sarana maupun prasarana kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

Disebutkan, tiga syarat untuk menjadi PPK BLUD, meliputi syarat substantif, teknis dan administratif. Persyaratan substantif meliputi penyediaan barang dan jasa, pengelolaan wilayah dan pengelolaan dana khusus, syarat teknis, kinerja pelayanan layak kelola dan memenuhi standar kinerja keuangan yang sehat. Sedangkan syarat administratif, meliputi adanya pernyataan kesanggupan dari pengelola puskesmas, komitmen meningkatkan kinerja, memiliki konsep tata kelola yang baik, perencanaan strategi bisnis, memiliki standar pelayanan minimal, ada laporan keuangan pokok/prognosa laporan keuangan serta laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia diaudit secara independen.

“Melihat syarat menjadi PPK BLUD Puskesmas, diyakini kebijakan tersebut akan berdampak langsung pada upaya peningkatan pelayanan,” imbuh Akmal.

Untuk itu, puskesmas Gunungsari sendiri mengaku terus melengkapi segala persyratan Agar lebih memantapkan langkah menjadi BLUD, kata Akmal , Puskesmas Gunungsari sudah melakukan studi banding hingga ke Sleman, Yogyakarta.
“Dipastikan, kehadiran BLUD Puskesmas tetap menguntungkan masyarakat miskin karena berdampak terhadap peningkatan kualitas layanan,” pungkasnya.(uki)
Sumber Harian Lombok Post: Rabu, 10 September 2014

Penerapan Kurikulum 2013 Belum Maksimal

GIRI MENANG – Sebagian sekolah di Lombok Barat (Lobar) mengeluhkan pelaksanaan kurikulum baru 2013 yang diterapkan tahun ini. Pasalnya kelengkapan berupa buku baik untuk panduan guru dan buku ajar untuk peserta didik belum terdistribusi semuanya.

Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lobar mencatat distribusi buku tersebut baru terlaksana 19 persen untuk SD dan 56 persen untuk SMP serta SMA. Untuk menanggulangi kekurangan buku, sekolah- sekolah diberikan dalam bentuk CD dengan tujuan untuk diperbanyak. Sedangkan untuk biaya perbanyakan buku tidak ada biaya khusus dari pusat maupun dari pemda, sehingga sekolah terpaksa memakai dana bantan operasional sekolah (BOS) untuk membiayainya.

Hal ini diakui Kepala SMA 1 Labuapi, Ma’rif. Pihaknya cukup kelabakan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 karena baru separuh kelengkapan yang diterima. “Sebagian besar belum kami terima kelengkapannya,” akunya, kemarin.
Ia menyebutkan belum semua buku seperti buku wajib B, buku pedoman dan buku ajar serta buku mata pelajaran diterima. Hanya buku mapel bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika dan PPKN. Untuk kekurangannya sendiri diberikan dalam bentuk CD, akan tetapi itupun tidak semua diberikan. Karena itu, sekolah terpaksa memperbanyakan dengan menggunakan dana BOS. Menurut aturan, langkah itu diperbolehkan karena dana ini diarahkan untuk operasiolnal. “Mau tidak mau terpaksa kami pakai dana BOS,” cetusnya.

Untuk menanggulangi, sementara sekolah hanya bisa mengkopi- kan per bab agar dana BOS tidak terlalu banyak digunakan. Padahal seharusnya kelengkapan kurikulum ini diberikan semua mapel.
Ma’rif menambahkan, menurut rencana akan ditunjuk penga- was per wilayah, yakni utara mencakup Gunungsari, Batulayar, wilayah tengah Narmada, Lingsar, dan wilayah selatan termasuk Gerung, Labuapi, Kediri, Kuripan, Lembar dan Sekotong. “Setiap sekolah akan ditunjuk dua pengawas,” tukasnya.

Terpisah, Kepala Sanggar Penjamin Mutu Pendidikan Lobar, H Ahmad menyatakan, pelaksanaan Kurikulum 2013 seperti karbi- tan karena terkesan dipaksakan. Pasalnya, sarana dan prasarana buku pedoman masih belum terdistribusi semua. Namun mau tidak mau, program ini harus dilaksanakan.
‘ ’ Seharusnya pengadaan diberikan ke daerah supay a menghindari ada persoalan. Kalau seperti ini terkesan dipaksakan,” ujamya.
Terpisah, Kadis Dikbud Lobar Ispan Junaidi mengungkapkan masih kecilnya buku yang terdistribusi menjadi kendala utama dalam penerapan Kurikulum 2013. Untuk mensiasatinya, sekolah-sekolah diberikan CD kemudian diperbanyak oleh sekolah menggunakan dana BOS (bantuan operasional sekolah). ”Saya sudah kumpulkan seluruh guru se-Lobar untuk menjelaskan persoalan yang sedang dihadapi dalam penerapan kurikulum baru ini,” terangnya.

Ditambahkan, kurikulum ini menurutnya, sebenamya sangat baik, karena berkerangka pada pendidikan karakter dengan hajatnya mempersiapkan generasi menghadapi era digital tahun 2045. Namun persoalannya, mestinya kurikulum melalui uji coba dahulu sebelum diterapkan. Dari semua kesiapan itu, sarana buku yang paling berrriasalah. ’’Daerah siap membantu distribusi agar kurikulum ini bisa segera diterapkan maksimal,” tandasnya.

Pengadaan buku ini dikendalikan oleh pusat bekeija sama dengan 31 perusahaan penyedia jasa. Sehingga ada penghematan 75 persen terkait harga buku daripada dijual di pasar. “Ideny a bagus, karena dengan pemu- satan maka pencetakan buku bisa dikontrol karena selama ini buku yang diterbitkan cukup bervariasi dengan kedalaman mated berbeda-beda.
Tapi disini yang bermasalah distribusinya,”tukasnya. (Puj)

Sumber: Lombok Post: Sabtu, 30 Agustus 2014

Tiga SMP Baru Didirikan di Daerah Terpencil di Lobar

Bantuan Dana Hibah Australia
GIRI MENANG – Dalam rangka mengatasi permasalahan kurangnya sarana pendidikan di sejumlah daerah terpencil di Lombok Barat (Lobar), pemerintah kabupaten (pemkab) setempat akan membangun sejumlah sekolah baru. Tahun ini ada tiga sekolah menengah pertama (SMP) di sejumlah daerah terpencil yang akan dibangun.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lobar, Ispan Junaidi kemarin mengatakan, tiga sekolah dibangun di dua kecamatan yakni satu sekolah di GunungSari dan dua sekolah di Sekotong. Tiga unit sekolah baru (USB) tersebut yakni SMP 4 Ranjok di Gunungsari, SMP 5 Batu Putih dan SMP 6 Tawun di Sekotong.

’’ (lebih…)

1 23 24 25 26 27