Giri Menang, Kamis 12 Desember 2019 – Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menggelar peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN), Hari Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI, Hari AIDS Sedunia, Hari Bhakti Pekerjaan Umum, dan Hari Dharma Wanita Persatuan (DWP) secara serentak, Rabu (11/12) kemarin. Puncak peringatan kelimanya dilaksanakan di Kantor Bupati dengan menggelar banyak kegiatan.

Kegiatan diawali dengan senam pagi, jalan sehat mengelilingi kawasan pusat perkantoran bupati disertai denganpembagian doorprize. Kegiatan juga diisi dengan bazaar murah, dan layanan kesehatan gratis.

Penggabungan banyak acara peringatan bukan semata-mata untuk efisiensi waktu dan efektivitas tujuan, namun menjadi gambaran tentang keluasan tugas dan kewajiban selaku pemerintah daerah. Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Lobar Hj. Sumiatun saat memberikan sambutan pada kegiatan tersebut.

Memperingati Hari Bhakti Pekerjaan Umum, Sumiatun berharap semangat pelayanan yang bersifat infrastruktur harus juga ditransformasikan menjadi pelayanan sosial yang lebih luas kepada masyarakat. Dalam konteks itu, maka Pemerintah dan seluruh aparaturnya, tidak boleh menjadi elitis.

“Kita harus mentransformasi diri dari ‘dilayani’ menjadi ‘melayani’. Maka Aparatur Sipil Negara adalah pemberi layanan yang harus prima kepada masyarakat luas,” tegasnya.

Dalam kaitannya dengan peringatan hari KORPRI, Sumiatun mengajak setiap anggota KORPS harus saling dukung satu dengan lainnya, berkoordinasi dan saling empati dalam gotong royong, dan menjadi pelengkap bagi lainnya. Mantan Ketua DPRD Lobar ini mengibaratkan KORPRI sebagai satu “bangunan” atau “tubuh” yang saling menguatkan satu dengan lainnya. Bila satu mengalami sakit, maka sakit tersebut akan berdampak dan menjadi sakit bagi yang lainnya. Bila satu lemah, maka akan melemahkan struktur bangunan lainnya.

Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai ASN, ia mengambil contoh misalnya satu keberhasilan yang diusung oleh satu Perangkat Daerah, maka keberhasilannya bukanlah keberhasilannya sendirian secara parsial, namun keberhasilannya adalah milik Perangkat Daerah lainnya yang telah berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena banyak irisan tugas yang sama dan sejalan.

“Inilah makna hakiki mengapa kita memperingati setiap tahun Hari KORPRI di mana hari ini kita menggabungkannya dengan peringatan-peringatan yang lainnya,” ujarnya.

Sumiatun kemudian melanjutkan bahwa secara personal, setiap ASN itu berinterkasi secara kontinyu dan dinamis dalam spektrum sosial. Maka menurutnya dalam upacara kali ini, menjadi sangat relevan ketika Hari KORPRI diperingati bersamaan dengan Hari Dharma Wanita.

“Wanita yang ber-dharma adalah kaum perempuan yang memberikan kontribusi utuhnya dalam pembangunan manusia. Dalam spektrum pendidikan ditegaskan, sosok ibu adalah sekolah pertama bagi umat manusia. Para ibu tidak hanya menjadi media pemberian kehidupan, namun telah menjadi penentu peradaban manusia,” jelas Sumiatun disambut tepuk tangan dari para hadirin yang hadir dalam peringatan tersebut.

Erat kaitannya dengan kesehatan, Sumiatun melihat lifestyle para ibu dalam pola asuh menjadi sangat mempengaruhi pembangunan yang bergerak di bidang kesehatan. Di era multimedia dan revolusi industri 4.0 yang hari ini telah merambah sampai ke ruang-ruang private dan keluarga, maka keluarga terutama ibu menjadi benteng yang diharapkan sangat kuat terhadap intervensi pengaruh multimedia yang negatif.

“Untuk itu, selaku Kepala Daerah saya memberikan porsi perhatian penting pada sosok ibu dan para calon ibu. Perhatian tersebut harus diderivasikan dalam aneka program yang melekat pada Perangkat Daerah di mana Dharma Wanita Persatuan Patut Patuh Patju menjadi pendorong utamanya,” katanya.

Menyangkut media, dengan semakin mudahnya siapapun mengakses informasi yang negatif melalui berbagai media. Salah satu contoh disebutkan Sumiatun adalah fenomena media sosial dan media online yang tidak terbatas, sehingga penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan seksual telah dianggap sebagai fenomena biasa dan tidak lagi dianggap sebagai hal yang tabu. Tentu menjadi sangat berbahaya bagi pembangunan sumber daya manusia di masa depan.

“Alhamdulillah, dengan perayaan Hari AIDS se-dunia, kita semua diingatkan bahwa tidak ada benteng moral sosial terbaik buat kita kecuali agama, norma, hukum, dan etika yang dibangun secara dini melalui keluarga,” pungkasnya.