Giri Menang: Hal itu disampaikan Bupati Lombok Barat (Lobar) Dr. H. Zaini Arony, M.Pd., saat bertemu dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) NTB di Ruang Rapat Umum Kantor Bupati Lobar Kamis kemarin (16/5). Menurutnya generasi muda apalagi mahasiswa yang kritis itu perlu sejauh mereka memahami pada hal apa mereka harus kritis serta mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

“Generasi muda memang harus kritis namun juga analitis, jangan ikut-ikutan demonstrasi tapi tidak tahu ujung pangkalnya,” ujar pria yang 20-an tahun bergelut dalam dunia pendidikan itu. Analitis yaitu mendalami terlebih dahulu suatu masalah sebelum melakukan aksi tertentu. Orang nomor satu di Lobar ini menceritakan suatu saat terjadi demo, mahasiswa sambil membuka baju berteriak tidak jelas.

Menurutnya hal seperti itu tentu tidak pada tempatnya, karena tidak menunjukkan intelektualitas sebagai mahasiswa serta akan membuat malu almamaternya. Dari IPNU sendiri diwakili oleh 7 orang yang dipimpin Irfan, Ketua IPNU Wilayah NTB, juga Lalu Hadi Irawan, Ketua IPNU Cabang Lobar dan pengurus lainnya. Irfan yang juga berstatus mahasiswa pascasarjana Hukum Unram menyampaikan kepada Bupati Zaini bahwa IPNU akan mengadakan pelatihan fasilitator dari pengurus wilayah IPNU NTB yaitu dengan mengambil peserta masing-masing 4 orang dari tiap kabupaten/kota yang ada di NTB. Rencananya kegiatan itu akan dilaksanakan 3 hari (18-20 Mei) dengan lokasi di hotel tertentu.

Adapun titik berat pelatihan adalah pada kaderisasi. Bupati Zaini mendukung kegiatan tersebut namun menyarankan agar pelaksanaannya di Pondok Pesantren (Ponpes) yang dimiliki NU saja. Karena menurutnya banyak juga Ponpes NU yang berkelas serta akan menghemat biaya. Mendalami keseriusan para pengurus IPNU yang hadir, Bupati Zaini mempertanyakan apa permasalahan actual NU saat ini.

Dengan mantap Irfan menjawab masalah kepercayaan diri pemuda NU. Selain itu juga pola komunikasi antara tokoh NU dengan para pemuda NU yang masih perlu terus dijembatani. Bupati pun mengiyakan kemudian seolah-olah mempertegas kembali NU sebagai sebuah organisasi masyarakat Islam yang bersifat moderat. “Manusia adalah pengalamannya dan pengalaman dibentuk dalam suatu ruangan secara bersama-sama,” ujar Zaini dan menjelaskan ruangan yang dimaksud bisa berupa etnis tertentu, agam tertentu dan lain-lain.

Namun, dilanjutkannya, mengingat kita hidup di dunia yang hanya satu, terikat dengan aturan-aturan tertentu yang bersifat global, maka dalam melihat permasalahan hendaknya dalam perspektif global. Yaitu menutamakan toleransi yang proporsional dan memahami orang lain. Toleransi yang dimaksudkan sesuai dengan tempatnya, realistis dan rasional. Dia mencontohkan, Umat Hindu yang minoritas diharapkannya harus terus memainkan peran akan menjadi berat bila mencalonkan diri sebagai bupati mengingat mayoritas masyarakat Lobar adalah Islam.

Pada kesempatan itu, Ketua DPD Partai Golkar NTB itu juga menekankan pada mereka yang hadir bahwa kata kunci adalah kualitas. “Tidak ada pilihan lain selain kualitas,” ucapnya dalam Bahasa Inggris. Dia menghimbau agar para anggota IPNU melakukan yang terbaik dan jangan pernah meminta dihargai. Menurutnya, bila amaliah kita akan baik maka penghargaan itu akan datang dengan sendirinya. Bupati juga menyerahkan bantuan pribadi sebesar Rp 5 juta kepada IPNU (Muhammad Busyairi/Lalu Suhaimi-Humas)