“PESTA”, INOVASI PENGURAI ASAP PEMBAKARAN SAMPAH MILIK PEMUDA DESA LEMBUAK

Giri Menang, Rabu 25 Juli 2019 – Bagi masyarakat, membakar sampah adalah solusi praktis mengurangi volume sampah. Tapi yang tidak diperhitungkan oleh mereka adalah asapnya tidak hanya membuat hidung siapa pun di sekitarnya menjadi tertutup tapi juga emisi dari bakar-bakar sampah ini sangat mencemari udara. Paling sial bila angin bertiup ke satu arah rumah, maka rumah itu pun sepanjang malam akan dipenuhi bau asap dan yang pasti penghuninya menghirup cemaran udara ini.

Mengatasi hal tersebut, para pemuda Desa Lembuak di Lombok Barat berinisiatif merancang suatu alat. Yudi Indra dan Komang Agus sang perancang, menamakan inovasi mereka dengan nama PESTA (Pembakaran Sampah Tanpa Asap). Alat ini berfungsi mengurai asap sisa pembakaran sampah.

Ditemui dalam acara Bursa Inovasi Desa (BID) milik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) di Gedung Budaya Narmada, Lombok Barat pagi tadi (25/7), Yudi dan Komang memaparkan hasil penemuannya itu.

“Alat ini sementara kita beri nama PESTA (Pembakaran Sampah Tanpa Asap). Tapi fungsinya untuk mengurai asap dari pembakaran sampah,” jelas Yudi Indra pengurus Bank Sampah Pulo Kecil Tunggal Kayun Desa Lembuak, Kecamatan Narmada.

Yudi bersama Komang Agus beberapa tahun terakhir memang aktif di bank sampah. Ini yang membuat mereka selalu memikirkan berbagai macam cara untuk menangani persoalan sampah di Kecamatan Narmada. Alat ini adalah salah satu dari sekian buah pikiran Yudi dan Komang. Menariknya, ide untuk membuat alat ini justru muncul dari sebuah kejadian unik.

Yudi menuturkan dirinya terinspirasi oleh ucapan seorang bidan di sebuah Puskesmas yang menegurnya karena kedapatan merokok.

“Saat itu saya sedang asik merokok. Kemudian ada bidan yang menegur saya. Dia bilang boleh merokok asal asapnya ditelan,” tuturnya.

Ia awalnya merasa canggung dengan teguran dari bidan tersebut. Karena ia berpikir perkataan bidan tersebut menyindir atau melarangnya merokok di area Puskesmas.

“Saya pikir bagaimana kita mau merokok kalau asapnya ditelan,” pikirnya.

Namun dari sana justru Yudi akhirnya berpikir bagaimana ide menelan asap rokok itu digunakan untuk menelan asap sampah. Ia pun akhirnya berkomunikasi dengan temannya Komang mencari cara agar membuat alat yang bisa menelan asap sampah.

Upaya Yudi dan Komang tidak berjalan mulus begitu saja. Mereka memiliki keterbatasan dalam mencari bahan untuk alat yang akan dibuat. Sehingga, keduanya memutuskan untuk mencari bahan bekas yang bisa digunakan.

“Kami cari galon bekas, pipa plastik dan pipa besi. Itu kemudian disusun dan disambung jadi sistem seperti ini,” jelasnya sambil menunjukkan desain yang sudah selesai dibuat.

Pipa tersebut terhubung ke sejumlah galon yang didesain untuk menampung asap. Masing-masing galon terhubung untuk mendorong asap dari galon kosong ke galon yang sudah berisi air. Sistem perpipaan saluran asap ini dibantu dengan mesin bor bekas untuk mengaduk air di dalam galon dan mesin pompa air. Jadilah asap sampah yang masuk ke sistem terurai dengan sempurna berupa air dan air ini bisa dimanfaatkan menjadi pupuk pestisida organik dan sudah di uji coba dari mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

“Tapi sebelumnya kami berkali-kali gagal baru bisa seperti ini,” ungkapnya.

Alat yang dibuat Yudi dan Komang Agus ini terlihat berhasil menguraikan asap dengan sempurna. Kepulan asap pembakaran sampah di dalam tungku kecil dibuat hilang sama sekali setelah keluar dari galon bekas. Ini diyakini menjadi solusi penanganan sampah di masa depan.

Mengingat alat yang baru saja diselesaikan Yudi dan Komang ini masih dalam bentuk prototype, rencananya alat pengurai asap ini akan terus dikembangkan agar bisa digunakan sehari-hari.

Di tempat yang sama, Camat Narmada Baiq Yeni Satriani Ekawati menuturkan merasa bangga yang luar biasa ditunjukan kepada pemuda yang ada di Desa Lembuak dengan adanya alat pengurai asap dari sisa pembakaran sampah.

“Dari beberapa kelompok pemuda ini, mereka melakukan dengan duduk bersama dan diselesaikan semua dari pemikiran yang bisa dia lakukan sehingga bisa terbentuk alat ini,” katanya.

Yeni memberikan support, motivasi dan menginformasikan kepada teman-teman di desa yang lain untuk ditiru dan berinovasi di dalam mengatasi sampah.

“Kita tahu membakar sampah hal yang tidak boleh dilakukan. Apalagi sekarang menjadi program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Zero Waste dalam mengatasi sampah di Kabupaten Lombok Barat,” jelasnya.

LOMBOK BARAT JADI KABUPATEN LAYAK ANAK

Makasar, Rabu 24 Juli 2019 – Kabupaten Lombok Barat menjadi salah satu dari 247 Kabupaten/ Kota se-Indonesia yang ditetapkan sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA) Tahun 2019. Penetapan tersebut diberikan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, di Fourpoint By Sheraton Makassar Sulawesi Selatan, Selasa Malam (23/7/2019).

Selain Kabupaten/ Kota tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menetapkan hanya empat Provinsi sebagai Provinsi Layak Anak, yaitu DKI Jakarta, Banten, DI Jogjakarta, dan Kepulauan Riau. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri, capaian Kabupaten Lombok Barat itu diikuti juga oleh Kota Mataram, Kabupaten Dompu, dan Kabupaten Bima.
Mewakili Bupati, Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Barat H. Moh. Taufiq nampak hadir menerima penghargaan tersebut.

“Kita berharap kritera untuk Kabupaten Layak Anak dapat terus kita tingkatkan. Banyak penilaian yang belum maksimal kita laksanakan, seperti perpustakaan layak anak, taman bermain ramah anak, Pukesmas layak anak, dan lain sebagainya,” terang Taufiq mengaku tetap bangga dengan capaian tersebut usai turun dari panggung.

Setelah dideklarasikan sejak tahun lalu untuk berkomitmen bersama menjadi Kabupaten Layak Anak, akhirnya Kabupaten Lombok Barat bisa menyesuaikan dengan berbagai kriteria yang ditetapkan oleh Tim Penilai dari Kementerian saat dinilai tanggal 12 Juli lalu.

“Kita hanya memperoleh skore 680 dari total maksimal sebanyak 900. Jadi tahun pertama ini, kita baru bisa meraih kategori pratama, tapi kita tetap bangga” terang Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Lombok Barat, Ramdan Hariyanto saat dihubungi di tempat terpisah.

Aspek penilaian untuk bisa meraih Kabupaten Layak Anak tersebut, aku Ramdan Hariyanto, melihat dari aspek perhatian pemerintah daerah terhadap kegiatan dan alokasi anggaran untuk perlindungan anak, regulasi, dan adanya program yang bersifat integratif, dan beberapa kritera lainnya. Gerakan Anti Merarik Kodeq (Gamaq) yang digagas pihaknya menjadi salah satu model program yang mendapat sorotan karena dianggap mampu memberi perlindungan kepada anak-anak untuk tidak melakukan pernikahan dini.

Selain kategori pratama, kategori yang lebih tinggi untuk daerah yang dianggap layak untuk ditinggali oleh anak adalah kategori madya dan nindya. Untuk tahun 2019 ini, terjadi peningkatan daerah yang layak untuk anak. Jika di tahun 2018 lalu, ada 177 daerah kabupaten/ kota, maka tahun ini meningkat menjadi 247 kabupaten/ kota.

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise dalam sambutannya menekankan pentingnya Kabupaten/ Kota Layak Anak di seluruh wilayah Tanah Air. Menurutnya seluruh Pemerintah Daerah harus terus berkomitmen untuk terus memberikan hak-hak anak sesuai dengan UUD 1945. Saat ini, kata Yohana, Indonesia dijadikan model pembinaan anak oleh dunia di berbagai bidang.

“Anak berhak tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, pemerintah daerah juga berkewajiban dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan perlindungan anak melalui pembenttukan Kabupaten/Kota layak anak. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan kewajiban setiap kita semua, Mari kita berikan yang terbaik bagi 80 juta anak Indonesia. Mereka adalah generasi penerus bangsa kita ke depan. Mari wujudkan Indonesia layak anak tahun 2030,” kata Yohana Yembise. https://www.facebook.com/humaslobar/photos/pcb.2155749211214081/2155748934547442/?type=3&theater

LOMBOK BARAT DARURAT KEKERINGAN

Giri Menang, Selasa 22 Juli 2019 – Bencana kekeringan di Kabupaten Lombok Barat sudah beranjak status, dari awalnya siaga menjadi tanggap darurat. Bertambahnya jumlah kecamatan dan desa yang mengalami kekeringan menjadi penyebabnya.

Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) Penanggulangan Bencana Kekeringan yang sekaligus Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat, H. Moh. Najib saat menghadiri Rapat Koordinasi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Lombok Barat, Selasa (23/7/2019) di Ruang Rapat Umar Madi Kantor Bupati Lombok Barat di Gerung.

“Statusnya bencana kekeringan ini kita naikkan statusnya dari siaga menjadi tanggap darurat,” papar Najib.

Nadjib beralasan, acuannya adalah hasil analisis BMKG Kelas I Kediri per tanggal 3 Juni 2019. Kondisi iklim terkini di NTB, menurut BMKG tidak terjadi hujan, sifat hujan umumnya dan di bawah normal. HTH (Hari Tanpa Hujan) umumnya dalam kategori menengah, antara 11 sampai 20 hari untuk Pulau Lombok bagian tengah hingga selatan. Sedangkan di bagian utara, umumnya dalam kategori sangat panjang, yaitu antara 31 sampai 60 hari.

Najib merinci peta kekeringan di Kabupaten Lombok Barat ada di enam wilayah yang dikategorikan berpotensi kekeringan.

Wilayah kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Sekotong dengan 6 desa, yakni Desa Sekotong Tengah, Kedaro, Sekotong Barat, Plangan, Cendi Manik, dan Buwun Mas. Kecamatan Lembar ada enam desa yang meliputi Desa Labuan Tereng, Sekotong Timur, Mareje Timur, Mareje Barat, Eyat Mayang dan Desa Jembatan Gantung. Lalu Kecamatan Gerung yang meliputi tiga desa yang dilanda kekeringan, masing-masing adalah Desa Banyu Urip, Giri Tembesi dan Desa Tempos. Kemudian Kecamatan Kuripan meliputi Desa Kuripan Timur, Kuripan Selatan dan Desa Giri Sasak. Berikutnya adalah Kecamatan Batulayar yang meliputi lima desa, masing-masing adalah Desa Batulayar Induk, Batulayar Barat, Senggigi, Bengkaung dan Desa Pusuk Lestari.

Kekeringan juga melanda Kecamatan Gunungsari, yaitu di Desa Bukit Tinggi.

“Dampak dari bencana kekerigan ini, masuknya periode puncak musim kemarau, masyarakat kita himbau agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang ditimbulkan seperti kekeringan, kekurangan air bersih dan potensi kebakaran lahan,” pesan Najib.

Selaku Satlak dan Kepala BPBD Kabupaten Lombok Barat menjadi leading sector penanggulangan bencana, termasuk bencana kekeringan.

Pihaknya telah melakukan survey ke beberapa desa yang dinilai rawan bencana kekeringan, menggelar rapat koordinasi, dan menetapkan pembagian tugas wilayah droping air bersih.

Untuk distribusi air bersih, BPBD mengandeng Dinas Sosial, Dinas Pemadam Kebakaran, PDAM Giri Menang, Polres Lombok Barat dan bahkan PMI.

Pembagian tugas tersebut diakui oleh Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, Fauzan Husniadi yang dihubungi di tempat terpisah.

“Kami pun harus siap dan melayani permintaan droping air bersih. Misalnya dua hari lalu, untuk drooping air oleh Polres Lobar, sumber air diambil dari Damkar. Damkar juga harus ikut melayani permintaan beberapa surat dari masyarakat, maupun yang telpon langsng. Saya berharap, harus ada solusi permanen terkait hal ini. Jangan sampai setiap tahun selalu terulang,” pinta Fauzan.

Pihaknya sendiri, aku Fauzan, selama bulan Juli ini saja sudah mendroping air bersih sebanyak 25 kali. Sedang permintaan sumber air dari Polres Lombok Barat ke pihaknya sudah 10 kali permintaan. Terbanyak yang meminta bantuan air bersih adalah wilayah Kecamatan Gerung yang berbatasan dengan wilayah Lombok Tengah dan Kecamatan Batulayar.

“Sekali drooping, sebanyak 5000 liter,” tutur Fauzan.

Selain air bersih untuk kebutuhan minum dan mandi, kekeringan ini diprediksi akan berakibat pada sektor pertanian.

“Ada tiga kecamatan yang terdampak lahan pertaniannya. Kita khawatir mereka akan mengalami gagal panen. Di Kecamatan Kuripan, Sekotong dan Lembar,” rinci Najib.

FAUZAN : MEMBACA ADALAH SUMBER ILMU

Giri Menang, Selasa 23 Juli 2019 – Membaca adalah kegiatan yang harus kita usahakan sebagai hobi. Membaca harus kita tularkan ke masyarakat dan anak-anak kita karena sumber ilmu itu adalah membaca.

“Tidak ada ilmuwan atau para ahli yang tidak rajin membaca. Nilai kemanusiaan seseorang bisa kita nilai dari seberapa banyak dia membaca. Itu mungkin sebabnya wahyu pertama dalam Al-Qur’an itu adalah membaca,” kata Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid saat meresmikan Kampung Baca Jasindo di Taman Kota Sandik, Selasa (23/7).

Kampung Baca Jasindo merupakan sarana berbahan kontainer yang disulap menyerupai ruang kelas untuk belajar dan membaca. Ruanganan yang nyaman dan dilengkapi dengan buku bacaan yang menarik diharapkan mampu menarik minat maayarakat, khususnya anak-anak untuk memanfaatkan fasilitas ini.

Kampung Baca didirikan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Persero bekerjasama dengan Yayasan Inspirasi Anak Bangsa (YIAB) dan Pemkab Lombok Barat. Di Lombok Barat, PT. Jasindo mendirikan Kampung Baca di dua lokasi yakni Halaman Kantor Desa Rumak di Kecamatan Kediri, dan Halaman Taman Kota Sandik di Kecamatan Batulayar.

Bantuan yang diperkirakan bernilai lebih dari Rp. 500 juta ini nantinya akan dikelola oleh pemerintah desa dibawah pembinaan Dinas Arsip dan Perpustakaan Lombok Barat.

“Atas nama masyarakat Lombok Barat saya ucapkan terima kasih, dan mudah-mudahan ada lagi,” ucap bupati disambut applause jajaran Jasindo dan tamu undangan lainnya.

Dalam kesempatan itu, bupati meminta para kepala sekolah, pihak kecamatan dan desa untuk menampilkan kreasi para siswa agar lebih menarik.

“Mohon kita menghargai pemberian ini dengan memanfaatkan sebaik-baiknya. Sekarang tugas kita semua melengkapi sarana bagi anak-anak kita,” pungkasnya.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan serah terima bantuan dan peninjauan ruang baca dan belajar.

Hadir dalam kesempatan itu jajaran Ketua PKBL PT. Jasindo Ibu Reni Rizal, perwakilan PT. Jasindo Cabang Mataram, Ketua Yayasan Inspirasi Anak Bangsa Eko Syahputra, Kepala OPD Pemkab Lombok Barat, Sekretaris Camat Batulayar Afgan Kusumanegara, dan masyarakat. https://www.facebook.com/humaslobar/photos/pcb.2153956028060066/2153955771393425/?type=3&theater

TINGKATKAN MINAT BACA, JASINDO DIRIKAN KAMPUNG BACA DI LOMBOK BARAT

Giri Menang, Selasa 23 Juli 2019 – Dua buah kontainer berukuran 20 feet dengan warna kuning mencolok terlihat di halaman depan Taman Kota Sandik.

Di dalam kontainer yang disulap menyerupai ruang kelas tersebut, terlihat kumpulan buku berjejer rapi di dalam rak yang sudah disediakan. Bahkan, setiap ruangan di kontainer ini juga difasilitasi pendingin ruangan (AC).

Tulisan “Kampung Baca Jasindo” terpampang cukup jelas di kedua kontainer itu.

Kampung Baca Jasindo merupakan sebuah wadah literasi bagi anak-anak yang tinggal di sekitarnya. Kampung Baca didirikan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Persero bekerjasama dengan Yayasan Inspirasi Anak Bangsa (YIAB) dan Pemkab Lombok Barat.

Di Lombok Barat, PT. Jasindo mendirikan Kampung Baca di dua lokasi yakni Halaman Kantor Desa Rumak di Kecamatan Kediri, dan Halaman Taman Kota Sandik di Kecamatan Batulayar.

Masing-masing lokasi mendapat dua unit kontainer yang difungsikan untuk ruang belajar dan pustaka baca.

Dengan desain yang menarik dan fasilitas memadai diharapkan anak-anak tertarik masuk ke ruangan dan tidak takut atau trauma lagi jika berada di dalam ruang kelas untuk belajar.

“Ini Kampung Baca pertama berbasis kontainer yang kita dirikan. Ruang baca dan ruang kelas ini dikhususkan untuk anak-anak dengan suasana yang berbeda untuk trauma healing,” jelas Ketua Yayasan Inspirasi Anak Bangsa (YIAB), Eko Syahputra dalam acara peresmian Kampung Baca Jasindo di Taman Kota Sandik, Selasa (23/7).

Selain pengadaan ruang baca dan belajar juga diberikan bantuan sarana prasarana lainnya seperti penambahan buku bacaan dan sarana bermain.

Program tamanisasi di sekitaran ruang belajar dan pustaka Jasindo diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu trauma healing dalam bentuk positif. Jasindo juga memberikan pelatihan kepada enam puluh masyarakat dari Desa Sandik dan Desa Rumak.    https://www.facebook.com/humaslobar/photos/pcb.2153955044726831/2153954418060227/?type=3&theater

Program Mahadesa TDC Membangun Bumdes sebagai Pusat Disribusi Desa

Giri Menang, Selasa 23 Juli 2019 – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT.Gerbang NTB Emas (GNE), terus berusaha mengembangkan sayap usahanya. BUMD milik pemerintah Provinsi NTB ini, tengah membidik pemerintah kabupaten (Pemkab) Lombok Barat sebagai sasaran pengembangan usahanya.

Senin (22/07/2019), PT. GNE menggelar sosialisasi program Mahadesa Trade and Distribution Centre (TDC) Desa di Aula Utama Kantor Bupati Lombok Barat di Giri Menang-Gerung.

Kegiatan sosialisasi ini, sebagai pilot project program, pertama kalinya digelar di pemkab Lombok Barat. Sasarannya adalah desa dan kelurahan. Dari 119 desa dan 3 kelurahan yang ada, seluruhnya akan digelontorkan dana senilai Rp 200 juta. Dana ini akan dipergunakan untuk membangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sekaligus sebagai pusat perdagangan dan distribusi desa.

Kendati dana yang digunakan untuk kebutuhan membangun Bumdes, namun dalam sosialisasi ini muncul pro-kontra yang dilontarkan sejumlah kepala desa (kades). Pro-kontra ini, akhirnya bisa diredam oleh Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesra, H. M. Ilham.

“Saya tertarik dengan Mahadesa ini. Kesannya seolah memberi solusi bagi desa, tetapi itu sebatas bahasa. Namun implikasinya banyak pendektan pilot proyek,” tegas salah seorang kepala desa yang ragu atas program ini.

Namun sebaliknya bagi kades Mareje Timur yang semangat menyambut program Mahadesa TDC Dasa ini.

“Jujur saja, karena kami sudah mengembangkan Bundes, silahkan berkunjung ke desa kami yang berada di atas bukit. Bila perlu di desa Mareje Timur yang pertama kalinya untuk melounching program ini,” tantangnya.

Untuk meredam pro dan kontra pada sesi dialog ini, H. M. Ilham akhirnya bisa menengahi. Kata mantan Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 1 Lembar ini, semua kades diminta jangan pesimis. Program ini merupakan program bersama dalam daerah, bukan milik pemerintah pusat. Namun apapun alasnnya, Ilham meminta supaya bersama-sama menerima jika program ini baik pada akhirnya.

“Mari kita bersama sama menerima, karena kita dipasilitasi untuk mensuksekan program Bumdes,” kata Ilham dihadapan seluruh kades, camat dan sejumlah pendamping desa.

Ada hal lain yang terlihat aneh dari pertemuan ini. Pada sesi dialog, nampak seorang kepala desa di wilayah kecamatan Sekotong lebih memilih walk out, keluar melalui pintu timur belakang. Demikian juga dua orang camat. Beberapa menit sebelum sesi dialog usai, kedua camat ini keluar melewati pintu belakang.

Sementara dari pihak GNE, Anton memaparkan, pada program Mahadesa TDC ini, pihak desa dibantu untuk menjadi front trader bagi masyarakat sekitar. Bentuknya melalui jaringan Aplikasi Bisnis Bumdes. Anton menyebut, jaringan aplikasi itu antara alain, ada Dashboard Bisnis, Managemen Transaksi, Managemen Outlet, Managemen Pelanggan, E-Commerce, Jaringan Sales Network, Pintech Online, Reporting dan Laporan Keuangan.

Dikirim oleh Humas Protokol Lombok Barat pada Senin, 22 Juli 2019

Peran PKK dalam Penilaian Lomba Desa

Penilaian Lomba Desa Tingkat Kabupaten Lombok Barat dilakukan di Desa Mambalan Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Senin (22/7/2019).

Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Lombok Barat (Lobar) Hj.Khaeratun Fauzan Khalid turut hadir dan memberikan sambutan.

Dalam kesempatan itu Istri nomor satu di Lobar ini menginggatkan pentingnya tertib administrasi di desa, oleh karena itu untuk penilian yang dilakukan tim juri adalah tertib administrasi.

“Saya mengingatkan agar PKK ditingkat desa terus memperbaiki administrasi,” ungkapnya saat memberi sambutan di Aula Kantor Desa Mambalan.

Selain itu paparnya, tidak hanya administarsi dan Hatinya PKK yang dilombakan, pola asuh anak dan Remaja, serta UP2K juga ikut dalam penilaian. Kegiatan lomba desa ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas para ketua dan anggota serta Tim PKK Desa dan Kader Desa yang ada di Kecamatan Gunungsari. Selain untuk meningkatkan kapasitas para anggota, kegiatan ini juga mengupayakan untuk meningkatkan keluarga dan pemanfaatan pekarangan.

“Untuk mewujudkan kader-kader PKK yang tertib administrasi, dengan adanya lomba tersebut diharapkan akan memudahkan pertanggungjawaban setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh kader PKK di tingkat Desa,” ungkapnya.

Diakhir sambutannya, Khaeratun berpesan kepada seluruh peserta agar dapat menjadikan kegiatan tersebut sebagai upaya pembelajaran bagi semua aspek kelembagaan desa dan PKK. Sehingga diharapkan semua dapat berfungsi dengan baik dan saling mengoordinasikan semua rencana kerjanya dalam pembangunan desa.

Sementara itu, Camat Gunungsari Mudasir menyampaikan ucapan terimaksh kepada Ketua Tim PKK Kabupaten Lombok Barat (Lobar) yang berkenan hadir di Desa Mambalan yang sekaligus datang menilai.

“Selamat datang Ibu Bupati yang terus membangun desa,” cetusnya.

Untuk lomba kedepannya, Camat yang juga mantan Sekcam Kuripan itu akan berupaya mengusulkan desa-desa yang belum maju untuk di lombakan.

“Kedepan saya akan usulkan desa yang belum maju untuk ikut lomba sebagai ajang pembinaan oleh tim penilai,” pungkas Mudasir.

Belajar di Taman Baca Hijau Kedaro Sekotong

Sekotong, KIM Sekotong – Belajar tak mesti di ruang sekolah, belajar dapat dilakukan dimana-mana, termasuk di alam terbuka orang bisa belajar, membaca dan menganalisa untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Hal ini dilakukan masyarakat terutama anak-anak di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk pergulatan hidup masyarakat. Desa itu bernama Desa Kedaro di Kecamatan Sekotong Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Disana berdiri sebuah taman bacaan. Anak-anak membaca buku di taman terbuka yang hijau sehingga dinamakan Taman Baca Hijau. Anak-anak pada setiap sore dan waktu libur sekolah berkumpul membaca buku di Taman Baca Hijau. Hal itu dikatakan zulhamdi di Taman Baca Hijau Dusun Mertak Mas Desa Kedaro, Sabtu (20/7/2019).

“Mereka bermain dan membaca di Taman Baca Hijua pada waktu sore atau pada waktu liburan sekolah,” ungkapnya.

Taman Baca Hijau mulai di buka pada akhir tahun 2018 terletak di daerah perbukitan terpencil di ujung paling selatatan Desa Kedaro sekitar 20 kilometer dari pusat Kecamatan Sekotong. Puluhan anak-anak usia sekolah dasar asyik dengan buku-buku bacaannya.

Meski terletak di daerah terpencil dengan penduduk sekitar 50 Kepala Keluarga, tetapi tak mengurangi semangat anak-anak gunung tersebut untuk membaca dunia lewat buku.

Akses jalan menuju tempat ini cukup ekstrim berupa jalan berbatu dan terjal. Untuk sampai ke lokasi ini dapat di tempuh melalui jalur kedaro tepat di persimpangan jalan Hotel Sundancer ke arah selatan. Selain itu juga bisa ditempuh melalui jalur Telaga Lebur Sekotong Tengah melewati Dusun Loang Batu. Kurang lebih 1 kilometer dari jalan aspal kita akan melewati jalan tanah berbatu naik turun bukit. Dengan jarak tempuh sekitar 1 jam menggunakan sepeda motor.

Taman Baca Hijau terletak di lereng bukit dengan area persawahan dan perumahan warga di bawahnya. Nuansa hijau perbukitan akan terasa menyejukkan dengan semilir angin semakin menambah kesunyian tempat itu.

Buku-buku ditaruh disebuah pondok kecil sederhana. Beberapa deret meja dari kayu tertata rapi sebagai tempat anak-anak membaca. Terdapat juga beberapa gambar hasil karya anak-anak taman baca hijau serta pesan-pesan tentang pentingnya membaca tulis di berbagai tempat sudut taman itu.

Sekitar 100 buah buku bacaan anak-anak yang terdiri dari buku-buku dongeng, komik, buku-buku keagamaan terkoleksi disana. Semua buku tersebut merupakan hasil sumbangan dari para donator yang peduli dengan gerakan taman baca hijau.

“buku-buku ini hasil lsumbangan dari komunitas Kompas, Mahasiswa Unram, H. Abdul Majid, Komunitas Tanger dan lain yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu, terima kasih atas supotnya,” kata hamdi menuturkan.

Selain kegiatan membaca, Taman Baca Hijau juga memiliki program lain seperti kegiatan mewarnai, kursus Bahasa Inggris, Mengaji Al-quran. Juga penanaman obat dan sayuran menjadi kegiatan tambahan.

Area Taman Baca Hijau memiliki luas sekitar 100 meter persegi dan merupakan lahan pribadi dari Zulhamdi sang penggagas Taman Baca Hijau.

“ini lahan milik pribadi, dulunya bekas area bendungan yang dipergunakan sebagai lokasi taman baca,” ucapnya.

Dengan adanya taman baca hijau tentu berdampak terhadap pengembangan minat baca anak-anak pelosok. Perhatian dan dukungan semua pihak tentu sangat dibutuhkan.

“kami butuh bangunan berugak/gazebo, buku-buku bacaan, ATK dan alat lukis, mengingat anak-anak banyak yang memiliki bakat menggambar, kata zul sapaan zulhamdi.

Gerakan Taman Baca atau perpustakaan terbuka ini telah memberikan sumbangsih terhadap pentingnya pengenalan litersi sejak dini terhadap anak-anak di tempat terpencil, perbukitan Desa Kedaro Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat ini. Keberadaanya menjadi obat penawar terhadap minimnya minat baca akibat anak-anak yang ketagihan game online yang kian melenakan metreka. Maka disaat ada upaya untuk menumbuhkan minat baca lewat Taman Baca Hijau tersebut, mari kita dorong agar lebih banyak lagi tumbuh taman baca-taman baca seperti itu di negeri kita Indonesia. MC Lombok Barat/Sid/rasidibragi

PEMKAB LOMBOK BARAT AJAK SEMUA PIHAK JAGA KEARIFAN LOKAL

Giri Menang, Senin 22 Juli 2019 – Kearifan lokal di Kabupaten Lombok Barat cukup banyak dan beragam, mulai dari seni budaya, tradisi hingga kuliner. Budaya yang menjadi kearifan lokal Kabupaten Lombok Barat yang menjadi kekayaan dan khazanah budaya perlu dijaga dan dilestarikan.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) terus berupaya menjaga kearifan lokal seni dan budaya agar tidak punah tergerus oleh perubahan zaman. Salah satunya dengan menggelar pagelaran seni budaya Peresean dan Pepaosan.

Pepaosan merupakan tradisi pembacaan daun lontar yang bertuliskan huruf jawa kuno dan memiliki arti. Biasanya tulisan tersebut berisi tentang riwayat Nabi dan para sahabat Nabi yang dibacakan oleh beberapa orang diantaranya yaitu pemaos (penembang) kemudian penerjemah dan pendukung. Mereka membaca riwayat dengan menggunakan nada yang merdu dan sangat khas. Pepaosan dibacakan setiap acara-acara besar keagamaan, khitanan bayi ataupun acara adat sakral lainnya. Keberadaan pemaos (penembang) sendiri saat ini sudah berkurang karena kurang ketertarikannya anak muda saat ini untuk belajar menembang atau menjadi pemaos. Melalui pagelaran ini diharapkan para generasi muda menjadi tertarik dan dapat berkecimpung melestarikan tradisi ini.

Berbeda dengan pepaosan, seni Peresean memang masih sering kita jumpai di masyarakat. Tidak sedikit masyarakat Lombok rutin menggelar seni tarung yang sudah menjadi ikon Lombok ini.

Pagelaran Pepaosan dan Peresan ini rencananya akan rutin digelar setiap hari Sabtu dan Minggu setiap minggunya. Pagelaran Pepaosan akan digelar di tiga titik yakni di Senggigi, Taman Kota Gerung, dan Taman Narmada. Sedangkan untuk Peresean akan digelar di Gedung Budaya Narmada mulai pukul 15.00 – 17.00 Wita.

“Saya sangat menyambut baik dibukanya kegiatan seni dan budaya Pepaosan dan Peresean milik masyarakat suku Sasak ini. Kita mengajak semua pihak untuk bersama bersinergi menjaga kearifan lokal,” kata Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid saat membuka pagelaran perdana di Gedung Budaya Narmada, Minggu (21/7).

“Dengan adanya kegiatan ini, apalagi digelar secara rutin, kita yakin tidak hanya menghidupkan pelaku budaya dan seni tetapi juga berdampak secara materil menghidupkan ekonomi masyarakat,” lanjutnya.

Sementara itu Kepala Dinas Dikbud Lombok Barat, Hendrayadi optimis kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan ini mampu menampilkan lebih banyak seni budaya kedepannya. Ia berharap seni budaya yang ditampilkan dapat menjadi ilmu yang diajarkan di sekolah, karena menurutnya seni budaya tidak hanya untuk orang dewasa saja.

“Kedepan tidak hanya Peresean dan Pepaosan yang akan kita tampilkan tapi semua jenis seni termasuk Gandrung,” pungkas Hendrayadi.

 https://www.facebook.com/humaslobar/photos/pcb.2152501658205503/2152501104872225/?type=3&theater
1 191 192 193 194 195 394