Dunia kepariwisataan Lombok Barat (Lobar), masih perlu bangkit dari keterpurukan. Betapa tidak, sejak daerah ini pisah dan melahirkan Kabupaten Lombok Utara (KLU), nampaknya keterpurukan itu semakin jelas. Karena sejumlah aset pariwisata berupa wisata alam, bahari, ekowisata Rinjani serta seabrek wisata budaya dan religi, otomatis sudah overhand dari tangan Lobar ke KLU. Setelah berpindah tangan, hak paten pengelolaan aset wisata itu, sepenuhnya menjadi milik KLU. Apa solusi Pemda Lobar dalam recovery pariwisatanya dari keterpurukan?

Sesungguhnya, keterpurukan itu sebagai dampak dari adanya travel warning, bom Bali, Flu Burung, teroris dan ambruknya gedung WTC di Amerika sana. Selain itu, adanya larangan sejumlah perusahaan penerbangan negeri ini untuk melintasi Uni Eropa (UE). Namun itu hanya sesaat. Isu peringatan warga Australia untuk mengunjungi Indonesia, memang pernah menjadi buah bibir pariwisata secara nasional. Beralasan, karena saat terjadinya peristiwa Bom Bali, warga negeri Kanguru itu yang nota bene tercatat mengalami korban tewas terbanyak. Menyusul warga sipil dan sejumlah wisatawan negara lainnya.

Di Lobar sendiri, akibat dari peristiwa tersebut, pariwisata di daerah ini tidak berdampak terlalu signifikan. Karena secara nasional, Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan melakukan multi gebrakan promosi. Tujuannya untuk memulihkan (recovery) pariwisata dari keterpurukan. Sejumlah momen pariwisata di daerah terus digelar. Tidak saja momen pariwisata secara nasional, tapi juga secara internasional. Daerah diharapkan bisa mengikuti momen-momen itu sekaligus mempromosikan pariwisata daerahnya masing-masing.

Recovery pariwisata Lobar, seiring visi-misi Lobar Bangkit, sedikit demi sedikit daerah ini tengah melakukan revitalisasi pariwisata. Sejak hilangnya Triple Gili (Gili Meno, Air dan Trawangan), disadari, apapun dalihnya, daerah ini harus rela kehilangan sumber penghasilan yang mendukung kontribusi PAD. Tapi bukan berarti harus patah arang. Ada sejumlah aset dan lokasi pariwisata lain yang perlu dilakukan pembenahan. Diantaranya adalah Pantai Pandanan, Gili Tangkong, Nanggu, Sudak, Labuah Poh, Gili Genting, Pangsing, Telak-elak dan sejumlah lokasi wisata alam lainnya. Semuanya berada dikawasan wisata Sekotong. Belum lagi sejumlah sanggar seni dan budaya, hampir menyebar diseluruh pelosok kecamatan.

Idealnya, dalam melakukan recovery pariwisata, semua komponen, baik masyarakat maupun pemerintah turut mendukung upaya membangkitkan dunia pariwisata ini. Pemda Lobar sendiri harus menyisihkan dana promosi untuk itu. Karena ini adalah demi peningkatan kesejahteraan bersama, termasuk upaya penyedia ladang pekerjaan baru dan pemulihan PAD.

Lokasi pariwisata lainnya adalah Pantai Senggigi. Siapapun mereka, baik wisatawan nasional (wisnu) maupun mancanegara (wisman), terasa belum lengkap tourism trip-nya jika belum mengunjungi Pantai Senggigi. Terlebih, dilokasi ini, gelaran pariwisata dunia melalui Festival Senggigi (FS) tetap digelar dari tahun ke tahun. Sebagai calender of event, tahun 2012 ini, FS digelar sejak 5-8 Juli 20102. Semua pelaku pariwisata di daerah ini, turut serta memeriahkan momen pariwisata akbar yang bertajuk A Culture Of Colours ini. Gelaran ini diikuti oleh semua pelaku pariwisata, pengusaha perhotelan, seniman, budayawan, artis, guide serta seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dari berbagai golongan dan etnis. Ada yang menarik dari gelaran FS tahun ini. Selain tampilnya seni dan budaya Bali (Hindu) dan Sasak (Islam), berikut tampil juga berbagai kesenian dari etnis Tionghoa. Ini merupakan refleksi dari akultulasi budaya tanpa menghilangkan inti dari budaya masing-masing. ”Dengan demikian, moto rona budaya a culture of colours di Lombok Barat akan terwujud,” ungkap Bupati Lobar, H. Zaini Arony saat membuka FS, Kamis 5 Juli lalu di Pelataran Senggigi Square .

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Parbud) Lobar, I Gde Renjana berujar, ada sejumlah kegiatan pariwisata yang digelar dalam FS ini. Ada parade seni budaya, pagelaran seni kolosal, seni ketoprak, pameran, panggung gembira, perisaian dan sejumlah lomba.

Lebih lanjut dikatakan Renjana, selain menggelar kegiatan kebudayaan, panitia juga menyuguhkan Parade Band Anak Sekolah. Kegiatan ini digelar melalui Panggung Gembira yang pesertanya diikuti oleh band-band anak sekolah, termasuk tampilan dari pihak pengelola perhotelan. Tari kreasi, lomba lukis, lomba photo pariwisata, lomba rias penganten Sasak dan tarik tambang pariwisata. Semuanya, turut mewarnai kegiatan sore dan malam hari. “Semua kegiatan kepariwisataan nini sesuai dengan tema, Keluhuran Budayamu, Jadikan Sapta Pesona Menuju Lombok Barat Bangkit,” demikian Renjana.

(L.Pangkat Ali)