32Wakil bupati selaku Pelaksana Tugas Bupati (plt) Lombok Barat (Lobar), H. Fauzan Khalid, M.Si menyatakan, masalah sampah di wilayah Lobar masih menjadi buah bibir sebagian besar masyarakat. Terkait masalah sampah ini, ke depan dia memiliki rencana. Di setiap kecamatan akan ada Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS). Saat ini, kata dia, diharapkan Kepala Dinas Tata Kota, Pertamanan dan Kebersihan berkoordinasi dengan Asisten 2, untuk meminta para Camat mengidentifikasi tanah Pemda yang ada di tiap kecamatan. “Untuk rencana TPSS ini kita minta minimal 10 are”, pintanya disela-sela arahannya pada kegiatan pembekalan studi lapangan AKAD (Asosisasi Kepala Desa) terkait kebijakan masalah sampah di Aula Utama kantor bupati beberapa waktu lalu.Sebenarnya, lanjut Fauzan, diperkirakan bahwa lahan yang dibutuhkan hanya sekitar 4-5 are saja. Tetapi nantinya lahan seluas 10 are ini akan dilengkapi dengan taman-taman kecil. Alasannya, supaya kesan dan kondisi TPSS tidak terlalu tampak walaupun TPSS sifatnya sementara. “Hal ini nanti kita minta pendapat dan saran Kades”, katanya seraya menambahkan, sebagai payung hukumnya, kemungkinan terkait ini akan diterbitkan Peraturan Bupati. Yang terlintas dalam pikiran mantan ketua KPU NTB ini, yang bertugas mengangkut sampah ke TPSS itu adalah pihak desa, dan diharapkan semua Kades setuju. Masyarakat juga dihimbau agar sejak awal memisahkan sampah organik dan non organik. Konteks ini juga sudah disampaikan melalui para Tuan Guru melalui Majelis Ulama. Diharapkan, mereka dapat membantu mensosialisasikan agar masyarakat mau memisahkan sampah organik dan non organik.

Terkait dengan pengolahan sampah selanjutnya, Fauzan menyinggung penggiling sampah yang diciptakan oleh seorang dosen Universitas Mataram. Menurut dia, alat ini bagus karena tanpa menggunakan BBM, tapi di dalamnya menggunakan sistem magma gunung berapi. Hasilnya, satu dum truck hanya memakan waktu 24 jam saja. Namun sayangnya kapasitas alat ini masih rendah.  Tapi pihak pencipta akan terus mengembangkan alat ini. “Insya Allah alat ini akan mulai dicoba pada tahun 2016”, paparnya seraya memuji alat ini, karena selain bagus, tapi juga diciptakan oleh seorang putra NTB sendiri.

Ditambahkan Fauzan, sepulang dari Bandung, terkait kebijakan pengelolaan sampah ini, dari sisi akibat tentu akan terjadi jika tidak ditangani. Sebaliknya, jika ditangani, pasti akan mendatangkan sesuatu yang baik, terutama terkait ekonomi produktif. “Insya Allah saya ikut mendampingi meskipun terlambat”. Janji Fauzan, karena dia juga ingin belajar ke kabupaten Bandung yang sudah berhasil menangani soal sampah. Diharapkan semuanya serius untuk belajar mengenai sampah ini. (L. Pangkat Ali-Humas)