DisleksiaJika dibandingkan dengan tahun 2015 yang lalu, kegiatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Lombok Barat (Lobar) ke 57, lebih banyak dimeriahkan dengan kegiatan yang bernuansa rohani. Namun, menjelang HUT Lobar ke 58 tahun 2016 ini, tidak saja dimeriahkan dengan kegiatan kerohanian, tapi juga kegiatan fisik serta kegiatan hiburan rakyat. Sejak awal Maret 2016, berbagai kegiatan sudah dilakukan. Tidak saja melibatkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), beberapa organisasi formal turut terlibat memeriahkan HUT daerah dengan semboyan Patut Patuh Patju ini.

Dalam rangkaian menjelang HUT Kabupaten Lobar ke 58, Dharma Wanita Persatuan (DWP) kabupaten Lobar, Senin (21/3) lalu menggelar kegiatan seminar Disleksia dan Etika Kepribadian. Tujuannya, untuk membangun kepribadian dan kepercayaan diri,  mempraktekkan etika dalam wujud perilaku berintegritas serta menyiapkan kepribadian untuk menjaga daya tahan organisasi dalam menghadapi berbagai tantangan. “Tujuan lainnya adalah, meningkatkan ilmu pengetahuan, pemahaman dalam kesulitan membaca dan belajar serta pemahaman tingkat kecerdasan”, papar Ketua DWP Lobar, Hj. Sukerni M. Taufiq ketika melaporkan kegiatan seminar disleksia dan etika kepribadian di Aula Utama kantor Bupati.

Seminar dengan tema disleksia dan etika kepribadian dalam rangka HUT Lobar ini, diikuti oleh 250 orang peserta. Berasal dari unsur SKPD, DWP SKPD dan Kecamatan, TPPKK, GOW, Iiswara, Bhayangkari, Persit, Iwabri, Iisbanda, Pikat, IBI dan Muslimat NW. Dalam kegiatan seminar ini, peserta tidak hanya dibekali ilmu pengetahuan, tapi juga sejumlah hadiah door prize menarik bisa dibawa pulang.

Di tempat yang sama, Plt. Bupati Lobar melalui Sekretaris Daerah, Ir. H. Moh. Taufiq, M.Sc menyatakan, seminar kali ini dinilai penting, karena suka tidak suka, hubungan antar manusia itu  pasti terjadi, baik di kantor maupun diluar kantor, antara pejabat dengan sesama pejabat, ibu-ibu dengan suami maupun dengan organisasi yang lain.

Menurut Taufiq, antara kepribadian seseorang tidak berbanding lurus dengan pendidikan. Demikian pula dengan semakin tinggi jabatan seseorang, tidak berbanding lurus dengan etika kepribadiannya. Oleh karena itu lanjutnya, berbicara masalah etika perlu diperbaiki. Karena hal ini sangat spele, tetapi jika etika itu tidak diperhatikan, maka pengaruhnya cukup tidak baik. “Kami yakin kita semua ini bisa tampil, tapi pertanyaannya, sudah serasi tidak pakaian yang kita gunakan?” papar Taufiq.

Lebih lanjut dikatakan, hal-hal sepele seperti itu perlu diperhatikan. Demikian pula dengan masalah disleksia, disleksia menurut dia merupakan sebuah keterbatasan, kemampuan anak untuk mengenal huruf, membaca, berhitung maupun yang lain. “Banyak orang yang kita anggap bodoh di sekolah, tapi nyatanya dia berprestasi”, jelasnya seraya mencontohkan, Thomas Alfa Edison awalnya adalah orang yang mengalami disleksia, tapi ternyata dia berprestasi.

Pada kegiatan seminar ini, paniitia menghadirkan sejumlah narasumber. Mereka adalah Dr. Hj. Lubna, M.Pd. dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram ini menyampaikan materi mengenai Etika Kepribadian. Narasumber lainnya, Kristiantini Dewi, Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia. Wanita asal Bali ini membawakan materi Lebih Dalam Mengenal dan Memahami Disleksia.