Fasilitasi Pengembangan Produk Olahan Perikanan

Sejak digulirkan pelaksanaannya di 2013 lalu, proyek pembangunan masyarakat pesisir (coastal community development program/CCDP) di Lombok Barat (Lobar) hingga sekarang telah menunjukkan hasil. Tidak hanya dari aspek pemberdayaan masyarakat, infrastruktur penunjang juga gencar dibangun dan kini banyak dimanfaatkan.

BOX-IFAD-1

RAMAI DIKUNJUNGI : Keberadaan jalur tracking mangrove di Dusun Pesanggaran, Desa Lembar Selatan, Kecamatan Lembar menjadi alternatif destinasi wisata baru di Lobar. Pembangunannya merupakan kerjasama pihak desa dengan dinas terkait melalui program CCDP IFAD.

KABUPATEN Lobar boleh bersyukur karena ditunjuk  menjadi satu dari 11 kabupaten/kota di Indonesia sebagai lokasi kegiatan proyek CCDP. Potensi sumberdaya kelautan besar yang dimiliki Gumi Patut Patuh Patju selama ini memang belum dimanfaatkan secara optimal, baik potensi penangkapan, budidaya dan pariwisata bahari. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka kemiskinan masyarakat yang ada di daerah pesisir.

Pemkab Lobar melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) pun tidak tinggal diam atas kondisi tersebut. Berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir sudah dilaksanakan.

”Namun berbagai bentuk bantuan belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat pesisir di Lobar akibat terbatasnya ketersediaan anggaran yang ada,” jelas Kepala DKP Lobar H Ahmad Subandi.

Melalui program CCDP-IFAD yang berjalan 2013 hingga 2017 dimanfaatkan secara optimal oleh pemkab. Pengembangan produk olahan hasil perikanan yang berdaya saing dan siap berkompetisi di pasar domestik dan regional menjadi salah satu kegiatan yang difasilitasi CCDP IFAD. Beberapa bentuk turunan dari hasil diversifikasi produk olahan ini pun sudah memasuki pangsa pasar termasuk diikutkan dalam pameran nasional MTQ ke – XXVI di Mataram, beberapa waktu lalu.

”Hasil produk olahan yang dimaksud seperti kerupuk ikan, tortilla rumput laut, abon ikan tongkol, terasi udang rebon, stick ikan dan rumput laut. Namun produk tersebut masih kalah bersaing dengan beberapa produk sejenis yang diproduksi oleh daerah lain dalam kegiatan pameran tersebut,” ungkap Subandi.

Menurut dia, salah satu kekurangan dari produk tersebut adalah tidak tercantumnya hasil uji mutu produk dari BPOM serta sertifikat halal dari MUI. Guna memperbaiknya, dinas akan mengambil langkah-langkah yang relevan untuk dilaksanakan. Di antaranya meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan, meningkatkan produktivitas pengolahan hasil perikanan yang ramah lingkungan, serta meningkatkan standar bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang sesuai dengan ketentuan nasional.

Potensi pasar yang masih terbuka harusnya menjadi momentum bagi pokmas (kelompok masyarakat) CCDP IFAD Lobar dalam menangkap peluang usaha sekaligus memperbaiki kualitas dan mutu produk. Pola dan sistem penyediaan dana pembangunan untuk fasilitasi usaha kegiatan pokmas yang cukup besar dan disesuaikan dengan usulan rencana kerja yang berbasis masyarakat seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal bersama tenaga pendamping desa yang dibantu konsultan pemasaran dan value chain.

Subandi juga memaparkan CCDP IFAD telah banyak memfasilitasi pembangunan sarana infrastruktur pedesaan. Seperti pembangunan jembatan yang menghubungkan sumber produksi perikanan dengan akses pasar di Desa Eyat Mayang dan Candi Manik, jalan produksi di Desa Batu Putih, Lembar Selatan, Buwun Mas, Gili Gede, Taman Ayu, dan Labuan Tereng.

“Ada juga pembangunan instalasi air bersih di Buwun Mas, pembangunan gudang produksi tongkol di Batu Putih, gudang pengikatan rumput laut di Buwun Mas, rumah produksi kemasan beserta kelengkapannya di Gerung,” bebernya.

Khusus tahun ini saja, akan ada banyak infrastruktur sejenis yang dibangun. Di samping fasilitasi pembangunan infrastruktur, CCDP IFAD terus memfasilitasi sarana input produksi kegiatan usaha pokmas. Diantaranya pengembangan pusat pemancingan air tawar di Desa Taman Ayu, pengembangan kelompok produksi olahan hasil perikanan dan sarana penangkapan ikan; seperti perahu, mesin dan jaring pada 15 (lima belas) desa pesisir.

Hal lain yang menyita perhatian publik adalah kejelian pihak Desa Lembar Selatan mengembangkan sektor wisata bahari berbasis nuansa alam. Yaitu dengan menata dan menjadikan kawasan ekosistem mangrove yang luas di wilayahnya sebagai ikon daya tarik wisata.

“Setelah melalui kordinasi dan komunikasi  maka melalui program CCDP IFAD telah dikembangkan jalur wisata baru dengan membangun jalur tracking mangrove beserta sarana pendukung lainnya,“ jelas Subandi.

Berangkat dari peran strategis program CCDP IFAD dalam aspek pemberdayaan dan pembangunan masyarakat pesisir, upaya keberlanjutannya pasca program tersebut berakhir juga menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, saat ini DKP tengah menyusun profil berikut progress dan mapping potensi dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing pokmas sebagai dasar dalam menyusun instrumen kebijakan dan perencanaan lebih lanjut.

Rencananya akhir bulan ini tim Support Mission IFAD yang berkedudukan di Roma Italia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Bappenas akan berkunjung ke Lobar. Kunjungan ini adalah merupakan kunjungan sejenis yang kedua di luar kunjungan resmi Vice President IFAD Roma yang pertama kali datang di Indonesia pada bulan akhir Mei 2015 di Kantor Bupati Lombok Barat dan Pantai Cemara Desa Lembar Selatan.

Adapun maksud kunjungan untuk memantau dan melihat lebih dekat perkembangan kegiatan CDDP IFAD di Lobar. Diharapkan hasil penilaian kunjungan tim minimal sama dengan hasil penilaian di tahun 2014 dimana Lobar mendapat peringkat nilai “safestory”. (Baiq Farida, Giri Menang*/r3)

Sumber:http://www.lombokpost.net/2016/08/22/fasilitasi-pengembangan-produk-olahan-perikanan/