Giri Menang, Rabu 15 Agustus 2018 – Bupati Lombok Barat (Lobar) H. Fauzan Khalid menyempatkan diri menyolatkan jenazah seorang perempuan yang meninggal di pengungsian, Dusun Kapek Bawah Desa Gunung Sari Kecamatan Gunung Sari, Rabu (15/8).

Jenazah itu adalah Hj. Saini yang meninggal di RSU Kota Mataram semalam karena tensi darahnya naik tinggi akibat trauma.

Almarhum hanya salah satu dari dua ratusan ribu pengungsi yang sangat rentan terhadap banyak penyakit ala pengungsi.

Dengan kondisi pengungsian yang seadanya, mereka terancam terhadap melemahnya ketahanan fisik akibat perubahan cuaca ekstrim siang dengan malam, debu, air bersih dan sanitasi yang seadanya, serta persoalan krusial yang paling utama, yaitu traumatik yang parah.

Hj. Saini teridap trauma tersebut. Hal itu sudah disadari menjadi kebutuhan penting saat bencana melanda.

Kepala Dinas Kesehatan Lobar, Rachman Sahnan Putra dari awal sudah mengingatkan pentingnya trauma healing dan konseling kepada para warga terdampak gempa.

“Trauma healing ini adalah treatment untuk mengobati psikis warga, terutama anak-anak, untuk mengalihkan psikologis mereka dari suasana bencana kepada suasana normal,” jelas Rachman.

Ia mengaku, selama sepuluh hari masa tanggap darurat, pihaknya telah banyak bekerja sama dengan pihak luar untuk menyelenggarakan trauma healing dan konseling ini.

“Kita dibantu oleh para psikolog dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Bapelkes. Saya pun merekrut tenaga dari staf puskesmas yang dilatih oleh dokter lintas batas untuk pelayanan ini,” kata Rachman.

Sepanjang masa tanggap darurat ini, ia mengaku telah melakukan kegiatan tersebut kepada lebih dari 2000 warga.

Seperti pantauan di lapangan hari ini (Rabu, 15/8), jajaran Dinas Kesehatan bersama Bapelkes dan TNI AD melakukan trauma healing kepada lebih dari 200-an anak di Pos Pengungsian Dusun Wadon Desa Kekait.

Seperti desa-desa lain yang berbatasan langsung dengan Lombok Utara, desa ini pun mengalami kelumpuhan total. Hampir 100 persen rumah rusak dan warganya memenuhi pos pengungsian yang tersebar di banyak tempat.

“Trauma healing ini minimal dilakukan sekali kepada warga,” tegas Rachman.

Rachman mengaku, keterbatasan fasilitas luar gedung menjadi kendala. Rasa takut mengharuskan kegiatan itu dilakukan di luar gedung.

Untuk itu, dalam rangka tanggap darurat ia meminta BNPB untuk bisa membantu.

“Kita butuh Rumah Sakit dan lima Puskesmas sementara,” pungkas Rachman.

Rachman optimis, masyarakat Pulau Lombok akan tegar dan tangguh dalam menghadapi bencana. (Humas Lobar)