f-diklatGIRI MENANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Barat mengaku kekurangan ruang kelas baru (RKB) tingkat SD. Tercatat tingkat SD masih kekurangan 447 RKB. “Ini berdasarkan hasil pemetaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dikdas 2015,” kata Kepala Dikbud Lobar H Ilham pada saat pelatihan peningkatan kompetensi pengawas tingkat SD/MI, SMP/MTs di Puri Saron Senggigi beberapa waktu lalu.

Ilham mengatakan, sarana dan prasarana merupakan hal paling fundamental dari hasil pemetaan SPM Dikdas Tahun 2015 lalu. Kekurangan RKB masih cukup banyak.

“Ini baru kita bicara ruang kelas saja. Belum kita bicara tentang ketersediaan perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang belum optimal,” kata pria asal Kediri Lobar ini.

Diakuinya, masih banyak kekurangan pada tiap indikator capaian (IP). Hal tersebut akan menjadi tanggung jawab bersama dalam penuntasan pemenuhan SPM Dikdas di Lombok Barat. Selain itu, jika diperhatikan persoalan pendidikan saat ini bukan hanya menyangkut persoalan tentang SPM. Tetapi ada persoalan lebih besar dan menjadi kontribusi yang sangat signifikan terhadap bagaimana keberadaan kemajuan daerah .

“Kita tahu kalau berbicara IPM ada tiga hal yang membentuk IPM. Yakni bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” ujarnya.

Dari sisi IPM pendidikan sebetulnya hanya menggarap permasalahan rata-rata lama sekolah. Data terkini yang di rilis BPS IPM diangka 5,6. Artinya lama sekolah di Lobar lima tahun 6 bulan. Artinya, masih berada di kelas 6 SD belum tamat SD. “Ini keadaan sekarang dan perlu kita pahami mengapa angka ini 5,6,” imbuh mantan Perpusda Lobar ini.

Selain itu lanjutnya, berbicara kualitas hasil uji kompetensi guru (UKG) yang diadakan secara masiv tahun lalu. Angkanya sungguh fantastis, Lobar berada pada posisi rata-rata 55. Artinya rata-rata hasil UKG untuk dua uji kompetensi. Yakni profesional dan pedagogik rata- rata 5,5. Angka ini cukup tinggi. Lobar berada diposisi ketiga dari 10 Kabupaten/Kota Se-NTB. Jadi, kemampuan guru – guru Lobar dibandingkan kabupaten lain berada di posisi ketuga. Bahkan untuk SMA berada diposisi kedua setelah Mataram.

“Hasil kerja pengawas pembina disekolah kelihatan. Tetapi kalau kita melihat dari target yang ingin dicapai oleh pemerintah kedepan masih belum cukup,” imbuhnya.

Tahun depan lanjutnya, ia meprioritaskan angka rata-rata 6,5. Bagaimana kita melihat atau mengejar perbedaaan antara 6,5 dari 5,6.

Ia berharap, pengawas paling tidak mampu membawa guru termotivasi untuk belajar. Karena persoalan pendidikan saat ini faktor utama lemahnya semangat motivasi untuk meningkatkan kompetensi guru tersebut.

“Ini menjadi tugas kita sekarang untuk memberikan support, dorongan kepada guru meningkatkan motivasi dan semangat belajarnya,” tukasnya. (jay)

Sumber: http://www.lombokpost.net/2016/03/28/lobar-dorong-peningkatan-kualitas-pendidikan/