Giri Menang, Minggu 2 Desember 2018 – Sederetan prestasi yang diterima Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) di bidang kesehatan baru-baru ini mendapat apresiasi tinggi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Hal itu disampaikan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Kirana Primatasari saat menghadiri pembukaan jambore kader kesehatan tahun 2018 di Lapangan Suranadi, Kecamatan Narmada, Sabtu (1/12). Kegiatan jambore yang digelar Dinas Kesehatan Lobar dalam rangka memeriahkan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54 ini diikuti 1.600 orang kader se-Lobar.

Seperti diketahui, Pemkab Lobar beberapa hari lalu mendapat penghargaan sebagai Kabupaten yang memiliki 100% Puskesmas Terakreditasi. Satu hari sebelumnya Pemkab Lobar juga memperoleh penghargaan Indeks Kelola bagi Pemerintah Daerah yang berprestasi dalam mengelola APBD di bidang pembangunan kesehatan dari salah satu media riset ternama Katadata. Salah satu keberhasilan dibuktikan dengan berhasilnya Pemkab Lobar menurunkan prevalensi angka kasus stunting di Lobar.

“Mendengar raihan penghargaan yang diterima Lombok Barat saya sangat bangga. Para kader, anda sekalian adalah para agen perubahan yang membawa kemajuan di desa masing-masing. Kami dari Kementerian Kesehatan mengakui dedikasi anda. Tanpa kader, kesehatan tidak akan maju. Terima kasih para kader,” kata wanita yang pernah menjabat sebagai Kepala Puskesmas Lingsar era ‘90an ini.

Dalam kesempatan itu, dr. Kirana menyampaikan harapannya agar program-program yang dicanangkan pemerintah pusat dapat dilaksanakan dengan baik di tingkat bawah. Melalui posyandu misalnya, peran kader sangat penting menjadikan anak-anak lebih sehat termasuk memutus penularan TBC.

“Untuk pravelensi stunting jelas dengan yang dilaksanakan kader melalui posyandu. Kami mengharapkan posyandu harus berjalan setiap bulan karena di sana tempat bertemunya para ibu, bayi dan balita dengan para kader dan tenaga kesehatan. Di sana kita bisa belajar bagaimana memberikan makanan kepada bayi dan balita agar terhindar dari stunting, dan ibu bisa tetap sehat,” jelasnya.

Seperti diketahui, masalah kesehatan nasional seperti kematian ibu neonatal maupun bayi masih terus terjadi setiap tahun, meskipun trend-nya menurun. Termasuk angka kasus stunting yang cukup tinggi di Indonesia. TBC, Stunting, dan Imunisasi menjadi tiga masalah kesehatan yang serius di Indonesia.

Di Lombok Barat, masalah stunting merupakan masalah sangat krusial. Di tahun 2007, angka stunting menyentuh 49,8% bayi lahir dalam keadaan pendek. Setelah diintervensi dengan program, maka di tahun 2016 turun menjadi 32%. Saat ini, angka tersebut telah menurun sampai 28,9% yang sebenarnya ditargetkan tercapai di tahun 2020 nanti. Bahkan angka tersebut berada di bawah rata-rata nasional.

Keberhasilan menurunkan angka kasus stunting juga didukung oleh penguatan sistem kesehatan yang dikembangkan Dinas Kesehatan Lobar, yakni e-posyandu. Lombok Barat menjadi satu-satunya kabupaten yang sudah mengembangkan sistem sampai ke e-posyandu. Melalui sistem e-posyandu, para kader dimudahkan memantau perkembangan para binaannya secara online.

Selain Kemenkes RI, capaian prestasi Lobar juga mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Hj. Ermalena. Seluruh capaian tersebut diakui Ermalena berkat kerja keras bupati, dinas dan para kader.

“Penurunan angka stunting hingga 28% itu bukan hanya prestasi bupati dan kepala dinas saja, tapi itu adalah prestasi semua kader yang hadir. Tapi komandannya tetap pak bupati dan kepala dinas. Ini bukti kalau kita bersatu, apapun bisa kita selesaikan. Di tempat lain susah turunkan stunting, tapi di sini luar biasa capaiannya,” ungkap Ermalena.

Tidak hanya itu, Ermalena juga memuji pembangunan sistem informasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Lobar, yakni e-Posyandu. Ia bahkan berencana menjadikan strategi Dikes ini menjadi model nasional untuk diterapkan di daerah-daerah se-Indonesia.

“E-Posyandu ini luar biasa. Bisa dijadikan contoh, karena melalui e-posyandu ini pra kader bisa memantau kondisi bayi balita binaannya. Nanti kita bicarakan ya bu dr. Kirana agar bisa dijadikan model nasional,” katanya.