Perang Topat (3)Selain wisata alam yang tersebar di berbagai penjuru, di Lombok juga terdapat banyak sekali wisata budaya, diantaranya adalah “TRADISI PERANG TOPAT” yang merupakan tradisi turun temurun yang mulai dilakukan sepeninggal penjajahan Bali di Lombok di masa lampau. Tradisi ini di lakukan dengan cara saling lempar dengan menggunakan ketupat antara Ummat Islam dan Ummat Hindu Lombok. Dengan menggunakan pakaian adat khas Sasak dan Bali ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Perang Topat (6)Sebagaimana evennya digelar, Kamis (26/11-2015) di pelataran Pura Lingsar digelar tradisi tahunan bernama Perang Topat. Keunikann tradisi ini mengundang kalangan pejabat seperti Plt. Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, beserta segenap anggota Muspida, Kadis Pariwisata Lombok Barat Ispan Junaidi dan tentunya wisatawan asing yang dibawa para tour operator turut menyaksikan tradisi yang merupakan bentuk manifestasi kerukunan dua ummat beragama Muslim di Lombok dan Hindu Bali yang tinggal di Lombok.

Ketua Pengelola Kemaliq Lingsar, Lalu Suparman Taufik menjelaskan, Prosesi Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.

Perang Topat (5)Prosesi kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang Pencipta. (her-humas)