Sukses Bertani Sang Guru, Aplikasikan Pupuk Organik Di Gontoran Timur

Bunda Henny Anwar di kebunnya di Gontoran Timur, Lingsar (12)

Pondok sederhana, tertata rapi, kerimbunan pohon mengitari halaman tak seberapa luasnya. Letaknya di Gontoran Timur, Kecamatan Lingsar Lombok Barat, Henny Leonita Anhar, SH menyalurkan hobinya berkebun sedari lima tahun lalu. Berbagai jenis tanaman obat, hortikultura, tanaman buah, sayur-mayur apalagi ia tanam di lahannya seluas 5 are itu. Jika berandai-andai atau mungkin mengimpikan rumah singgah yang nyaman, sejuk, terbebas polusi baik polusi hiruk pikuk keramaian kota ataupun polusi udara atau zat timbal adiktif beracun lainnya, maka hobi yang diterapkan ibu Henny yang juga Kepala SDN 19 Cakranegara Mataram ini patut diapresiasi, bahkan layak bernilai plus.

Meski untuk ukuran mengembangkan tanaman sayur maupun buah tak cukup dengan lahan sempit seperti miliknya, namun Henny yang tinggal di Jl. Merdeka 7 No. 3 Pagesangan Mataram ini mengaku puas akan hobi berkebunnya yang bisa tersalurkan. Kepuasan itu sendiri datang ketika melihat tanaman sayur maupun buah-buahan yang ada di taman pondok yang ia sebut “Dagul Garden” ini tumbuh dengan subur, cepat berbunga lantas berbuah banyak dan mencengangkan.

Atas semua itu bagi istri dari salah seorang pengacara di PTUN Mataram ini mengungkapkan kegembiraannya setelah cukup lama menerapkan alih teknologi pertanian menggunakan pupuk organic dari berbagai kotoran ternak milik warga setempat. Seorang tenaga pengajar yang ramah dan keibuan ini justru mengaku sangat puas atas hasil produktivitas tanaman yang semakin mencengankan utamanya dari sisi pertumbuhan dan pembuahan yang begitu cepat setelah aplikasi pupuk kompos produksi warga Gontoran.

Sejumlah tanaman buah misalnya tumbuh subur berjejer di pekarangannya seperti yang lagi trendi saat ini buah naga. Kecuali itu di lahan ini juga ada tanaman jeruk, delima merah, jeruk limau, kemunting, matoa, jeruti, jambu air, joet hitam, joet putih, rosela, singkong Sumatera dan sejumlah tanaman sayur-mayur lainnya. “Khusus tanaman buah naga sejak menggunakan pupuk kompos dalam satu buah naga berat bisa mencapai 1,3 Kg. Untuk satu pohon/satu tiang bisa menghasilkan 100 kg,” bunda Henny menjelaskan.

Aplikasi pupuk kandang bagi Bunda Henny telah menjadi jantung pergerakan dan pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunannya yang ia terapkan sejak tuju tahun lalu. Karena itu ia mengaku sulit menerapkan produk pupuk organic selain yang produksi peternak di Gontoran Timur. Karena sudah terbukti secara terus-menerus bisa meningkatkan nilai produktivitas tanaman. Ia sendiri mengaku sudah terlanjur jatuh “Cinta” dengan pupuk kompos dari kotoran ternak.

“Bahkan banyak teman-teman lainnya yang bertanya-tanya terkait pupuk yang saya pakai. Di sekolahpun ke depan akan saya kembangkan tanaman sayur dan tanaman toga lainnya dengan formulasi pemupukan menggunakan pupuk kandang,” tukasnya.

Cara bertanam alami yang diaplikasikan Bunda Henny ini dengan pola pemupukan dari kotoran ternak ini cukup praktis bisa dilakukan siapa saja. Artinya tidak terlampau rumit apalagi hendak membikin pupuk sendiri. Sebelum mulai menanam Bunda Henny menaburkan pupuk padat cair dari campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah ditaburi pupuk kandang.

“Hasilnya luar biasa. Pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat, daunnya tumbuh berkembang menjadi lebih tebal dan besar. Bunga menjadi lebih cepat keluar dan menghasilkan buah lebih cepat, banyak dan bobotnya lebih banyak. Pemupukan dengan EM4 ini tergantung dari kebutuhan. Namun jika pemupukan lebih banyak, tentu hasilnya juga sepadan,” ungkapnya.

Alih terapan system pemupukan organic dengan pupuk kandang ini tidak saja diberlakukannya di lahan hortikultura. Namun di lahan sawah untuk tanaman pangan ia juga menerapkan pupuk kandang. Meski tanaman padi hanya lima are luasnya. Namun Bunda Henny sudah menikmati sendiri hasilnya. Produktivitas padinya meningkat drastis setelah menggunakan pupuk pupuk kandang ini.

“Pada tanaman bunga dan tanaman hias lainnya di pekarangan rumahpun saya dan keluarga menerapkan pemupukan organik. Tanaman tumbuh menjadi lebih segar, lebih hijau dan pembungaan juga semakin banyak. Anjuran saya gunakanlah pupuk organic seperti di Gontoran Timur dalam merawat tanaman,” saran Bunda Henny yang juga sering mengirim bibit naga ke Lombok Timur, Lombok Barat hingga ke Pulau Dewata-Bali.

Jurnalis Warga oleh: WARDI

DATU KELING DAN DATU DAHA

Jurnalis Warga Oleh : Aulia Islamiati Yusuf (SMAN 1 Labuapi)

 Dikisahkan, ada dua Datu (raja) bersaudara, namanya Datu Keling dan Datu Daha. Mereka tinggal di Kerajaan yang berbeda. Datu Keling di Kerajaan Keling dan Datu Daha di Kerajaan Daha. Selama mereka menjadi Datu, mereka belum mempunyai bije (anak). Karena terlalau lama menjadi Datu, mereka merasa bingung. Kelak, siapa yang akan meneruskan tahta kerajaan mereka. Semua usaha telah dicoba, tetapi tidak satupun yang membuahkan hasil, hingga terdengar di telinga Datu  sebuah cerita tentang makam keramat. Konon,  semua keinginan dan permintaan pasti akan di kabulkan jika berdoa di makam tersebut. Cerita ini membuat kedua Datu itu berniat mengunjungi makam yang dimaksud. (lebih…)

Usaha Bibit Buah Di Lingsar, Laris Manis Hingga Istana Presiden

Foto0295

Durian, rambutan, manggis merupakan tiga komoditi tanaman hortikultura andalan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Ketiga komoditi ini menjadi branding menarik dan menjadi komoditas varietas unggulan tanaman buah di kabupaten ujung barat, Nusa Tenggara Barat ini. Keistmewaan ketiga komoditas horti tersebut terletak pada rasanya yang manis, legit serta aroma yang harum mewangi dan menambah selera penggemar buah-buahan.

Bahkan begitu terkenalnya buah-buahan yang sengaja dikembangkan secara luas di wilayah Kecamatan Narmada dan Lingsar ini tidaklah mengherankan pada saat-saat musim ketiga komoditi tersebut seperti sekarang ini, banyak pedagang buah bermunculan di pinggir jalan dari kota Mataram, hingga ke Pulau Sumbawa. Jika ditanyakan buahnya darimana, maka merekapun serentak menjawab dari Narmada atau Lingsar.

Salah seorang pengusaha pembibitan buah-buahan di Lingsar, Senah ketika ditanya rahasia akan banyaknya pesanan manggis, durian, rambutan dan tanaman buah lainnya dari Lingsar karena rasanya yang manis dan beda dari produk sejenis dari daerah lain.

“Yang terpenting karena perawatan maupun pemupukan yang diterapkan di sini sebagian besar menggunakan pupuk kandang (organic). Dan untuk mendapatkannya sangatlah mudah, karena para peternak sapi ataupun unggas di sini cukup banyak,” kata Geser.

Seiring dengan permintaan buah-buahan yang begitu tinggi juga berimbas dan berbuah berkah pada usaha turunannya. Usaha turunan dimaksud yakni banyaknya usaha tani pembibitan buah-buahan yang kemunculannya sudah lama sejak kurang lebih 10 tahun lalu, bahkan banyak yang bermunculan secara dadakan. Tidak saja dari kedua kecamatan tersebut, tapi sudah merambah ke sejumlah wilayah lainnya seperti di Kediri, kota Mataram, Lombok Tengah hingga Lombok Timur. Rata-rata ia mengaku bibitnya sebagian besar dari Lingsar atau Narmada

“Tidak hanya dalam bentuk buah yang sudah siap panen yang banyak dicari konsumen baik untuk kebutuhan lokal sendiri maupun yang diantar-pulaukan, tapi juga kebutuhan dan permintaan akan bibit buah-buahan berbagai jenis ini juga diusahatanikan secara pembibibitan,” kata Angga Sofyan pengusaha pembibitan tanaman buah yang ditemui beberapa waktu lalu.

Jenis tanaman buah yang dibibitkan selain yang tersebut diatas, juga sejumlah tanaman buah lainnya seperti belimbing, mangga, anggur (hijau, merah, hitam), cempedak, kedondong, nangka prabu, nangka genjah, jambu biji, jambu bangkok, jambu merah, jambu jamaika, sawo, sirsak, jeruk lumajang, limau, salak, kelengkeng, matoa, jeruti, jeruk sankis, apel, jeruk gedang (besar), papaya berbagai jenis, buah vir dan masih banyak varkietas lainnya.

Berbagai jenis produk buah unggulan yang dikembangkan oleh pengusaha pembibitan di Narmada dan Lingsar ini terbukti telah banyak dilirik petani hortikultura dari luar daerah seperti Jawa, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Bima, Dompu hingga Nusa Tenggara Timur. Bahkan menurut Angga diamini pengusaha lainnya, Sadli dan Geser.

Bahkan tahun sebelumnhya seorang pengusdaha tanaman buah dari Bali memesan bibit manggis dan rambutan dari Lingsar ini hingga puluhan ribu bibit. Justru yang mencengangkan Ibu megawati Soekarno Putri mangtan Presiden RI juga pernah memesan manggis dan rambutan Lingsar dalam jumlah besar untuk ditanami di kebunnya,” ungkap Senah menambahkan.

Usaha pembibitan yang ditekuni oleh sejumlah pengusaha pembibitan di Lingsar dan di Narmada ini dilakukan dengan berbagai system pembibitan. Diantaranya dengan model penanaman menggunakan biji, sambungan, okulasi. Sistem pembibitan tersebut masing-masing punya kelemahan dan kelebihan. Secara biji kelebihannya memiliki pohon yang tegak, tumbuh secara alami namun masa berbuahnya cukup lama antara 5 tahun ke atas. Sebaliknya dengan system okulasi batangnya bengkok tidak teratur, namun cepat berbuah. Pembuahan baru bisa terjadi antara 2-3 tahun.

Jurnalis Warga: WARDI   

Hj.Nurul Aini,S.Pdi Srikandi Penyelamat Buramnya Gerabah Banyumulek

Menyebut desa Banyumulek, akan terbayang dalam ingatan, bagaimana pembuatan dan produksi kerajinan gerabah di sana. Bagaimana pula tangan-tangan terampil warganya dalam menciptakan seni gerabah. Dari gerabah ukuran besar hingga kecil, bernilai artistik tinggi, bisa diperoleh sebagai cenderamata. Dari kebutuhan rumah tangga sampai ornamen interior dan eksterior.

DSC_4064Sebelum desa Banyumulek itu lahir, tangan-tangan terampil warganya sudah mulai tumbuh dari generasi ke generasi. Itu diawali hanya dengan memproduksi gentong  atau kendi. Gentong atau kendi ini, orang Sasak di Lombok menyebutnya ‘bong’ Dalam pemasarannya, warga setempat harus memikul produksi ‘bong’ tersebut hanya dengan berdagang keliling dari kampung ke kampung, bahkan dari satu desa ke desa lain. Inilah tantangan dan resikonya. (lebih…)

Sumberdaya Hutan Untuk Pariwisata Alam Lobar

DSC_0012Lombok Barat (Lobar), merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam berupa hutan. Kondisi daratan yang luas, hampir separoh berupa hutan dengan keanekaragaman ekosistem yang tinggi. Di dalam ekosistem ini, kaya akan sumberdaya lanskap. Selain berupa vegetasi dengan segala isinya, juga berupa pemandangan alam gunung, lembah, ngarai, air terjun, sungai, danau dan goa. Semuanya merupakan sumberdaya alam yang memiliki potensi besar untuk area wisata alam. (lebih…)

Komunikasi Non Verbal dalam Pergaulan Orang Sasak

Komunikasi antar manusia sangat mungkin akan membosankan bila hanya dilakukan dengan kata-kata. Karena itu, selebihnya dapat dilakukan secara menarik dengan menggunakan bahasa tubuh yang ditunjukkan dengan posisi dan gerak tubuh  ketika seseorang berkomunikasi.

 

Bahasa tubuh (body language) ini masih dapat diperinci lagi melalui penggunaan anggota tubuh, seperti gerak bibir, mulai dari gerak bibir yang membuat posisi tersenyum sampai posisi bibir yang menyiratkan perasaan dongkol, kecut dan masam.

Komunikasi non verbal dapat juga dilakukan dengan anggukan, tatapan mata (eye contack) atau melalui pancaran air muka. Bahkan dari tanganpun dapat dibangun komunikasi non verbal dengan memperlihatkan bagaimana posisi tangan ketika sedang berbicara. Bagaimana jabat tangan dilakukan, juga memberi isarat kepada lawan bicara. (lebih…)

Peluang Pengembangan Wisata Bahari

044SEBAGAI daerah yang kaya akan laut, Lombok Barat (Lobar) harus mendayagunakan semua potensi yang ada. Jangan sampai ada dikotomi antara laut dan darat. Potensi kelautan dan perikanan, hendaknya tidak hanya jadi urusan dan dinikmati oleh masyarakat pesisir saja. Di daerah terpencil pun yang tidak berbatasan dengan pantai, perikanan dan kelautan tetap diperlukan. Semua potensi kelautan harus di export ke darat. Selanjutnya, Lobar dapat benar-benar menjadi daerah maritim, apabila semua masyarakat berorientasi pada laut. (lebih…)

Gili Nanggu, Wisata Bulan Madu Halal

F-Nanggu-1GIRI MENANG – Tak kalah dengan Gili Trawangan, Gili Nanggu Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong semakin berbenah. Pulau kecil dan sunyi ini kini juga dipersiapkan sebagai destinasi bulan madu (honeymoon) halal yang sangat romantis.

Wayan, Front Staff Gili Nanggu Resort mengatakan, ini merupakan ide langsung dari manajemen resort. Hal tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap pengembangan wisata di Lombok Barat.

“Ini inisiatif manajemen,” ungkapnya

Beragam fasilitas telah disiapkan untuk mendukung rencana tersebut. Nanggu Resort menyediakan penginapan sekaligus juga tempat peribadatan. Sebanyak  delapan buah cottage dipersiapkan bagi pasangan yang ingin berbulan madu.

“Kisaran harga per cottage hanya Rp 500 ribu untuk high season, sedangkan low season sebesar Rp 400 ribu,” paparnya.

Sementara untuk makanan, wisatawan tak perlu khawatir. Gili Nanggu Resort menyediakan restoran dengan makanan yang dijamin halal 100 persen.

Ia mengaku Gili Nanggu memang cocok sebagai destinasi bulan madu. Pulau kecil ini menawarkan suasana ketenangan dan keromantisan kepada setiap pengunjung.

Di Pantai Gili Nanggu, pasangan pengantin dapat menikmati kicauan-kicauan burung di sekitar pepohonan yang asri. Di bibir pantainya, pengunjung dapat merasakan sejuk udara pantai dan ombak-ombak tenang menyapu kaki-kaki. Selain itu, Gili Nanggu menawarkan air laut yang sangat jernih, dimana ikan-ikan berwarna-warni terlihat jelas.

“Sangat mengasyikkan bagi mereka yang tak suka keramaian,” pungkas Wayan. (fer/r4)

Sukses Yani Budidayakan Gaharu Di Lahan Kering

 

Yani Petani Gaharu (2)Obsesi Nur Akhmad Yani bertahun-tahun untuk menemukan species tanaman bernilai ekonomis tinggi berupa tanaman gaharu di lahan kering berujung pada upaya mendongkrak pendapatan petani kini berbuah manis. Seakan lepas dari rasa haus berkepanjangan Yani begitu biasa ia akrab disapa, dianggap telah   menjadi pahlawan tanpa pamrih di tempat tinggalnya Desa Bukit Tinggi dan Desa Mekarsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Kerja keras dan dedikasi sosok Yani akhirnya diganjar penghargaan bergensi sebagai Fellow Ashoka. PSPSDM, lembaga yang didirikannya, dinilai sebagai 15 mitra terbaik GEF-SGP di Indonesia. Ia dianggap memiliki kiprah besar dalam pemberdayaan masyarakat di lahan kering.

Sistem pengelolaan lahan kering berupa teras miring yang diciptakan Yani di desa binaannnya, awalnya telah dikembangkan oleh pegiat LSM pada era tahun 1980-an seperti Konsorsium Masyarakat Dataran Tinggi Nusa Tenggara (KMDTNT) di wilayah NTT, NTB, Bali dan Timor Leste, serta CARE Internasional di NTB.

Hanya saja yang menjadikan kiprah Yani dinilai member cirri tersendiri yakni dia berhasil melakukan uji coba budidaya tanaman gaharu pada lahan kering. Sebagaimana diketahui pengembangan gaharu di desanya biasanya hidup hidup optimal di lahan lembab, namun berkat eksperimen Yani bisa dibudidayakan dengan baik pada lahan kering.

Hal yang lazim terjadi bagi para petani, tanaman utama yang dikembangkan pada program lahan kering adalah jenis tanaman kayu dan buah-buahan, namun ironisnya tak mampu memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan petani lahan kering. “Penemuan bibit gubal gaharu oleh Dr Parman (almarhum) dari Unram telah menginspirasi saya untuk melakukan uji coba agar tanaman gaharu dapat dibudidayakan di lahan kering,” terang Yani membuka pembicaraan.

Uji coba keberhasilan Yani pada lahan kering dua warganya yang disulap menjadi hijau dan subur, telah membuka aura masyarakat sekitar mulai tertarik mengadopsi inovasi ini pada lahan mereka. Pada tahun 1999, jumlah petani di Desa Mekarsari yang mengadopsi inovasi ini berkembang menjadi 40 keluarga tani. Pengembangan program ini mendapat dukungan dana hibah dari GEF-SGP/UNDP.

Kecuali Desa Penimbung dan tiga desa di sekitarnya di Lombok Barat, Yani juga telah mengimplementasikan program pertanian lahan kering model ini ke Desa Selaparang di Lombok Timur, Desa Mbajo dan Desa Dodi Dungga di Bima dan Desa Malaka di Kabupaten Lombok Utara.

Saat ini, petani binaan Yani di Desa Mekar Sari telah dapat menikmati hasil panen tanaman semusim dengan lebih baik, termasuk tanaman gaharu dan tanaman kayu lainnya. Satu pohon gaharu umur 5 – 6 tahun bisa menghasilkan 1 – 3 kilogram (kg) gubal gaharu. Harga 1 kg gaharu dapat mencapai Rp 1 juta hingga 9 juta di lapangan, tergantung kualitas gubalnya.

Selain itu Yani menambahkan, salah satu anggota kelompok tani yang mengelola lahan seluas 1 hektare dapat membeli sepeda motor cash dari memelihara 3 ekor sapinya. Pakan ternak tidak perlu dicari ke hutan atau tempat lain seperti sebelumnya.  Tetapi cukup dari daun gamal yang ada di kebunnya.

Kapasitas kelembagaan dan individu kelompok tani yang dibina Yani juga meningkat. Ketua kelompok dan kelompok taninya telah menjadi pemrakrasa berdirinya SDN 4 Mekarsari.  Nyoman Suyasa, anggota kelompok lainnya, telah berhasil memfasilitasi pembangunan sarana air bersih dan pembukaan jalan baru di desanya.

Ujicoba tanaman gaharu di lahan kering di Desa Mekarsari dan Bukit Tinggi telah menjadi laboratorium training lapangan. Telah banyak kunjungan yang dilakukan oleh petani, kelompok tani maupun ormas lain dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Timor Leste untuk belajar bersama dengan petani setempat.

Pendampingan program yang diberikan kepada masyarakat saat ini tidak lagi terbatas pada bidang pertanian, tetapi juga bidang kesehatan, air bersih dan pendidikan. Jumlah desa dampingan yang telah mendapat sentuhan program PSPSDM sebanyak 129 desa, 121 desa diantaranya tersebar di NTB.

Jurnalis Warga: WARDI

Gili Kedis, Sepotong Surga Di Lombok Barat

gili kedisAnugrah Ilahi yang melimpah ruah dengan suguhan alam yang indah mempesona di Pulau Lombok khususnya di Lombok Barat memang diakui tiada banding tiada sanding dengan daerah lainnya. Begitu kaya akan beragam potensi alam yang menakjubkan sejatinya menjadi saksi bisu pemberian Tuhan yang layak  disyukuri.  Jika Pulau Bali terkenal lebih dahulu dengan potensi alam pantainya karena promosinya lebih awal, namun jangan terlena, jika suatu saat nanti Pulau Lombok akan mampu  menandingi Bali. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke negeri belahan surga dari deretan Sunda Kecil di wilayah Nusa Tenggara ini.

Bentangan pantai pasir putih bak merica tiada batas nyaris tak terlewatkan kita temukan di  alam pantai maupun di Gili-Gili (pulau kecil,red) yang ada di Lombok. Yang sudah mendunia yakni gili trawangan, gili meno dan gili air merupakan kekayaan wisata yang sangat terkena di pulau Lombok. Tiga icon pariwisata ini merupakan branding yang dimunculkan untuk menarik sejuta wisatawan untuk datang ke Lombok. Namun tidak terhenti sampai di situ saja, selain tiga gili ini ternyata Lombok juga menhyimpan  gili lain yang keindahannya tidak kalah dengan tiga gili yang ada. Itulah Gili Kedis.

Gili Kedis sendiri berada disebelah barat desa Sekotong Tengah dusun Batu Kijuk kecamatan Sekotong, kurang lebih 1000 m. Wilayah yang kurang diperhatikan oleh pemerinth daerah ini menyimpan keindahan yang sangat eksotis, dengan pantainya yang dibalut pasir putih lebih bagus dari pantai Senggigi. Hal yang menarik dari gili satu ini adalah gelombang lautnya yang tidak ada lebih persis terlihat seperti danau. Selain itu gili ini masih bersih dan alami tidak ada sampah yang terlihat sampai menurut pengakuan salah seorang warga disana lokasi ini (gili kedis) pernah dijadikan sebagai lokasi shoting film asing..

Keindahan gili kedis ini sayang sekali tidak banyak diketahui oleh orang, bahkan sngat tidak terurus. Masyarakat sangat membutuhkan fasilitas seperti dermaga untuk dijadikan sebagai bersandarnya perahu yang digunakn sebagai alat transportasi bagi tamu yang ingin mengunjungi gili satu ini.

Jika diambil dari poto udara, bentuk Gili Kedis ini memang unik. Seperti bentuk jantung atau lambang cinta (love). Karena itu bagi siapa saja yang baru pertama ke Gili Kedis ini akan langsung takjub dan berdecak kagum tiada henti dengan keindahan pulau mungil yang berpasir putih dan lembut ini.

Gili Kedis memang mempesona untuk dipandang. Dengan ukuran mungilnya, pulau ini menjadi tampak cantik. Tak perlu waktu lama untuk menjelajahi seluruh pulau dengan ukuran lebih kecil dari lapangan bola ini. Sekitar sepuluh atau sebelas menit, seluruh pantainya akan habis kita jejaki.

Melihat makin derasnya arus kunjungan wisatawan, dimana wisatawan ingin menikmati hal-hal baru dan spesifik, setiap akhir pekan ataupun saat musim liburan tiba, Gili Kedis makin ramai pengunjung tidak saja wisatawan domestic, namun wisatawan mancanegarapun tak menyia-nyiakan kesempatan liburannya untuk menimati hamparan keindahan Gili Kedis.

Berada di pantai memang panas menyengat, namun rimbunnya pepohonan tertiup angin semilir di pantai, menjadikan pengunjung di Gili Kedis ini terasa betah untuk lebih lama dinikmati. Kecuali itu Pemerintah Daerah Lombok Barat juga membangun gazebo dan berugak kecil sebagai tempat para wisatawan melepas lelah. Kelebihan pantai ini adalah airnya yang jernih. Selain kejernihan yang mengelilingi gili ini, Gili Kedis memiliki alam bawah laut yang indah.

Keindahan terumbu karangnya masih cukup terjaga sebagai habitat dari berbagai jenis ikan. Di satu sisi terdapat pasir putih yang lembut dengan ombak yang relatif tenang, sedangkan di sisi lainnya teradapat bebatuan yang tergerus oleh ombak. Bagai penyuka snorkeling, bawah laut gili Kedis layak dijadwalkan dalam daftar penjelajahan.

Multiflyer effeck dari berkembangnya pariwisata di suatu daerah secara langsung memberikan nilai berganda bagi terdongkraknya ekonomi masyarakat. Masyarakat yang berdekatan tinggal dengan Gili Kedis rupanya cerdas membaca peluang  ini dengan berjualan berbagai jenis makanan, minuman, kuliner khas setempat. “Saya dan masyarakat di sini berharap agar dari waktu ke waktu Gili Kedis ini akan semakin dikenal dan ramai dikunjungi banyak orang. Karena dengan ramainya pengunjung kami bis aneka jenis makanan dan minuman yang dibutuhkan wisatawan. Dengan demikian kami bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan hidup akan menjadi lebih baik,” ungkap Rahmah(46), warga Batu Kijuk yang kesehariannya berjualan makanan dan minuman ringan di bibir pantai menuju kawasan Gili Kedis.

Kecuali itu, masyarakat nelayan juga meraup untung dari penyewaan perahu mereka yang menyeberangkan wisatawan ke Gili Kedis ini. “Hanya saya pungut Rp. 200.000 penyeberangan PP ke Gili Kedis untuk satu perahu dengan isi maksimal 10 orang,” kata Rajiman nelayan setempat.

Tips ke Gili Kedis: Berwisata ke Gili Kedis tidaklah sulit. Dari ibukota Lombok Barat di Gerung perjalanan sejauh 30 Km bisa ditempuh kea rah selatan baik dengan mengendarai sepeda motor maupun kendaraan roda empat (travel). Tidak kurang dari satu jam perjalanan sudah sampai di Gili Kedis. Menyeberang ke Gili Kedis banyak penyewaan perahu bernotor yang siap mengantar anda pulang pergi ke lokasi yang indah ini. Adapun tarifnya Rp. 200.000 PP/perahu dengan isi penumpang maksimal 10 orang.

Jurnalis Warga Oleh: WARDI.

1 53 54 55 56 57 70