Kesuksessannya menjalani profesinya sebagai seorang Kaur yang mengurusi soal keamanan dan ketertiban di desanya tidak menghalanginya dalam upaya memberikan kiprah dan pengabdiannya bagi masyarakat. “Keduanya saya anggap sebagai bentuk pengabdian bagi masyarakat karena sama-sama bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus bernilai ibadah,” urai jebolan Ponpes Al-Islahudiny Kediri ini.
Memulai usaha ternak unggas ini, Khulaefi bermodal kepercayaan diri termasuk kocek yang ia harus rogoh dalam-dalam guna mempersiapkan perangkat pendukung memulai usahanya ini. Ayah empat orang putra-putri ini mengaku, lahan kosong miliknya seluas 60 are diputuskannya untuk memelihara ayam. Ia menilai prospek atau peluang pasar ayam pedaging ini kedepannya cukup terbuka. Meski pasang-surut harga sering terjadi, dinilainya hal yang sudah biasa terjadi.
Tahap pemula beternak ayam yang usia panennya rata-rata 3-35 hari ini, Khualefi menggelontorkan dana Rp. 70 juta untuk pembuatan kandang. Kandang kolektif ini sendiri berukuran 40 meter kali 8 meter. Dana sebesar ini terbilang pantastis, apalagi merupakan dana swadaya, tanpa pinjaman sana-sini. Belum lagi pengadaan bibit ayam sebanyak 2.500 ekor. Dengan rincian harga bibit per ekornya Rp. 6.100. “Harga bibit saya nilai cukup mahal. Idealnya harga bibit paling tinggi Rp. 5000 saja, agar bisa menyeimbangi biaya produksi yang sudah dikeluarkan,” tukas pria ramah ini.
Beternak ayam jenis ini bagi Khulaefi terbilang rumit. Selain kebersihan kandang harus tetap terjaga, juga pemberian pakan haruslah teratur dan rutin dilakukan. Sementara harga pakan cukup tingg, Rp. 350. 000/sak.
“Ada 159 sak pakan yang sudah dihabiskan hingga 12 kali panen sejak setahun lebih memulai usdaha ayam ini. Tidak selesai sampai disitu obat-obatan juga harus kita siapkan. Sama seperti manusia ayam juga sewaktu-waktu mengalami sakit. Bisa dikalkulasikan sendiri berapa budget yang harus disiapkan merintis ternak ayam pedaging ini,” ungkap Khulaefi bertanya.
Khulaefi menyadari usaha ayam pedagang memang mengalami pasang surut baik soal kondisi ayam itu sendiri, karena semua itu juga berpengaruh pada factor cuaca. Jika cuaca panas atau lagi musim kemarau, ayam mengalami kepanasan. Dan mau tidak mau harus disiapkan kipas agar lebih adem sedikit. Cuaca adem malah menguntungkan, karena tak perlu repot lagi.
Belajar dari pengalaman tersebut, Khulaefi tidak pantang bersurut memelihara ayam ini. Karena bagaimanapun juga selain usaha ini dianggapnya sebagai hobi, juga karena sudah bisa menikmati hasilnya, setidaknya bisa meningkatkan ekonomi keluarga dan ke depan bisa menjadi inspirasi bagi warga lainnya untuk memulai usaha apapun yang penting bisa meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat.
Bagi Khulaefi obsesi ke depan bagi usaha ayam pedaging ini tak pernah surut. Bahkan ia makin bersemangat untuk memperluas dan menambah kandang ayam berikutnya dengan kapasitas 3000 ekor. Ia bahkan sudah menyiapkan proposal untuk mendapatkan dukungan permodalan. “Tolong bantu mas, barangkali ada chanelnya di Dinas peternakan atau pengusaha bisa diinformasikan,” jelas Khulaefi pada media ini. (her)