Ali bin al-Ma’mun al-Abbasi dikenal sebagai seorang gubernur dan putra seorang khalifah.
Ia menjalani hidup mewah di sebuah istana yang besar. Apa pun yang ia inginkan di dunia ini dengan mudah ia peroleh.
Suatu hari, ia melongok ke bawah dari balkon istananya. Ia melihat seseorang yang sedang bekerja keras di ladang. Orang itu terlihat sangat bahagia dengan pekerjaannya. Dia bekerja penuh semangat.
Pada hari-hari berikutnya, Ali terus memerhatikan orang yang bekerja di ladang itu. Dia sangat tertarik melihat orang yang selalu bekerja sejak pagi itu. Dia begitu rajin dan tak pernah mengeluh. Di sela-sela kesibukannya, dia tetap melaksanakan shalat lima waktu.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai diri orang itu, Ali mengundangnya ke istana. Ia mengajukan beberapa pertanyaan, hingga akhirnya Ali mengetahui si pekerja itu mempunyai seorang istri, dua adik perempuan, dan ibu yang semuanya berada di bawah tanggungannya. Untuk membiayai mereka, ia harus bekerja keras.
Mengetahui hal itu, Ali semakin kagum terhadapnya. Ia tak bisa membendung hasratnya untuk mengenal orang itu lebih jauh lagi. “Adakah sesuatu yang bisa membuatmu mengeluh?”
Orang itu menjawab, “Tidak. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Ali terpesona dengan jawaban ringkas nan padat yang disampaikan orang itu, Ali pun memutuskan untuk meninggalkan istananya dan mundur dari jabatannya sebagai gubernur. Ia mengembara dari satu kota ke kota lain, untuk melihat lebih dekat kehidupan rakyat kecil. Ia menemukan ketenangan batin dan kebahagiaan sejati kala menjadi rakyat jelata.
Selama pengembaraannya, Ali merasakan langsung denyut nadi kehidupan rakyat kecil. Ia bekerja menjadi seorang tukang kayu dan mendapatkan kebahagiaan yang tak pernah diraihnya saat berada di istana. Hingga ia pun memilih hidup sederhana hingga akhir hayatnya di daerah Khurasan.
Sosok pemimpin seperti Ali, mungkin sudah sulit ditemukan saat ini. Kita tentu tidak menginginkan pemimpin kita pergi dan meninggalkan jabatannya. Kita ingin mereka tetap di posisinya untuk memimpin rakyatnya menuju kehidupan yang lebih baik.
Pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah ini adalah pentingnya seorang pemimpin untuk menengok ke bawah dan melihat dari dekat kehidupan rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin tidak selayaknya hanya menunggu laporan bawahannya. Ia harus turun ke lapangan untuk memastikan laporan itu sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Dengan turun ke bawah, seorang pemimpin bisa mendengar langsung keluhan rakyat. Sehingga, mudah merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan rakyat, sekaligus menaikkan taraf hidup rakyat yang dipimpinnya.
Ini semua menjadi pelajaran bagi pemimpin untuk selalu memperhatikan kondisi rakyat. Mendengarkan keluh kesahnya dan menentukan langkah yang tepat untuk memberikan solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan.
Sebab, kepemimpinan itu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Rasul SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin.”
Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/11/22/mdw341-keteladanan-sang-pemimpin