Kabupaten Lombok Barat

Beban Kurikulum Berat Lemahkan Otak Kanan

Beban kurikulum terlalu berat yang dialami siswa sejak dini berdampak terhadap nalar atau pemakaian otak kanan yang cenderung lemah. Padahal, jika sejak usia dini otak kanan efektif dirangsang hasilnya akan terlihat luar biasa untuk pengembangan kehidupan seseorang.

“Sayangnya, imajinasi sebagai hasil kerja otak kiri banyak yang tidak diajarkan kepada anak sejak di bangku sekolah. Hafalan, matematis yang banyak dibebankan kepada siswa menyebabkan otak kanan lemah,” tegas Kapten Sar, motivator yang juga pakar aktivasi dan navigator otak kanan, kemarin.

Menurut dia, saat ini kurikulum di Indonesia sudah kadung banyak menerapkan metode otak kiri dibanding penggunaan otak kanan. Sudah kadung pula, cap orang genius jika memiliki IQ yang sempurna dengan nilai 100. Padahal, IQ hanyalah penyumbang kecil saja 10-15 persen untuk kejeniusan dan kesuksesan. Selebihnya yang banyak berperan adalah kerja otak kanan.

“Banyak fitur teknologi yang saat ini sudah sedemikian canggih dihasilkan dari kreasi cara kerja otak kanan. Mulanya tidak ada gambaran, fitur hp canggih bisa digunakan dengan touch screen atau layar sentuh. Bahkan dengan penggunaan suara suatu model perangkat bisa dijalankan,” ujarnya.

Semuanya, tamabah Sar, berawal dari imajinasi atau khayalan yang tinggi terhadap penggunaan atau perangkat komunikasi atau kecanggihan teknologi lainnya seperti pesawat super canggih.

“Ibaratnya, orang dibiasakan berani dulu berkhayal tentang sesuatu yang positif baru langkah selanjutnya otak kiri yang akan mencari solusinya. Penggunaan otak kanan dinilai mampu merangsang keberhasilan seseorang hingga 85 persen. Inilah yang disebut kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ),” paparnya.

Dari pengamatannya sejak era 1980-an, jelas Sar, kecenderungan mahasiswa/mahasiswi yang mampu merangsang otak kanan hanya sedikit sekali — sekitar 3 persen. Selebihnya 97 persen otak kiri bisa dibilang “mengambang” dalam berkarya.

Bahkan penelitian mutakhir di Amerika Serikat menyebutkan peran logika dalam membuat orang menjadi sukses hanya 4-6 persen sedangkan 94-96 persen adalah tanggungjawab otak kanan yang banyak berhubungan dengan inovasi, kreativitas, naluri, intituisi, daya cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit, kedisiplinan, etika, empati dan lainnya.

“Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer. Intinya, jika otak kiri sering membuat batasan maka otak kananlah yang membuat segalanya mungkin dan menjadi tidak terbatas,” jelasnya.

Sumber : www.harianterbit.com