Banyak aktivitas masyarakat di Pulau Lombok yang tak perlu dilewatkan begitu saja untuk diapresiasi. Terlebih di bulan suci Ramadhan ini beragam kegiatan dimanfaatkan, sembari menungggu beduq magrib pertanda buka puasa sudah mulai tiba.
Warga Jerneng, Bagik Polak Barat, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat rupanya cukup menghargai waktu dengan mengisinya dengan permainan gasingan, permainan tradisonal suku Sasak yang sudah cukup dikenal dan melegenda ini. Permainan ini tidak hanya muncul saat memeriahkan haribesar nasional semacam peringatan HUT kemerdekaan RI. Ataukah saat Pemilu yang digelar salah satu parpol atau konstentan Pilkada. Namun aktivitas ini muncul juga di bulan Ramadhan menjelang tibanya waktu berbuka. “Kegiatan ini bagus dan positif, disamping sebagai hiburan juga upaya pelestarian budaya,” kata tokoh warga setempat, Gupron.
Ketika melintas di kawasan Jerneng, permainan gasing ini rupanya banyak digandrungi remaja maupun orang dewasa. Suasana arena tempat bermain gasing memang terlihat ramai. Dari jalan raya arah Gerung ataupun Cakranegara terlihat kerumunan orang sedang asik bermain gasing di salah satu lapangan kecil.
Amaq Huriah, salah seorang warga setempat juga menjelaskan, bermain gasing merupakan tradisi. “Bukan hanya di bulan puasa saja, tapi khusus puasa kami main setiap sore sambilan nganteh (menu nggu waktu buka,” ujar pria yang buka warung nasi di seputaran pasar labuapi ini.
Dijelaskannya, dalam permainan tersebut ada kesempatan memukul gasing lawan yang dalam bahasa Sasak disebut “memantok”. “Tergantung siapa yang pintar mukulnya,” katanya.
Amaq Huriah mengaku saling bergantian mendatangi kandang lawan. “Sekarang ini kami yang dari Telaga Waru Barat dating ke Jerneng. Berikutnya giliran waktu kita saling undang,” jelas pria rtamah ini.
Biasa pembuatan gasing yang berukuran cukup besar sekitar RP 150-200 ribu. Meski berat, para pemain mengaku sudah terbiasa karena melakukannya sejak kecil. Amaq Huriah juga mengaku, kalau tidak ditonton, para pemain gasing terlihat kurang bersemangat. “Bermain gasing sambil ngabuburit ini adalah upaya kami mempertahankan tradisi,” terangnya.
Jurnalis Warga: H. Wardi, S. Warga Labuapi.