Kabupaten Lombok Barat

Bila Suami Melarang Istri Menyusukan Anaknya

Giri Menang – “Seorang ibu hamil termenung pusing memikirkan suaminya yang belum pulang. Dia tahu kebiasaan suaminya mabuk-mabukan dan main togel. Tiba-tiba si suami datang terhuyung-huyung sambil menghisap rokok. Si istri protes dengan kelakuan suami dan bercerita kalau dia akan segera melahirkan. “Apa katamu, kamu akan melahirkan?,” ujar si suami berang. “ Kamu tidak boleh menyusukan anak kita, saya tidak mau badanmu yang bagus ini jadi jelek,” ucapnya tegas berantakan. Cekcok pun berlanjut hingga kedua orangtua datang melerai, si suami masih tetap membela diri namun tak berkutik ketika bidan desa makin memojokkannya. Saat mereka masih rebut, si ibu hamil tersebut awalnya meringis kemudian berteriak menangis karena perutnya sakit pertanda akan segera melahirkan. Dipanggilllah ambulans desa yang datang tergopoh setelah menempuh medan sulit”.

Drama satu babak di atas dipertontonkan di Kantor Desa Senggigi di hadapan tim penilai lomba Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS) Tingkat Provinsi NTB Rabu (5/12) kemarin. Drama tersebut bila dikaitkan dengan acara maka titik temunya pada sikap suami yang jorok dan awut-awutan, di hadapan istrinya yang hamil tua dia merokok yang akhirnya dimatikannya setelah dibentak mertuanya. Drama berjudul asi ekslusif tersebut juga merupakan wujud tantangan rumahtangga dalam menjalankan salah satu dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga yaitu memberi bayi asi eksklusif.

Bupati Lombok Barat (Lobar), Dr. H. Zaini Arony, dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Kesehatan Lobar, Rahman Sahnan Putra, M.Kes., menyebutkan di Indonesia terdapat sekitar 60 juta anak yang berusia di atas 4 tahun dan 40 juta di bawah 4 tahun. Kondisi ini membutuhkan perhatian untuk mewujudkan Indonesia sehat.

Dalam hal asi ekslusif, Sahnan menyebut Lobar telah mengalami kemajuan signifikan. Yaitu pemakaian asi eksklusif saat ini sudah di atas 80%, jauh melampaui raihan dua tahun sebelumnya yang hanya 49%. Dalam kesempatan tersebut, Sahnan mengatakan PHBS itu tidak sulit. Untuk mencegah diare, misalnya, cukup dengan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan yang hanya butuh sekitar 20 detik. “Meski mudah tapi karena faktor kebiasaan maka menjadi sulit,” ujar Sahnan menyesalkan. Lebih lanjut dikatakan Sahnan bahwa upaya terus dilakukan agar masyarakat peduli dengan PHBS, salah satunya dengan diadakannya lomba seperti yang sedang dilakukan.

Sambutan dari Ketua TP PKK NTB, Hj. Rabiatul Adawiyah Majdi, SE, yang diwakili dan dibacakan ketua tim penilai lomba Ibu Malik, menyatakan bahwa dalam kasus kehamilan 4 `terlalu` yang tidak baik. Yaitu terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak melahirkan dan terlalu sering melahirkan. Itu untuk ibu/istri. Untuk suami juga bisa berperan mengontrol kehamilan istrinya. Di antaranya dengan merencanakan keluarga dengan baik bersama istri, ikut KB, tidak membuat istri terlalu sering hamil serta menghindari hamil d atas usia 35 tahun.

Selayang pandang yang disampaikan Kades Senggigi, H. Mustakir Ahmad, memaparkan telah memenuhi lebih dari 90% dari 10 indikator PHBS. Di antaranya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun telah mencapai 97%, penggunaan jamban 100%, melakukan aktivitas fisik 100%, makan sayur dan buah setiap hari mencapai 100%, namun tidak merokok di dalam rumah yang masih belum sesuai harapan yaitu tidak merokok di dalam rumah hanya mencapai 61%.

Hadir Ibu Ketua TP PKK Lobar Hj. Nanik Suryatiningsih Zaini Arony, Ibu Ketua Dharma Wanita, Ny. Hj. Bq Alwani, Kepala-kepala SKPD dan camat se-Lobar, toga-toma serta sejumlah undangan lainnya. (Muhammad Busyairi/Riyan)