Kabupaten Lombok Barat

Bupati Himbau Masyarakat Lobar Tidak Segan Tes HIV-AIDS

Giri Menang, Kamis 17 Oktober 2019 – Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1992, kasus HIV AIDS di Kabupaten Lombok Barat setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dengan jumlah penduduk 694.985 jiwa (sumber BPS Lombok Barat 2018) tercatat kasus Kumulatif HIV AIDS mencapai 295 kasus dengan rincian 174 HIV dan 121 AIDS, termasuk di dalamnya 48 orang adalah ibu rumah tangga.

Hal itu dilaporkan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS H. Junaidi dalam rapat koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Lobar tahun 2019 di Aula Excavator Dinas PUPR Lobar, Rabu (16/10) kemarin.

“Sampai bulan Agustus 2019 ditemukan kasus baru sebanyak 30 orang positif HIV dan 6 orang positif AIDS. Ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2018, red) di bulan yang sama yaitu HIV 20 orang dan AIDS 7 orang. Kasus ini sudah menyebar di sepuluh kecamatan di Lombok Barat. Kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Batu Layar, menyusul Gerung, Narmada, dan Labuapi,” paparnya.

Junaidi menambahkan, ada tiga lokasi yang beresiko tinggi di Lobar, yakni Pelabuhan Lembar, Tambang Sekotong, dan Senggigi (kawasan wisata) serta mantan TKI.

Di samping jumlah kasus yang meningkat setiap tahunnya, dalam kurun waktu 2008-2018 juga telah terjadi pergeseran sumber temuan kasus. Dari yang sebelumnya didominasi oleh pengguna narkoba khususnya narkoba suntik, sekarang bergeser kepada perilaku seksual baik yang terjadi pada Wanita Penjaja Seks (WPS), waria, dan Lelaki Seks Lelaki (LSL).

Perluasan segmentasi juga telah terjadi tidak hanya pada Kelompok Resiko Tinggi, tetapi juga telah meluas ke kalangan Ibu Rumah Tangga (IRT) dan balita yang tergolong dalam Kelompok Resiko Rendah.

Berangkat dari fenomena itu, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid menghimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di Lombok Barat untuk tidak malu lagi memeriksakan diri (tes HIV) ke fasilitas kehatan yang ada. Menurut Bupati masih banyak sekali masyarakat yang malu untuk memeriksakan diri walaupun secara gratis.

Fenomena Gunung Es (lebih banyak data yang tidak diketahui, red) dalam kasus HIV-AIDS di Lombok Barat (Lobar) memang sangat mengkhawatirkan. Karena sedari awal HIV-AIDS dikaitkan dengan perilaku seksual menyimpang, maka masih dianggap “sesuatu yang memalukan”. Tidak semua orang mau secara sadar untuk memerikasakan dirinya karena malu bahwa perilaku menyimpangnya diketahui publik.

“Ini fenomena Gunung Es, boleh jadi puluhan kali lipat dari data yang kita miliki,” ujar bupati.

“Masih banyak masyarakat kita yang malu untuk memeriksakan diri ke dokter atau ke tempat-tempat pemerikasaan, walaupun gratis. Bahkan kebijakan pemerintah untuk pengobatan HIV-AIDS ini semua ditanggung,” terangnya.

Tentunya Pemkab Lombok Barat tidak tinggal diam menghadapi fenomena ini. Melalui Komisi Penanggulangan AIDS Lombok Barat tercatat telah melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan seperti sosialisi tentang Narkoba dan HIV-AIDS ke sekolah-sekolah khususnya SMA, pondok pesantren, dan Kader Dasawisma. Selain itu juga dilakukan pembinaan kepada Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA), pemberian informasi bahaya HIV-AIDS melalui running text, pemutaran film keliling, melalui siaran radio, media cetak, baliho serta sosialisasi-sosialisasi yang bekerjasama dengan beberapa instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, DP2KBP3A, Dikbud, Dispar, Dishub, Diskominfo, KPA Prov, PKK dan lainnya, serta mengadakan VCT Mobile.