“Jangan visi misi ini hanya sebuah rangkaian kata dan kalimat,” ujar bupati. Sebagaimana diketahui, dalam periode kedua sebagai bupati Lobar yang berpasangan dengan Fauzan Khalid, M.Si., sebagai wakil bupati, visi misi sebelumnya (2009-2014) yaitu Lombok Barat Bangkit yang Maju Mandiri dan Bermartabat Dilandasi Nilai-nilai Patut Patuh Patju mengalami improvisasi menjadi Lombok Barat Bangkit yang Unggul, Mandiri, Sejahtera dan Bermartabat Dilandasi Nilai-nilai Patut Patuh Patju.
Untuk itulah bupati mengingatkan agar untaian kata tersebut tidak hanya menjadi rangkaian kata pemanis bibir saja tapi ada aksi nyata selanjutnya. Bahkan menurutnya visi misi menjadi tolok ukur untuk meraih yang dicita-citakan.
“Kita perlu menetapkan arah yang dituju (point of arrival) selanjutnya. Periode 2009-2014 sudah dilalui, apa yang sudah dicapai (point of arrival) tahun 2009-2014 menjadi langkah awal (point of departure) untuk periode 2014-2019 ini. Jadi yang dulunya (2009-2014) menjadi point of arrival sekarang (2014-2019) menjadi point of departure,” kata bupati.
Selanjutnya dikatakan bupati, sebagai awal kepemimpinannya bersama Fauzan Khalid maka diperlukan satu revitalisasi dan improvisasi visi misi berikut sasaran dan strategi pencapainnya.
“Banyak hal yang berubah sesuai dengan situasi dan kondisi untuk itu kita perlu menyusun RPJMD sesuai dengan perubahan dan kebutuhan periodesasi 2014-2019,” kata Zaini.
Untuk itu tambahnya, semua rencana pembangunan harus reasonable (bisa diukur) dan tidak kebanyakan hayalan.
“Jangan berpikir kita akan bangun terlalu banyak, karena akan menjadi janji dan beban politik seorang kepala daerah kepada masyarakatnya,” ujar bupati.
Untuk itu tegasnya, pembangunan selanjutnya harus disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan 5 tahun ke depan. Pengalaman lima tahun sebelumnya hendaknya menjadi pengalaman empiris dan posteriori untuk 5 tahun selanjutnya yang lebih baik.
“Dalam perjalanan 5 tahun yang lalu 2014-2019 kita sudah tahu kondisi waktu, SDM dan constraint-constraint yang lain. Misalnya masalah interkoneksi dan interdependensi antar satu persoalan dan persoalan lainnya, antar satu bagian dan bagian lainnya yang sering ada keterkaitan dan saling ketergantungan. Kalau tidak demikian maka kegagalan yang akan diraih bukan keberhasilan,” kata bupati yang kaya pengalaman tersebut.
Kualitas dan kebermanfaatan, kata bupati, hendaknya diperhatikan dan tidak hanya kuantitas fisik semata.
“Kita bisa saja mendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari hasil output-nya yaitu misalnya karena jalan ditarget 170 km menjadi 198 km, tetapi juga harus memperhatikan outcome-nya yaitu bermanfaat tidaknya jalan itu,” kata bupati.
Bupati memberikan contoh beberapa pasar kuliner yang dibangun yang ternyata tidak sesuai harapan atau sepi pengunjung.
“Tidak cukup seperti daftar belanja (shopping list) menurut kita mereka butuh tapi ternyata mereka tidak butuh tetapi harus betul-betul berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat dalam skala prioritas,” kata bupati.
Sebagai masukan bagi penyusunan RPJMD, bupati berpesan agar Learning how to learn (belajar cara belajar), Learning how to do (belajar cara mengerjakan) dan Learning how to know (belajar cara mengetahui).
“Ketiganya harus betul-betul menjadi pegangan kita sebagai point of departure karena kalau tidak demikian kita tidak akan tahu cost and benefit dari apa yang kita bangun,” tegas Zaini.
“Ketika 2009-2014 visi misi kita adalah Lombok Barat Bangkit yang Maju Mandiri dan Bermartabat. Maka itu menjadi modal kita melakukan revitalisasi dan improvisasi menjadi masyarakat yang Unggul, Mandiri, Sejahtera dan Bermartabat. Untuk mencapai semua itu, maka yang diperlukan adalah wawasan keunggulan (center of excellence) di mana kita harus terbiasa berpikir secara sistemik dan sistematik,” lanjut bupati.
Dikatakan bupati, kalau sudah ada tujuan yang ingin dicapai melalui sebuah visi misi yang tertuang dan terjabarkan dalam RPJMD, maka suatu ketika, dalam waktu-waktu tertentu akan bisa diketahui pada posisi mana target yang dituliskan itu telah dicapai.
“Jangan ada kegiatan yang tidak ada manfaatnya,” ujar Zaini.
Ekspose RPJMD memuat pemaparan Kepala Bappeda Lobar, Dr. Baehaqi tentang RPJMD serta tanggapan dan masukan dari beberapa kepala SKPD, berlangsung cukup a lot. Misalnya masalah sasaran visi misi disampaikan Baehaqi, dari hasil pendampingan AIPD, ada saran agar sasaran visi misi diperbaiki kalimatnya. Juga masukan dari Kadis Pertanakbun, Ir. H. Chairul Bahtiar yang meminta agar Istilah Produktivitas diganti dengan produksi mengingat produktivitas sudah tercakup dalam produksi.
Dalam hal ini bupati menyarankan agar baik kata produksi maupun produktivitas dipakai dua-duanya.
“Aspek substansinya di sini tapi teknisnya serahkan ke dinas-dinas terkait,” kata bupati memahami bahwa persoalan teknis lebih diketahui oleh masing-masing dinas. Terkait dengan adanya merger sejumlah SKPD yang kadang mempersulit penyusunan rencana strategis (renstra), bupati mengatakan hal itu tetap efisien tapi substansinya tidak boleh berubah.
“Di sinilah perlu diperhatikan interkoneksi dan interdependensi antar SKPD serumpun,” pesan bupati.
Kesimpulan pesan bupati:
1. Untuk permasalahan teknis serahkan ke dinas-dinas
2. Dalam penyusunan Renstra hendaknya memperhatikan SKPD-SKPD yang serumpun
3. Semua indikator-indikator RPJMD harus dapat dikuantifikasi
4. Constraint waktu tidak bisa tawar menawar karena ini mencakup tahap selanjutnya yakni Peraturan Daerah dan juga tahap public hearing (Musrenbang) RPJMD
5. Sasarannya tepat, jangan membuat item-item yang tidak bisa dilakukan karena hal itu bisa menjadi beban janji politik kepala daerah. Jangan sampai antara harapan dengan kemampuan tidak sinkron. (Muhammda Busyairi-Humas)