Peletakan Batu Pertama Kantor Desa Lembar Selatan
Keroyok, sebagaimana diketahui, sering dimaknai negatif karena memang umumnya digunakan dalam kalimat yang bernada negatif. Kamus Besar Bahasa Indonesia saja mengartikan `keroyok` sebagai menyerang beramai-ramai (orang banyak) seperti `orang kampung serentak mengeroyok dan memukuli pencopet yang tertangkap basah itu`.
Namun, saat memberi sambutan pada peletakan batu pertama Kantor Desa Lembar Selatan Rabu lalu (5/6), Bupati Lombok Barat (Lobar), Dr. H. Zaini Arony, menggunakan kata `keroyok` dalam makna yang positif. `Keroyok` dipakai bupati untuk menyebut kerjasama dan kebersamaan, maksudnya apapun yang dikerjakan dengan `main keroyok` insya Allah akan selesai dan berhasil. Sedikitnya dua kali dalam sambutannya itu bupati menggunakan kata keroyok. Pertama, saat menyinggung kantor desa yang baru saja akan dibangun, bupati mengatakan bila bersama-sama pasti akan selesai.
“Kalau `dikeroyok` pasti jadi,” ucap bupati di hadapan ratusan hadirin dengan suara yang agak serak karena dalam Bulan Rajab ini hampir setiap hari menghadiri dan memberi sambutan pada undangan Isra` Mikraj di dua masjid dusun di Lobar.
Yang kedua, diakui bupati bahwa membangun Lobar tidak cukup hanya seorang bupati saja, tetapi dukungan dari masyarakat, termasuk juga DPRD. Kebetulan termasuk dalam undangan yang duduk di depan sejumlah calon anggota dewan daerah pemilihan Lobar maupun NTB, salah satunya Hj. Wartiah yang merupakan Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) NTB.
“Nanti bersama-sama kita membangun daerah ada teman kita `keroyok`,” kata bupati sambil tersenyum memandang beberapa calon anggota dewan perempuan yang diundang yang selanjutnya disuruh berdiri setelah bupati menyebut nama mereka.
Hal lain yang disampaikan bupati yaitu himbauan sekaligus ajakan untuk bersama-sama menjaga keamanan di wilayah Lobar terlebih lagi mendekati Pilkada Lobar tanggal 23 September mendatang. “Tolong agar aman,” imbuh bupati sekaligus mengingatkan untuk tidak terpengaruh oleh selebaran, koran bodong, maupun fitnah yang tidak jelas. “Beda pilihan jangan sampai menjadi perpecahan,” tegasnya.
Tidak hanya itu, Lalu Salikin juga terus mencari donator hingga bisa mengumpulkan modal awal Rp 93 juta. Beberapa perusahaan yang menjadi donatur di antaranya SPBE Om Agus Lembar, PT ASDP, Pelindo, Surya Indah, dll.
“Baru peletakan batu pertama saja sudah punya modal Rp 93 juta,” kata bupati memuji. Bupati juga dalam kesempatan itu memberi sumbangan pribadi untuk pembangunan kantor desa senilai Rp 5 juta dan berjanji akan membuatkan kaos seragam bagi klub sepakbola pemuda yang ada di sana.
Guyonan Ala Zaini
Selain kata-kata atau istilah-istilah baru yang menarik, Bupati Zaini juga kerap mengeluarkan guyonan-guyonan, mencairkan kebekuan suasana, atau mendinginkan karena terik matahari yang tidak mampu ditahan terop. Seperti kali ini, bupati menceritakan seorang calon kades dengan ajudannya. Suatu ketika, entah cerita ini benar apa tidak, ada seorang calon kades di Madura yang sedang kampanye. “Kalau saya terpilih sebagai kepala desa, kita akan bangun pabrik Lit..trik,” ucap calon kades itu berapi-api. Sang ajudan yang ada di dekatnya langsung merespon dengan berbisik di telinga calon kades. “Kurang `S`-nya, Pak,” katanya mengingatkan bahwa bukan Litrik tapi LiStrik. Mendengar ajudannya mengingatkan begitu, sontak sang calon kades langsung berteriak di hadapan konstituennya, “O ya sekalian kita bangun pabrik S,” katanya menangkap bahwa yang dimaksud ajudannya selain akan membangun pabrik listrik juga pabrik es.
“Itulah kalau calon terlalu banyak berjanji dan berbohong,” tutup bupati. Hadir dalam acara tersebut beberapa kepala SKPD, para tuan guru, tokoh masyarakat, pemuda, guru dan undangan lainnya. (Humas Lobar)