Kabupaten Lombok Barat

Dari Presstrip Humas Dan Wartawan Ke Bandung

Dari Presstrip Humas Dan Wartawan Ke Bandung

Sampah Di Kota Bandung, Dulu Jadi Petaka Kini Jadi Berkah

Sebanyak 12 orang pewarta (wartawan) dari berbagai mas media cetak dan elektronik yang ada di Lombok Barat termasuk di dalamnya Tim Humas Pemkab. Lobar selama empat hari dari tangal 19-22 November 2012 lalu melakukan kegiatan presstrip ke kota Bandung yang dijuluki kota kenangan. Di kota Bandung selain focus belajar dan sharing pengalaman pengembangan tata kota dan pengembangan usaha ekonomi kreatif, Tim Humas dan wartawan  banyak menimba informasi yang secara langsung bersentuhan dengan peningkatan ekonomi kreatif masyarakat setempat semisal persoalan sampah.

Persoalan sampah di kota Bandung sebagaimana dijelaskan Kabid Telematika Dishubkominfo kota Bandung, Dewi Mulyani merupakan persoalan serius bagi sebuah pemerintahan kota. Pasalnya volume sampah yang diproduksi oleh masyarakat kota sedemikian besar dan terus mengalami peningkatan jumlah setiap harinya, baik sampah yang tergolong organic maupun non organic. “Sampah bagi kota Bandung menjadi sebuah dilema yang cukup kronis bagi Pemkot Bandung, masyarakatnya maupun masyarakat luar yang datang berkunjung ke kota Bandung. Tak mengherankan beberapa tahun lalu terjadi insiden yang memakan korban di TPS Leuwigajah yang memprotes keberadaan TPS tersebut yang lebih banyak merugikan masyarakat,” kata Dewi menjelaskan.

Namun seiring dengan persoalan yang semakin berkembang dan rumitnya permasalahan persampahan di Bandung ini Pemerintah Kota Bandung yang juga terkenal dengan kota Varis Van Java ini bersama masyarakat setempat berupaya maksimal melakukan pengolahan sampah ini dari barang tidak berharga menjadi barang yang lebih berharga. Didukung oleh sumberdaya manusia masyarakatnya yang dikenal cukup cerdas dan kreatif, maka sampah yang tadinya menjadi bumerang saat ini menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Pemisahan antara sampah klasifikasi organic dan organic menjadi titik sentral dalam mengolah sampah ini bisa memberikan nilai tambah dari sisi peningkatan perekonomian masyarakatnya. Salah satu yang terpenting dari semua itu adalah kemampuan masyarakat setempat untuk mengolah sampah organic menjadi pupuk organic yang sangat-sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil produksi tanaman pekarangan baik tanaman hortikultura maupun berbagai usaha tanaman hias yang cukup marak di kota Parahiyangan ini.

Selain itu Pemkot setempat tidak tinggal diam dalam memberikan sprit kepada masyarakatnya untuk selalu dipasilitasi dalam hal inovasi, kreasi dan daya saing masyarakatnya dengan masyarakat daerah lainnya. Pembuatan pupuk organic baik padat maupun cair bagi masyarakat setempat dipasilitasi Dinas Pertanian dan Perindustrian Perdagangan kota Bandung. Hal ini dilakukan pemerintah setempat agar sampah yang sudah tidak berguna bagi masyarakat dapat di daur ulang menjadi produk yang menghasilkan secara ekonomi bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. “Bahkan untuk memberdayakan sampah ini kita sudah ajukan draf Raperdanya ke DPRD Bandung agar di-Perdakan pengolahan sampah menjadi PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Insya Alloh 2013 bisa dilaksanakan,” ungkap Dewi.

Dewi Mulyani mengaku permintaan pupuk hayati atau organic sebelumnya di kota Bandung maupun dari luar kota Bandung masih minim dibanding pupuk kimia. Hal ini wajar terjadi karena pemakaian pupuk kimia sudah berlangsung cukup lama. Namun sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang menginisiasi pengolahan sampah organic maupun an organic menjadi pupuk hayati maupun barang berharga, semakin lama masyarakat setempat mulai melirik pupuk organic untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman hias maupun tanaman pekarangan yang banyak dikembangkan masyarakat kota Bandung akhir-akhir ini.

Karena itu kreatif masyarakat kota Bandung untuk membuat sampah menjadi pupuk organic ke depan terbuka pelauang yang cukup besar. Karena itu salah satu perusahaan PT Bio Industri Nusantara (Bio Nusa) optimistis mampu mengembangkan pasar komoditas tersebut.

PT Bio Nusa Bandung, sendiri siap memenuhi kebutuhan pupuk. Pihaknya berupaya keras untuk memasok pihak mana pun yang memerlukan pupuk hayati berapa pun volumenya, termasuk yang dibutuhkan PT. Perkebunan Nusantara VIII Jawa Barat.

Saat ini PT Bio Nusa Bandung mampu memproduksi sekitar 150 ton pupuk hayati per hari. Dan untuk memenuhi kebutuhan, pihaknya siap menambahnya. Dalam lima tahun mendatang, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII menyiapkan sejumlah rencana. Di antaranya, siap menggulirkan program alih fungsi tanaman. Rencananya, PTPN siap melakukan penanaman buah-buahan lokal, seperti mangga dan jeruk. “Dan kita akan upayakan bekerjasama untuk pemupukan organic dari sampah yang diolah masyarakat,” kata Dwi.

Yang menarik dari pemanfaatan pupuk organik berbahan baku dari sampah rumah tangga masyarakat kota Bandung ini diterapkan di tanaman teh di Jabar dan Banten seluas 114 hektar sebagian besar sudah melakukan pemupukan secara organic. Hasilnya mampu meningkatkan produksi teh dari tahun ke tahun.

Ke depan guna lebih meningkatkan produksi teh pihaknya akan terus menambah pemamfaatan pupuk hayati/organik ini. Pemanfaatan pupuk hayati menjadi sebuah upaya meningkatkan kualitas teh Jabar. Dan sejauh ini, sekitar 55-60 persen produksi teh merupakan hasil produksi Jawa Barat.

Lain halnya dengan sampah an organic seperti pelastik, karet dan sejenisnya masyarakat setempat cukup kreatif dan memiliki inovasi yang tinggi terhadap produk seni, hiasan rumah tangga termasuk membuat tas, ikat pinggang, topi dan bentuk kerajinan seni yang bernilai jual tinggi bagi masyarakat. Tentunya dengan memanfaatkan bekas sampah jenis an organik. “Karena SDM masyarakat kota bandung sudah terbentuk sedemikian kreatifnya, jadi inilah yang mendukung Bandung sebagai kota yang ditetapkan di wilayah Indonesia dan Asia Timur sebagai kota industri kreatif,” tandas mantan pejabat structural di Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Bandung ini. (Tim Humas)