Kabupaten Lombok Barat

Daur Ulang Sampah Menjadi Produk Kreatif

Sampah gelas minuman plastik atau bungkus kopi dan sejenis, biasanya, akan masuk di bak sampah. Tapi, tidak bagi SMAN 1 Gerung. Sekolah ini tengah berusaha memanfaatkan sampah anorganik untuk diubah menjadi produk kreatif. Bahkan, dapat menghasilkan uang.

DUA jenis sampah anorganik, gelas plastik dan bungkus kopi adalah produk yang serupa. Tidak seluruh bagian dari gelas plastik produk soft drink dan air minum itu yang dimanfaatkan. Hanya lingkaran di bagian atas gelas saja yang terpotong. Dengan tambahan tali nilon dan sedikit sentuhan tangan, lingkaran kecil itu akan menjadi keranjang belanja, piring, tempat pensil, dan berbagai bentuk kreatifitas lain.

30 siswa dan beberapa guru terlihat sibuk dengan sampah bawaan masing-masing. Karena keterbatasan waktu, mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu mengolah produk pertama. Sementara satu lagi mengolah sampah kedua.

Semua antusias. Begitu praktik dimulai, mereka fokus mendengar tahap-tahap membuat produk dari sampah yang telah mereka bawa. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan kepada pembimbing dari Bank Sampah NTB Mandiri. Sepertinya tujuan Aisyah, pemateri sekaligus koordinator Bank Sampah NTB Mandiri, yakni mendirikan duplikasi Bank Sampah di sekolah akan tercapai. Sekolah ini akan menjadi perintis. Dan kegalauan masyarakat sekolah pada sam­pah plastik akan teratasi.

“Kami kewalahan dengan sampah-sampah dari ribuan siswa SMA ini di kantin, kalau begini kan bisa dimanfaatkan, lumayan buat nambah uang saku anak- anak,” kata Erni Zuhara, Guru Mata Pelajaran Biologi yang mengikuti pelatihan produksi daur ulang sampah plastik ini.

Sementara, anak-anak sebagai generasi penerus diharapkan Ai­syah bisa menularkan kepada keluarga masing-masing. 15 siswa saja, dikatakan, akan menularkan pada 15 keluarga. Sehingga, bisa menambah jumlah orang yang peduli pada lingkungan, khususnya sampah. Karena satu sampah plastik membutuhkan ratusan tahun untuk lenyap. Diharapkan, produksi daur ulang sampah in, dikatakan perempuan yang telah mendapatkan berbagai pendidikan pemanfaatan sampah di luar negeri ini, menjadi jalan keluar yang setidaknya bisa menunda timbunan sampah plastik.

Kuratul Aini dan Mira Anggraini, siswi yang ikut pelatihan, yang biasanya membuang sam­pah, setelah mengetahui cara pengolahan bertekad memanfaatkan sampah dengan baik. Dikatakan, mereka termotivasi untuk mengolahnya menjadi produk jadi. Bah­kan, menularkan ke keluarga dan teman-teman. “ Percuma belajar kalau tidak dikembangkan,” prinsip Mira Anggraini.

Tidak hanya itu, dari bahan sampah dan tali nilon harga Rp 8.000 bisa didapatkan ratusan bahkan jutaan rupiah. Keranjang pasar, contohnya, jika sudah jadi, bisa dijual seharga Rp 75.000. Gampangnya, hasilnya, bisa di­jual ke Bank Sampah NTB untuk diekspor ke luar negeri, Austra­lia, Belgia. atau Jerman.

Sumber: Lombok Post, Rabu 4 Desember 2013