Kabupaten Lombok Barat

Disperindag-Dishut Lombok Barat Kembangkan Rumput Ketak

Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersinergi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat mengembangkan rumput ketak untuk mengatasi kesulitan bahan baku yang dialami para perajin komoditas tersebut. “Kami sedang berupaya mengembangkan komoditas itu agar perajin ketak tidak terlalu mengandalkan bahan baku dari luar,” kata Kepala Disperindag Kabupaten Lombok Barat Joko Wiratno, di sela acara sinkronisasi kebijakan standarisasi dan perlindungan konsumen, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.

Kegiatan tersebut digelar oleh Kementerian Perdagangan dan dibuka Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen, Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak dan dihadiri Wakil Gubernur NTB H Badrul Munir. Ia mengatakan, pengembangan budidaya rumput ketak dilakukan di Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Ada juga di Kabupaten Lombok Tengah.

Menurut Joko, rumput ketak tergolong tanaman yang sulit dikembangkan dan membutuhkan waktu relatif lama untuk dipanen. Hal tersebut yang membuat perajin enggan untuk membudidayakannya. Para perajin ketak di Kabupaten Lombok Barat, hingga saat ini masih mengandalkan pasokan bahan baku dari Pulau Sumbawa, NTB. Itu pun jumlahnya relatif terbatas karena tumbuh liar di dalam kawasan hutan.

Selain itu, para perajin juga mendatangkan tanaman tersebut dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Jawa Barat, karena rumput ketak di daerah itu belum dimanfaatkan sebagai barang kerajinan. “Rumput ketak belum dimanfaatkan betul di daerah lain sehingga perajin kita membelinya. Tapi saya khawatir masyarakat dari ketiga daerah itu tahu kalau rumput ketak bisa jadi barang ekonomi. Mereka tidak lagi mau menjualnya dan buat usaha kerajinan sendiri,” ujarnya.

Kekhawatiran itu, kata Joko, muncul karena sejumlah perajin dari Provinsi NTT sudah mulai mempelajari cara membuat kerajinan ketak ke NTB. Mereka cukup tertarik dengan hasil kerajinan perajin Lombok Barat yang memanfaatkan rumput yang banyak tumbuh liar di daerahnya. Menurut Joko, rumput ketak disulap oleh para perajin di Kabupaten Lombok Barat menjadi berbagai jenis produk dianyam, seperti tas dan tikar.

Produk kerajinan ketak banyak diminati kalangan pejabat maupun wisatawan asing. Bahkan, komoditas kerajinan itu mampu menembus pasar Jepang. Permintaan kerajinan ketak juga tidak pernah turun, bahkan cenderung meningkat, namun para perajin belum sanggup memenuhi permintaan yang relatif tinggi itu karena untuk membuatnya butuh proses lama, di samping bahan baku yang sudah mengalami kelangkaan.

“Kami mencoba mengajak perajin untuk memanfaatkan bahan baku dari alam yang ketersediaannya melimpah, seperti eceng gondok. Tapi ternyata eceng gondok di Lombok, batangnya pendek. Beda dengan di Jawa agak panjang. Jadi agak sulit juga untuk dibuat kerajinan anyaman,” ujarnya.

Sumber : www.antaramataram.com