Giri Menang, Kamis 15 November 2018 – Indonesia merupakan salah satu negara dengan resiko rawan bencana. Namun tinggal di lokasi rawan bencana bukan berarti kita harus hidup dalam kekhawatiran atau menunggu bencana datang baru bergerak. Tapi kita harus selalu siaga. Untuk mendorong kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial (Kemensos) RI membentuk suatu wadah penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang dinamakan Kampung Siaga Bencana (KSB).
Tahun ini, Kemensos RI menargetkan membentuk 100 KSB. Tercatat sudah lebih dari 600 KSB terbentuk di 68 lokasi yang tersebar di 34 provinsi se-Indonesia. Di NTB baru terbentuk 18 KSB. Sedangkan di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) sendiri baru terbentuk empat KSB. Di wilayah utara Lobar, yakni Desa Gelangsar di Kecamatan Gunung Sari, wilayah tengah di Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung, di wilayah selatan di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong dan di wilayah timur di Desa Gegerung Kecamatan Lingsar.
KSB Desa Gegerung sendiri baru dikukuhkan pagi tadi, Kamis (15/11). Pengukuhan dilakukan di Lapangan Duman Kecamatan Lingsar dan disaksikan oleh Staff Ahli Bupati Bidang Adm Umum dan Kesejahteraan H. Mahyudin, Kasubdit Kesiapsiagaan dan Mitigasi Dirjen Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos RI Tetrie Darwis, Anggota Komisi VIII DPR RI Nanang Samodra, Kepala Dinas Sosial NTB, dan Kepala Dinas Sosial Lobar Hj. Ambaryati.
Dipilihnya Desa Gegerung sebagai KSB lantaran wilayah ini dapat dikatakan sebagai wilayah rawan bencana. Cakupan KSB ini tidak terbatas untuk Desa Gegerung saja, melainkan hingga ke kecamatan. Harapannya, KSB Desa Gegerung dapat membantu desa lain yang berada di kecamatan sekitar jika terjadi bencana.
“Supaya pada saat terjadi bencana masyarakat bisa melakukan pencegahan terlebih dahulu. Tidak perlu menunggu dari kabupaten ataupun provinsi. Jadi di kampung siaga bencana itu sudah ada yang dilatih evakuasi, pembangunan selters, dan juga ada yang dilatih untuk menyiapkan dapur umum,” terang Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Lobar, Baiq Aprina Rohmawiyanti.
Di Kampung Siaga Bencana sendiri ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, warga Kampung Siaga Bencana harus memiliki mental yang tangguh menghadapi bencana. Yang kedua adalah solidaritas atau kekompakan. Sebab bencana tidak akan pernah bisa dihadapi secara perorangan, melainkan semua komponen masyarakat mulai dari remaja, hingga manula harus siaga bahu membahu.
Selanjutnya, warga Kampung Siaga Bencana harus memiliki kepekaan dan kemampuan mendeteksi awal dalam membaca gejala-gejala alam sehingga lebih bisa mengantisipasi. Warga kampung siaga bencana juga harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang bisa meminimalisir dampak bencana.
Agar terbiasa, warga kampung siaga bencana juga harus rajin melakukan latihan kesiagaannya. Kemauan dan kesungguhan dalam memogram latihan penting menjadi agenda warga. Di samping kesiapan warga, peran aktif pemda sangat penting. Pimpinan daerah seperti bupati/walikota didorong untuk menjadi Pembina Taruna Siaga Bencana (Tagana) agar dapat menjadi pelopor dan mengajak masyarakat peduli bencana.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial no. 128 tahun 2011, KSB merupakan salah satu upaya penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Melalui KSB ini masyarakat diberikan pemahaman dan kesadaran tentang bahaya dan risiko bencana. Selain itu juga akan dibentuk jejaring siaga bencana berbasis masyarakat dan memperkuat interaksi sosial anggota masyarakat. Kemudian mengorganisasikan masyarakat terlatih untuk siaga bencana, serta mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada untuk penanggulangan bencana.
“Pembentukan kampung siaga bencana ini semata- mata untuk mengakomodasi aspirasi kebutuhan masyarakat. Jadi ini memang datang dari masyarakat, di tempat kami ingin ada kampung siaga bencana,” kata Kasubdit Kesiapsiagaan dan Mitigasi Dirjen Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos RI Tetrie Darwis usai acara pengukuhan.
Dalam pelaksanaannya, pihak Kemensos selalu mengacu kepada BNPB selaku koordinator penanggulangan bencana dimana issu pengurangan resiko bencana dan kesiapsiagaan mitigasi harus semakin diperkuat.
“Saya pikir kesiapan masyarakat dalam pembentukan desa siaga bencana di Desa Gegerung ini luar bisa. Jadi, respon dan antusiasme masyarakat sangat tinggi. Sangat membanggakan bagi kami dan mudah-mudahan ini bisa dibuktikan oleh desa-desa yang lain serta kecamatan yang ada di wilayah Lombok Barat ini untuk semakin siaga. Dan tidak mustahil pada suatu waktu nanti Kabupaten Lombok Barat bisa menjadi Kabupaten Siaga Bencana dan tidak hanya kampung siaga saja,” ungkapnya. (Humas Lobar)