Kabupaten Lombok Barat

dr. Sapto, Wakili Lombok Barat Lomba Inovasi Kemen Pan-RB Tingkat Nasional

Giri Menang, 10 Juli 2020. Atas nama Dinas Kesehatan Pemkab Lombok Barat, dr Sapto Sutardi masuk 99 besar Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2020. Untuk itu, ia berhak mengikuti presentasi dan wawancara menuju 45 besar yg diselenggarakan secara virtual dengan tim penilai dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Jumat (10/7). Acara ini berlangsung di Ruang Jayengrane Kantor Bupati Lombok Barat.
dr Sapto memaparkan tentang aplikasi ‘dr Sapto Anthro’ hasil buatannya. Dalam paparannya, dr. Sapto menyebut aplikasi yang dibuatnya mampu mendeteksi angka stunting dan gizi buruk dengan cepat dan akurat. Latar belakang ia membuat aplikasi tersebut yaitu karena tingginya angka stunting di Lombok Barat, Provinsi NTB dan nasional.
“Angka nasional sepertiga anak anak kita menderita stunting dan lebih 17 persen dari anak anak kita kekurangan gizi. Itu yang menyebabkan posisi Lombok Barat berada pada posisi kedua peyumbang gizi kurang dan gizi buruk se-Indonesia. Terlebih ribetnya menentukan gizi buruk menggunakan tabel,” katanya.
Oleh karena itu, dr Sapto membuat sebuah aplikasi yang mempermudah masyarakat dalam menentukan dan mendeteksi stunting, gizi buruk dan gizi kurang. Hadirnya aplikasinya yang dibuatnya bermanfaat untuk masyarakat.
Ia mencontohkan di lapangan untuk melihat status gizi saja begitu lama satu pasien bisa menghabiskan 3 menit 14 detik, bahkan untuk parameter lengkap bisa menghabiskan 10 menit. Permsalahan selanjutnya saat melakukan supervisi oleh kalangan profesional ternyata menurut dr Sapto ditemukan kesalahan perhitungan Z skor. Begitu juga dari petugas gizi, ketiga ketika WHO merilis melakukan penilaian kasus gizi secara tepat dan akurat itu dengan mengguankan tabel dan kalau dicetak panduannya lebih dari seribu halaman.
Dengan aplikasi yang dibuatnya akan mempermudah dengan hasil yang akurat dalam hitungan beberapa detik bisa melihat hasilnya, hanya dengan memasukan nama dan tanggal lahir, memilih jenis kelamin, kemudian memasukan tinggi badan maka akan muncul hasilnya apakah stunting, gizi buruk, gizi kurang atau gizi lainnya.
Aplikasinya juga, kata dr Sapto, dapat merekam ribuan bahkan jutaan data dalam aplikasi offline dan bisa mendapatkan spot di mana anak-anak terdapat gizi buruk secara geografis.
Apikasinya juga mudah digunakan. Setelah ia melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuatnya ada 4 persen pengguna aplikasi tidak tamat SD yang bisa menggunakan handphone dan baca tulis bisa menggunakan aplikasinya.
Secara obyektif, papar dr Sapto, pengguna aplikasi tujuh kali lebih cepat dibandingkan dengan metode manual dengan waktu sekian detik sudah bisa mendapatkan dan menentukan anak tersebut stunting atau ataukah gizi buruk. Dokter yang tahun 2019 menjadi juara satu tenaga kesehatan nasional tersebut terus mencoba membuat aplikasi kesehatan sesuai kemampuannya.
Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Menurutnya, dengan adanya aplikasi itu juga sangat menguntungkan masyarakat karena secara tidak langsung dapat menentukan deteksi dini pada anak apakah anak kurang gizi atau tidak.
“Dengan cara tersebut cara mempermudah melihat angka stunting pada tingkat anak dan remaja. Aplikasi ini untuk Lombok Barat dan saya persembahan untuk Indonesia,”pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat drg.Hj. Ni Made Ambaryati juga mengakui software atau aplikasi yang dibuat dr Sapto cukup sederhana dapat mempermudah cara melihat hasil gizi buruk dan stunting dan dapat digunakan oleh siapapun.
“Dengan adanya aplikasi itu angka gizi buruk dan stunting di Lombok Barat menurun dari tahun ke tahun. Tahun lalu sebesar 23 persen sekarang bulan Februari 2020 sudah 21,7 persen. Jadi manfaat aplikasi tersebut sangat signifikan, dari penentuan status gizi di lapangan secara manual dengan menggunakan tabel dan memerlukan waktu yang lama dan serta sulit, menjadi mudah dan cepat dengan aplikasi yg dibuat dr Sapto, ”akunya.
Tidak hanya Kepala Dinas Kesehatan yang mengakui kehebatan Aplikasi buatan dr Sapto, Asisten III Setda Lombok Barat, Drs. H.Mahyudin juga mengatakan demikian. Stunting, sebutnya, menjadi fokus perhatian pemerintah karena disadari bahwa masa depan bangsa daerah ini untuk 20 tahun ke depan sangat tergantung pada kondisi pada kesehatan terlahir dan tumbuh pada saat ini.
Pada kesempatan itu ada dua hal yang disampaikan asisten. Pertama, ada kebijakan hulu bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan ada program gerakan anti merarik kodek (Gamak)atau gerakan anti menikah pada di usia dini. Selanjutya pemerataan kesempatan kerja bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan sehingga dengan pendapatan yang cukup mantan kepala BPKAD Lombok Barat tersebut berharap gizi anak yang di kandungan atau dalam pertumbuhan bisa teratasi. “Tentu untuk mendeteksi itu ada aplikasi,” ujarnya meninggung aplikasi dr Sapto Anthro.
Tim Panelis dari Kementerian PAN-RB di antaranya Professor Siti Zuhro dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ada juga Tulus Abadi dan Nurjaman Mochtar. Panelis pada intinya menanyakan tentang keberlangsungan dari aplikasi ini untuk diterapkan khususnya oleh Pemerintah Kab. Lombok Barat khususnya dalam bentuk gerakan penggunaan. Ada juga pertanyaan dari Tulus Abadi yang menanyakan apakah aplikasi ini bisa untuk menilai obesitas pada anak. Dengan mantap dr Sapto menjawab aplikasi ini diciptakan untuk mengetahui baik gizi kurang maupun gizi lebih termasuk obesitas.
Penilaian lomba ini didukung penuh oleh Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Dinas Kesehatan, Dinas Kominfotik, dan Bagian Humas dan Protokol.

Sumber : Humas Lobar