Namun demikian, meski Lobar masuk dalam kategori DBK, hasil evaluasi berdasarkan nilai Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2013 terjadi perubahan ke arah positif. Perubahan positif ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor IPKM dari 0.46 (IPKM 2007) menjadi 0.66 (IPKM 2013). Perubahan ini juga dapat dilihat dari kenaikan peringkat nasional, yang semula 296 pada tahun 2007 menjadi 274 pada tahun 2013 dengan menggunakan model IPKM tahun 2007, dan 259 berdasarkan pengembangan model IPKM tahun 2013.
Hal itu disampaikan oleh Tim Peneliti dari Kementerian Kesehatan RI di hadapan Plt.Bupati Lobar H. Fauzan Khalid,M.Si dalam acara Pertemuan Diseminasi Hasil Studi Kualitatif IPKM pada Kamis (1/10). Acara yang berlangsung di Aula Jayangrane Gedung Bupati Lobar itu turut dihadiri oleh sejumlah undangan diantaranya dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB, kepala SKPD Lobar dan jajaran Dinas Kesehatan Lobar.
Secara kualitatif, kapasitas sarana pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dilakukan melalui pemenuhan sarana dan peralatan di fasilitas pelayanan kesehatan, pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sehingga rasio mendekati ideal serta peningkatan kompetensi petugas melalui training tersetruktur maupun on the job training khusunya bagi bidan desa. Seluruh bidan desa di Lombok Barat telah diberikan on the job training teknis
“Dari data kuantitatif yang sudah ada ditambah data kualitatif ini bisa dijadikan sebagai pijakan untuk kita bergerak bersama-sama agar tingkat kesehatan di Lobar ini dapat ditingkatkan secara signifikan.” harap Plt Bupati H Fauzan Khalid, M.Si.
Komitmen tenaga kesehatan baik ditingkat Kabupaten maupun Puskesmas untuk mengatasi permasalahan gizi cukup kuat
Lobar secara umum telah menunjukkan kemajuan dalam pencapaian pembangunan kesehatan melalui program-program yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Lobar. Kemajuan ini tidak terlepas dari sinergisme dengan lintas sektor, masyarakat maupun dengan swasta.
Namun demikian upaya dari tenaga kesehatan sudah baik dilakukan. Komitmen tenaga kesehatan baik ditingkat Kabupaten maupun Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini cukup kuat, meskipun dengan kondisi sumber daya yang kurang dan belum merata. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan drastis angka cakupan program.
Dengan kondisi yang terbilang minim, Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai angka cakupan yang luar biasa selama 2007 – 2013. Data hasil survey Tim Peneliti Kemenkes yang diketuai oleh Bapak Agung Dwi Laksono, SKM, M.Kes menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di tahun 2007 angka cakupan program penimbangan bayi 45.09 dan di tahun 2013 meningkat menjadi 91.13. Serupa dengan angka cakupan timbang bayi, persalinan oleh tenaga kesehatan (penolong persalinan) dan kunjungan nifas juga menunjukkan peningkatan.
Sinergisme dan komitmen yang kuat dari seluruh jajaran baik Pemerintah Daerah, lintas sektor dan leading sector. Kesehatan mulai tingkat pusat sampai dengan daerah merupakan modal utama Kabupaten Lombok Barat dalam mencapai target penurunan Angka Kematian Ibu.
Komitmen dan dukungan kinerja sumber daya manusia yang mumpuni mewujud dalam bentuk luaran prgram-program kesehatan inovatif, dengan mengedepankan sentuhan local wisdom-nya membuktikan memberikan daya ungkit luar biasa terhadap capaian-capaian indikator pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan dan nifas.
“Lombok Barat diharapkan menjadi model untuk diterapkan di daerah lain.” kata Prof. dr. Agus Suwandoro, MPH, Dr.PH, Profesor Riset dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI. Romi-HumasLobar.