Kabupaten Lombok Barat

Melihat Potensi Wisata Sejarah di Sekotong

Jejak Peninggalan Perang Dunia II di Pantai Barat Sekotong

Sekotong, Sekitar 3,5 tahun bangsa Jepang menjajah Indonesia, sebelum dikalahkan sekutu ditandai dengan runtuhnya Hiroshima dan Nagasaki. Konon, ekspansi penjajahan bangsa Jepang pada masa itu meluas hingga ke pulau Lombok, beberapa lokasi strategis pun sempat dikuasai untuk dijadikan markas pertahanan menangkal serangan musuh.

Jejak-jejak penjajahan itupun masih ada di pesisir pantai Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong. Konon lokasi ini menjadi pertahanan terkuat Jepang pada zaman itu. Di sini terdapat beberapa peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan Jepang yang bisa ditemukan. Konon beberapa fasilitas ini dibangun masyarakat Lombok waktu itu atas perintah para penjajah.
Pada beberapa kawasan di daerah itu, konon masih tersimpan peninggalan bangsa Jepang berupa senjata, gua tempat penyimpanan senjata dan gudang beras. Disamping itu, jalan setapak mengitari tebing laut sepanjang hampir tiga kolometer menghubungkan bagian pantai dengan dataran tinggi tempat senjata ini berada.

Menelusuri keberadaan jejak peninggalan bersejarah ini, hari Minggu (8/5) kemarin saya mendatangi lokasi di mana terdapat peninggalan tersebut. Seperti apa hasil penelusurannya, berikut ulasannya. Ditengah terik panas matahari siang itu, rombongan menyusuri jalan setapak, terjal dan berbatu mengitari lereng gunung.  Medan yang dilalui sangat sulit sebelum tiba di lokasi senjata tersebut berada.

Untuk bisa ke lokasi senjata meriam ini, para pengunjung bisa melalui beberapa jalur. Beberapa jalur ini kerap dilalui oleh masyarakat untuk mencari kayu dan merambah hutan. Di tengah perjalanan, persis di pinggir laut ditemukan bebatuan yang tersusun rapi seperti berbentuk benteng pertahanan. “Ini konon benteng pertahanan penjajah,” terang Siri sesepuh di Desa Pelangan.

Bangunan ini berukuran sekitar lima meter lebih dengan bentuk bangunan persegi. Namun akibat tak terawat, sejumlah bebatuan runtuh diterpa angin dan panas. Konon tak jauh dari benteng itu, ada bangunan segi empat tempat eksekusi mati tahanan dan para warga pribumi.

Melanjutkan perjalanan ke lokasi senjata meriam, rombongan disuguhkan medan berat dan menantang. Jalur ini sepertinya cocok untuk jalur trekking, karena disamping medannya menantang karena cukup terjal, dibawah bukit juga terdapat pemandangan laut yang indah. Jika pendaki melihat ke bawah, seolah rasa lelah akan hilang.

Menempuh jarak sekitar beberapa kilometer dengan medan terjal, akhirnya rombongan menemukan lokasi senjata meriam dimaksud. Benar saja, senjata meriam itu kokoh berdiri di pinggir tebing. Senjata ini sepertinya sengaja dibangun menjorok ke laut, tujuannya agar mempermudah menyerang musuh yang melalui jalur laut. “Konon di kawasan ini, ada enam senjata meriam, namun yang masih utuh hanya dua unit sedangkan sisanya hilang dijarah oknum warga tak bertanggung jawab.,” beber Siri.

Menurutnya, mungkin belum banyak masyarakat yang tahu kalau di daerah Lombok Barat bagian selatan persisnya, di kawasan Sekotong bagian barat ada peninggalan perang dunia kedua sebagai akhir zaman penjajahan Jepang di Nusantara. Pada kawasan ini juga konon terdapat dua tempat penyimpanan cadangan makanan dan senjata yang tertimbun di dalam gua.

Senjata Meriam Bukti Sejarah yang Dijarah

Beberapa peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya di pulau Lombok ditemukan di sini. Namun sangat disayangkan, peninggalan sejarah ini justru dibiarkan dijarah oleh oknum masyarakat tak bertanggung jawab. Tidak mudah menemukan senjata Meriam ini, karena lokasinya sangat sulit diatas pegunungan. Setelah menempuh jarak beberapa kilometer dari kaki gunung, barulah akhirnya bisa ditemukan lokasi senjata meriam dimaksud.

Benar saja, senjata meriam itu kokoh berdiri dipinggir ditebing. Di bagian pelindung senjata itu, tertera indentitas senjata. Senjata yang diperkirakan memiliki jangkauan tembak 5-6 kilometer ini merupakan buatan Jerman sekitar tahun 1901. Bagian cerobong senjata masih utuh, hanya saja sebagian komponen sejata ini terlihat tidak ada ditempat karena ulah tangan jahil. “Ini pasti ulah tangan tidak bertanggungjawab,”kata Abdul Siri Petugas relawan Tagana NTB.

Senjata ini konon merupakan peninggalan penjajah Jepang pada perang dunia II. Menurutnya, senjata ini kemungkinan tidak hanya berada di kawasan ini saja, namun pasti ada senjata lain yang masih ada tetapi belum ditemukan. Untuk melestarikan keberadaannya, di samping dijadikan sebagai lokasi tujuan wisata ia berharap agar Pemda melakukan pemugaran peninggalan tersebut. Jangan sampai peninggalan bersejarah ini lenyap begitu saja, karena tak diurus Pemerintah.

Pihaknya sendiri telah bersurat ke Dinas Pariwisata NTB, Gubernur dan pihak terkait lainnya namun belum direspon. Ia meminta agar Pemda melakukan pemugaran melibatkan warga setempat. Ia mengusulkan agar dibangun akses jalan dan pagar di sekitar senjata tersebut agar tidak dicuri oknum warga.

Usai dari lokasi meriam tersebut, rombongan menuju ke lokasi senjata meriam lain. Senjata meriam yang satu ini, sudah tidak utuh lagi karena bagian cerobong senjatanya telah dicuri oknum warga. Selain itu, sejumlah komponen banyak yang tidak utuh lagi.

Secara terpisah, Kades Batu Putih menyatakan, senjata meriam yang ada di kawasan itu hanya tinggal 4 unit, itupun hanya ada dua yang masih utuh sedangkan sisanya entah kemana. Terkait keberadaan peninggalan jepang itu, seharusnya BKSDA yang berwenang mengelola karena lokasi itu kawasan konservasi.” BKSDA ini kan tidak pernah memperhatikan itu.” cetusnya.

Penulis : Zubaidi