Kabupaten Lombok Barat

Meretas Keterisoliran Warga Aikmual, Sekotong Timur

Safari Ramadhan DPD I Persatuan Tarbiyah Islamiyah provinsi NTB semalam (16/7) melakukan kegiatannya di Masjid Aikmual, Desa Mareje Timur, Kecamatan Lembar. Safari Ramadhan kali ini merupakan Safari ramadhan putaran kedua, setelah malam sebelumnya diterima jamaah Masjid Baiturrahman, Montong Alung, Aikbukak, Kecamatan Batukeliang Utara, Lombok Tengah.

Yang mestinya hadir secara langsung Ketua DPD I Persatuan Tarbiyah Islamiyah NTB, DR. H. Zaini Arony yang juga Bupati Lombok Barat, namun karena Bupati tengah menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci Makkah, tidak lantas kegiatan tersebut terhenti. Namun diwakilkan kepada Sekretarisnya DR. Ir. Lemen Arjiman, M.Pd.

Lemen Arjiman yang juga Kasi Laboratorium pengujian pada Dinas PU Lombok Barat ini menegaskan, safari Ramadhan yang digelar pihaknya dimaksudkan untuk lebih memperkuat hubungan silaturrahmi dengan masyarakat. Dengan silaturrahmi yang dipupuk secara terus-menerus terlebih pada bulan suci Ramadhan akan banyak membawa berkah dan keuntungan antar sesame ummat muslim.

Lemen menyebut, diantara berkah yang diperoleh seseorang jika suka bersilaturrahmi adalah, dipanjangkan umurnya, dimudahkan segala urusannya, dimudahkan atau diperlancar rezkinya, menolak datangnya musibah dan lain sebagainya. “Dengan silaturrahmi yang tetap jalan seperti ini, di lapangan akan diketahui bersama keluhan maupun aspirasi masyarakat, terutama di bidang sosial, dakwah dan pendidikan sebagai misi utama Persatuan Tarbiyah Islamiyah itu sendiri.

Searapan aspirasi masyarakat yang berkembang di wilayah yang letaknya berbukit-bukit, dimana penduduknya terpencar-pencar hingga perbukitan membuktikan bahwa insfrastruktur jalan menjadi tuntutan warga yang sangat penting untuk disiapkan meski sifatnya masih pengerasan.

Kadus Aikmual Mawardi membenarkan jika persoalan jalan yang menghubungkan pintu masuk dari Mareje Timur (Lendang Garuda) ke Aikmual sepanjang 3 kilomoter telah menjadi keinginan masyarakat sejak lama. Meski jalan sudah dibuka ke dari dan Aikmual dalam kondisi seadanya, namun sangat mengkwatirkan, karena rawan kecelakaan. Jalan ini sepintas sangat cocok untuk motor cross.

“Bila musim hujan tiba jalannya sangat becek, musim kemaraupun penuh dengan debu. Kendaraan roda empat khususnya sangat ekstra hati-hati jika melewati jalan ini menuju Dusun Aikmual. Jalan ini sangat diperlukan untuk akses masyarakat kami keluar tertama untuk ke pasar (lendang garuda, red), pusat kesehatan masyarakat, akses pendidikan menengah ke atas. Kecuali itu karena kepemilikan alat transportasi yang sangat terbatas bagi masyarakat Aikmual harus rela berlelah-lelahan jalan kaki.

Sebagaimana diketahui saat ini juga dibuka program jalan alternatif lainnya baik ke Aikmual maupun yang tembus ke Sekotong Timur yang saat ini tengah dalam penyelesaian program PNPM mandiri pedesaan dalam bentuk perkerasan rabat jalan desa sepanjang 930 m. Biaya fhisiknya senilai Rp. 320.874.000. Swadaya masyarakat Rp. 16.100.000, biaya operasional TPK Rp. 10.132.900, biaya operasional UPK Rp. 6.755.200. Seluruh sumber pendanaan berasal dari PNPM Mandiri.

Selain itu persoalan pendidikan di wilayah tandus dan kering ini menjadi momok memperihatinkan bagi masyarakat setempat. Hal ini wajarlah angka partisipasi pendidikan untuk melanjutkan pendidikannya juga rendah. Karena pasilitas pendidikan di sini tidak tersedia. Namun, beruntungnya pihak sawasta melalui Persatuan Tarbiyah Islamiyah NTB membangun madrasah ibtidaiyah untuk menampung permintaan pendidikan anak-anak di wilayah ini. Dan hingga saat ini jumlah santri/siswa di madrasah ini sebanyak 40 orang yang tertampung pada tiga kelas rombongan belajar.

“Kita bersyukur karena sudah ada Madrasah. Madrasah ini dirintis sejak tahun 2010 dengan ijin operasional diterbitkan tahun 2012. Terbangunnya madrasah ini murni hasil swadaya masyarakat dan semangat gotong-royong warga kami. Tenaga guru yang ikhlas mengabdi sebanyak 12 orang,” kata Mawardi, Kadus setempat.

Kecuali itu saat musim kemarau tiba, warga sangat merasakannya, terutama untuk melakukan kegiatan usaha tani. Meski sejumlah tanaman sayur-mayur seperti kacang panjang, kacang tanah, kacang merah bisa ditanam, namun hasilnya tak sesuai harapan. Hal ini terjadi karena di lokasi ini ketersediaan air irigasi untuk pertanian sama sekali tak ada.

“Masyarakat kami hanya mengandalkan air hujan untuk bertanam. Demikian juga untuk ketersediaan air bersih untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK) terbilang cukup memperihatinkan. Karena tak ada sumber mata air terdekat di dusun kami. Mau tyak mau secara bergotong royong kami memasang pipa air sejauh tiga kilometer yang diambilkan dari mata air Pelah. Termasuk untuk lampu penerang (listrik), kami juga mengalirkan kabel listrik tiga kiloan dari Mareje atau Sekotong Timur,’ jelas H. Zainudin warga setempat. (her)