Yang mestinya hadir secara langsung Ketua DPD I Persatuan Tarbiyah Islamiyah NTB, DR. H. Zaini Arony yang juga Bupati Lombok Barat, namun karena Bupati tengah menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci Makkah, tidak lantas kegiatan tersebut terhenti. Namun diwakilkan kepada Sekretarisnya DR. Ir. Lemen Arjiman, M.Pd.
Lemen menyebut, diantara berkah yang diperoleh seseorang jika suka bersilaturrahmi adalah, dipanjangkan umurnya, dimudahkan segala urusannya, dimudahkan atau diperlancar rezkinya, menolak datangnya musibah dan lain sebagainya.
Searapan aspirasi masyarakat yang berkembang di wilayah yang letaknya berbukit-bukit, dimana penduduknya terpencar-pencar hingga perbukitan membuktikan bahwa insfrastruktur jalan menjadi tuntutan warga yang sangat penting untuk disiapkan meski sifatnya masih pengerasan.
“Bila musim hujan tiba jalannya sangat becek, musim kemaraupun penuh dengan debu. Kendaraan roda empat khususnya sangat ekstra hati-hati jika melewati jalan ini menuju Dusun Aikmual. Jalan ini sangat diperlukan untuk akses masyarakat kami keluar tertama untuk ke pasar (lendang garuda, red), pusat kesehatan masyarakat, akses pendidikan menengah ke atas. Kecuali itu karena kepemilikan alat transportasi yang sangat terbatas bagi masyarakat Aikmual harus rela berlelah-lelahan jalan kaki.
Selain itu persoalan pendidikan di wilayah tandus dan kering ini menjadi momok memperihatinkan bagi masyarakat setempat. Hal ini wajarlah angka partisipasi pendidikan untuk melanjutkan pendidikannya juga rendah. Karena pasilitas pendidikan di sini tidak tersedia. Namun, beruntungnya pihak sawasta melalui Persatuan Tarbiyah Islamiyah NTB membangun madrasah ibtidaiyah untuk menampung permintaan pendidikan anak-anak di wilayah ini. Dan hingga saat ini jumlah santri/siswa di madrasah ini sebanyak 40 orang yang tertampung pada tiga kelas rombongan belajar.
Kecuali itu saat musim kemarau tiba, warga sangat merasakannya, terutama untuk melakukan kegiatan usaha tani. Meski sejumlah tanaman sayur-mayur seperti kacang panjang, kacang tanah, kacang merah bisa ditanam, namun hasilnya tak sesuai harapan. Hal ini terjadi karena di lokasi ini ketersediaan air irigasi untuk pertanian sama sekali tak ada.
“Masyarakat kami hanya mengandalkan air hujan untuk bertanam. Demikian juga untuk ketersediaan air bersih untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK) terbilang cukup memperihatinkan. Karena tak ada sumber mata air terdekat di dusun kami. Mau tyak mau secara bergotong royong kami memasang pipa air sejauh tiga kilometer yang diambilkan dari mata air Pelah. Termasuk untuk lampu penerang (listrik), kami juga mengalirkan kabel listrik tiga kiloan dari Mareje atau Sekotong Timur,’ jelas H. Zainudin warga setempat. (her)