Konferensi yang bertema “Synergizing Eastern and Western Constructs of Mediation Towards Better Understanding” ini bertujuan mengeksplorasi kekayaan dengan berbagai pendekatan mediasi untuk memelihara pemahaman lintas budaya yang lebih baik dan untuk meningkatkan proses penyelesaian sengketa di wilayah tersebut.
Dalam sambutannya Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, S.H, M.Si menganggap acara semacam ini merupakan cara yang sangat efektif, karena pada hakekatnya masyarakat di Indonesia khususnya dan Asia Pasifik umumnya mempunyai basis sosio cultural lebih suka mengutamakan musyawarah langsung diantara mereka yang bersengketa. “Saya berharap pertemuan regional ini bisa menjadi media untuk membangun jejaring kerja, hubungan yang lebih erat, serta kesamaan persepsi diantara mediator demi terciptanya pergaulan Internasional yang sehat dan konstruktif,” harapnya.
Acara yang akan berlangsung selama tiga hari ini diselenggarakan oleh Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT) bekerjasama dengan Mahkamah Agung Indonesia dan Komite Eksekutif APMF dan didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP), Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Lembaga Bantuan Hukum Mawar Saron, Indonesian Academy of Mediators and Arbitrators serta Resolution Institute Australia.
Asia-Pacific Mediasi Forum (APMF) adalah asosiasi regional non-profit dari individu, organisasi dan institusi yang tertarik dalam mempromosikan perdamaian melalui mediasi dan proses transformasi konflik lainnya yang mengancam kesejahteraan individu, organisasi, masyarakat, negara atau pemerintah nasional di wilayah tersebut.
Tujuan utama dari APMF adalah untuk memfasilitasi pertukaran dan pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan mediasi dan proses transformasi konflik lainnya, dalam bentuk apapun, termasuk antar-budaya, interpersonal, antar lembaga dan internasional, di dalam dan di antara negara-negara yang beragam budaya di kawasan Asia-Pasifik.