Kabupaten Lombok Barat

Pemda Lombok Barat gandeng BPKP Perwakilan NTB Mengelola Manajemen Resiko,

Gerung, Diskominfotik, Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan hasil pembangunannya betul-betul dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat, maka disetiap kebijakan, dari setiap program atau pekerjaan dari mulai perencanaan dilakukan Identifikasi masalah dengan memeneg Resiko yang akan timbul (Menegemen Resiko)

Hal ini disampaikan Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid saat memberi pengarahan pada rapat tentang Pengelolaan Managemen Resiko bersama BPKP Perwakilan NTB yang diikuti oleh Sekretaris Daerah H. Baihaqi, Inspektur H. Ilham, Para Asiten, Para Kepala OPD dan Camat se Kabupaten Lombok Barat di ruang Jayengrane Jumat, 09/10/2020.

Menurut Fauzan Menegemen resiko adalah mengelola kepastian dan  ketidak pastian hal ini sebenarnya berawal dari Perencanaan, dimana dalam konsep perencanaan itu harus memprogramkan pekerjaan itu sesuai dengan skala prioritas.

“Kalau tidak salah ingat ya kita pernah mengatakan istilah istilah fiqih ada wajib sunnah mubah makruh dan haram, program yang wajib itu yang harus yang utama tapi kadang-kadang makruh didahulukan daripada yang wajib dalam membuat perencanaan,  bagaimanapun itu di meneg tidak akan berhasil.” Ungkap Fauzan

Kepastian dikelola supaya kepastian itu betul-betul terlaksana agar dalam bekerja itu tidak hanya menjalankan kewajiban

Seringkali sebuah program terhambat oleh hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan program itu sendiri dicontohkan oleh Fauzan dalam pembangunan infrastruktur dalam perencanaannya sudah bagus, proses tendernya sudah bagus pemenangnya pun sudah bagus yang kesemuanya sudah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku tetapi yang terjadi dilapangan ada gangguan. “inikan diluar proses, tidak ada hubungannya dengan perencanaan, perjalanan sudah bagus, dari hasil semuanya sudah baik, termasuk output, dan kontraktornya tetapi ada gangguan dilapangan, ini juga harus dimeneg supaya hasil akhirnya itu benar-benar baik”. Terangnya.

Ditambahkan Fauzan manajemen risiko juga sangat tergantung pada kedisiplinan kita, karena merupakan pintu masuk dari semua hal  dari semua hal terkait dengan masalah managemen resiko.

“ Bagaimanapun kepala Dinas sudah mengidentifikasi semua resiko-resiko yang mungkin timbul di OPD nya di program-programnya tapi kalau anak buahnya males tidak mau bekerja dan seterusnya tidak artinya kepintaran dari Kepala OPD itu, jadi kedisiplinan itu suatu luar biasa.” ungkapnya

Dimasa krisis sekarang ini Bupati mengajak agar Managemen resiko ini menjadi perhatian

“ Mari manajemen krisis ini betul-betul menjadi perhatian kita kita rajin berpikir untuk apa mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa menghambat program kita pekerjaan kita kemudian kita cari solusi dan jalan keluarnya Saya berterima kasih kepada BPKP yang telah membantu termasuk pada hari ini,” Tutup Fauzan

Sementara itu BPKP Perwakilan NTB Edy menyampaikan dalam mengelola Menegemen resiko kuncinya adalah komitmen, pimpinan mendorong bagaimana mengelola ketidak pastian dan bagaimana menemeng kepastian.

Dicontohkan dalam mengelola ketidakpastian “sekarang ini siapa yang menduga akan ada wabah covid, begitu covid terdampak apakah itu tidak perlu dimeneg karena disana ada resiko refokusing, ada resiko pelaksanaan dan bahkan ada resiko dalam pertanggung jawaban semuanya itu memiliki ketidak pastian dan itu semua harus dimeneg.” Terang Edy

Bagaimana meneneg yang sudah pasti dan dituangkan dalam dokumen RPJMD, disebutkan oleh Edy “menemukan namanya Roda Indikator yang  dalam satu lembar itu sudah ada casecading dari mulai visi misi sampai punya IKU dari 7 strategi, bagaimana kita mencapai iku dalam periode 2019 sampai 2023 Apakah itu sudah pasti itu kita capai atau nggak pasti semuanya penuh ketidakpastian sehingga memang harus dikelola agar bisa mengawal sampai capaian yang ditargetkan dalam RPJMD.” terangnya

Dalam roda indikator prasyarat pertama adalah mengidentifikasi dan harus dicaseceding dulu jangan sampai diidentifikasi sesuatu yang tidak perlu.

“Semua yang muncul dalam roda indikator itu memang semuanya yang wajib /prioritas ada visi kemudian 5 misi kemudian di breakdown kedalam tujuan serta sasaran samapai siapa yang akan mengeksekusi yang punya tanggung jawab harus jelas.” tambahnya

Sementara Sekda Lombok Barat H. Baihaqi yang bertindak sebagai moderator menyimpulkan pertama sebagai kepala OPD tingkatkan kemampuan mengidentifikasi masalah terutama renstra dalam kaitannya dengan renja kaitannya dengan kondisi daerah dan indikator dalam RPJMD apalagi dengan adanya dampak covid ini. Kedua utamakan belanja wajib,  ini untuk mengurangi resiko sebab pengalaman kalau sudah dibelanjakan pas ada perubahan APBD ada yang belum yang sifatnya wajib sehingga dapat menimbulkan resiko terutama di APBD murni, Kedisiplinan merupakan pintu masuk untuk mencegah resiko mengelola ketidak pastian dan ujian bagi Kepala OPD adalah krisis, mampu menangani persoalan krisis dari aspek anggaran itulah prestasi, dan camat penekanannya adalah lebih banyak silaturrahmi untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. (Diskominfotik/Windi/Ria/Azmil)