Kabupaten Lombok Barat

Pengusaha Keripik Bergantung Alat Sederhana

GIRI MENANG- Ditetapkannya Dusun Are Manis, Desa Sandik, Kecamatan sebagai sentra industri beberapa waktu lalu, menjadikan sebagian besar warga sekitar menjadi pengusaha keripik. Jajanan yang dihasilkan seperti kerupuk dengan bahan baku singkong, pisang, dan ubi jalar. Namun, sebagian besar pelaku usaha ini masih menjalankan bisnis secara tradisional.

“Kompor yang kami gunakan terbilang tradisional dan masih mengandalkan bahan bakar berupa kayu bakar,” ungkap pionir usaha kecil tersebut sejak tahun 1994, pada Lombok Post, kemarin (17/11).

Ia mengungkapkan, harga alat pertama yang dibeli sekitar 19 ta­hun lalu tersebut terbilang murah. Mesin produksi masih dibelinya dengan harga Rp 100 ribu, umumnya untuk penggilingan adonan. Modal untuk bahan baku yang diperlukan yaitu Rp 175 ribu per seratus kilogram.

Sementara, pengusaha lainnya di tempat yang sama Maidah, owner UD Harapan Baru mengatakan, penghasilan yang diperoleh masih mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena fokus produksinya hanya keripik singkong. Terlebih untuk pemotongan keripik masih meng­gunakan mesin potong tradisionil.

Berbeda dengan Nur Haini yang memproduksi setiap hari, Maidah hanya memproduksi saat stok habis. Maksimal dua atau tiga kali dalam seminggu. Modal yang dibutuhkan juga relatif tinggi yaitu Rp 1 juta sekali seminggu.

“Lima puluh kilogram biasa diolah dalam sehari,” tambahnya.

Perayaan hari raya seperti Idul Fitri, menjadi saat dimana permintaan meningkat drastis. Pera­latan yang lebih moderen dirasa akan sangat membantu proses produksi.

Namun disisi lain, dalam sehari, untuk menghasilkan 200 kilogram kripik singkong membutuhkan biaya sekitar Rp 350 ribuan. Bahan baku singkong masih diperoleh dari Kabupaten Lombok Utara.

‘’Harga yang ditawarkan berkisar Rp 500 sampai Rp 10 ribu. konsumen yang dibidik tentunya kalangan menengah ke bawah,” terangnya.

Nur Haini menambahkan, segmen pasar yang dibidik pedagang kecil di pasar tradisional. Sudah banyak pemilik kios telah menjadi pelanggan tetapnya. Pemasaran makanan ringan yang diproduksi, telah tersebar hampir diseluruh Lombok.

“’Pemasaran paling bagus di wilayah Kabupaten Lombok Barat,” ungkapnya.

Maidah mengaku, dari segi pemasaran masih sangat minim. Walaupun bila mengandalkan pengampas, barang yang diberikan jarang kembali. Namun, dari segi keuntungan yang diperoleh tidak dapat lebih banyak.

Menurut mereka, penjualan pada pasar moderen, seperti supermar­ket, dirasa kurang berhasil. Ter­lebih melihat persaingan dengan produk makanan serupa, dengan kemasan yang cenderung lebih moderen dan menarik hati.

‘’Tak heran bila pengusaha kripik dengan modal kecil cender­ung mengandalkan pengampas,” imbuhnya.

Sumber: Lombok Post, Senin 18 Nopember 2013