Panen masal inilah yang menjadi keresahan petani. Sebagaimana diutarakan L. Sapoan, petani asal Desa Tempos, Kecamatan Gerung, Lombok Barat ini. “Bukannnya kita tidak senang jika musim panen sudah tiba. Bahkan kita sambut gembira musim panen raya. Tapi bukan persoalan tersebut yang kita kecewakan. Tapi soal harga gabah yang tidak stabil bahkan cendrung semakin menurun. Bahkan harga standar pemerintah yang sudah ditentukan, kenyataan di lapangan Justru mengalami penurunan harga. Standar harga perkwintal gabah kering giling yang sebelumnya ditetapkan pemerintah sebesar Rp. 375.000. Namun kenyataannya di tingkat petani harga tersebut malah dipermainkan para tengkulak. Harganya malah melorot menjadi Rp. 325.000,” kata pria yang juga Sekdes Tempos, Gerung pada media ini.
Karena itu mewakili masyarakatnya melalui media ini Sapoan meminta kepada pihak pemerintah agar bisa mengendalikan harga jual gabah sesuai dengan harga standar pemerintah yang sebelumnya ditetapkan. “Kami tentu tak ingin harga jual dipermainkan, ujung-ujungnya kami sebagai petani yang merasa dirugikan,” kata Sapoan. (her)