Kabupaten Lombok Barat

Petani Kecewa, Harga Gabah Standar Pemerintah Dipermainkan Tengkulak

Masa panen padi triwulan pertama sudah tiba. Walaupun tidak secara serempak petani memanen, namun aktivitas sebagian besar petani di lahan usaha taninya sudah mulai terlihat mereka akan segera panen bersama pada minggu pertama bulan April ini.

Panen masal inilah yang menjadi keresahan petani. Sebagaimana diutarakan L. Sapoan, petani asal Desa Tempos, Kecamatan Gerung, Lombok Barat ini. “Bukannnya kita tidak senang jika musim panen sudah tiba. Bahkan kita sambut gembira musim panen raya. Tapi bukan persoalan tersebut yang kita kecewakan. Tapi soal harga gabah yang tidak stabil bahkan cendrung semakin menurun. Bahkan harga standar pemerintah yang sudah ditentukan, kenyataan di lapangan Justru mengalami penurunan harga. Standar harga perkwintal gabah kering giling yang sebelumnya ditetapkan pemerintah sebesar Rp. 375.000. Namun kenyataannya di tingkat petani harga tersebut malah dipermainkan para tengkulak. Harganya malah melorot menjadi Rp. 325.000,” kata pria yang juga Sekdes Tempos, Gerung pada media ini.

Bukan hanya keluhan ini disuarakan dirinya, namun petani pada umumnya merasa kecewa terhadap harga jual gabah yang cendrung menurun. Petani menurut Sapoan merasa rugi jika melihat harga pasar yang tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Terutama harga pupuk yang cukup tinggi. Belum lagi biaya pengholahan juga memakan biaya yang tak sedikit. “Jadi petani berada pada posisi yang selalu kurang menguntungkan,” jelas Sapoan.

Karena itu mewakili masyarakatnya melalui media ini Sapoan meminta kepada pihak pemerintah agar bisa mengendalikan harga jual gabah sesuai dengan harga standar pemerintah yang sebelumnya ditetapkan. “Kami tentu tak ingin harga jual dipermainkan, ujung-ujungnya kami sebagai petani yang merasa dirugikan,” kata Sapoan. (her)