Kabupaten Lombok Barat

Pujawali dan Penyerahan Bangunan di Pura Batu Bolong

H. Zaini Harapkan Umat Hindu Tidak Perlu Merasa Termarjinalkan

Giri Menang: “Bupati Lombok Barat (Lobar), H. Zaini Arony adalah seorang bupati yang tidak memilih ini mayoritas dan itu minoritas, terbukti beliau datang ke sini”. Begitu ungkapan sambutan Panitia Pujawali dan Penyerahan Bangunan di Pura Batu Bolong yang disampaikan Wayan Ketut Sembada di Pura Batu Bolong Batulayar Selasa (3/7) kemarin. Mewakili umat Hindu, Wayan menyampaikan ucapan terima kasih dengan kedatangan Bupati di tengah kesibukannya. Selain terima kasih juga disampaikan karena Pemkab Lobar di masa Bupati Zaini telah membangunkan Umat Hindu Batulayar berupa Balai Pesanggrahan, dapur dan toilet. Wayan menjelaskan Pura Batu Bolong diemang oleh 10 banjar Umat Hindu yang ada di Batulayar.

Bupati Zaini dalam sambutan lepasnya menyampaikan bahwa Lobar adalah bagian yang tidak terpisahkan bagi umat Hindu. “Di Lobar adalah tempat Saudara-saudara hidup bahkan bermasyarakat di daerah ini, oleh karena itu, tidak perlu merasa termarjinalkan (terpinggirkan, red) dalam kehidupan bermasyarakat,” tandas Bupati. Bupati mengajak agar Umat Hindu di Lobar untuk secara bersama-sama dalam koridor saling hormat menghormati, selalu mengembangkan toleransi mewujudkan visi misi Lobar Bangkit yang Maju Mandiri dan Bermartabat.

“Saya ingin Saudara-saudara merasa nyaman, tenang dan aman dalam pelaksanaan ibadah,” ujar Zaini yang dilanjutkannya bahwa tahun 2011 di Pura Batu Bolong telah dibangun Pesanggrahan, dapur dan toilet. Tak hanya itu, dikatakan Bupati, tahun 2012 ini juga akan dibangun sebuah Gerdu Pandang yang di bawahnya ada 8 kios sehingga tidak perlu lagi ada kios-kios yang kumuh.

Ketua DPD Partai Golkar NTB ini juga menyampaikan dalam menjalankan sebuah kepercayaan selalu dalam pelataran budaya. Acara Feodalan atau Pujawali menurutnya dalam segi istilah kebahasaan merupakan istilah khas Lombok Sasak. Begitu juga dengan istilah Pedewak yang merupakan akulturasi pemahaman Sasak dan Bali. “Pemahaman Sasak dan Bali, bukan Islam dan Hindu,” ujar Bupati Zaini menegaskan.

Ditambahkan Bupati, Lobar yang kaya dengan budaya dan etnis yang beragam merupakan suatu modal untuk mewujudkan pergaulan yang penuh toleransi dan kebersamaan. Menyinggung Festival Senggigi (FS) yang akan segera dilaksanakan dari tanggla 5 hingga 8 Juli 2012, Ketua HKTI NTB ini mengharapkan agar umat Hindu ikut berperan aktif mempertunjukkan kesenian-kesenian khas yang dimilikinya.

“Festival Senggigi bukan hanya milik warga Sasak tapi semuanya termasuk Saudara-saudara,” ujarnya. Ada yang istimewa dalam FS kali ini yaitu dengan diundangnya etnis Tionghoa berikut pertunjukan kesenian yang dimilikinya. Pertunjukan seni menurut Bupati bersifat universal karena bisa dinikmati oleh semua orang, lintas agama, etnis dan negara.

Sementara itu, Gde Renjana selaku Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTB sekaligus Kepala Dinas Pariwisata Lobar menyampaikan revitalisasi Pura Batu Bolong dengan Balai Pesanggarahan, dapur, toilet serta nantinya Gardu Pandang dan kios-kios yang tertata rapi, hendaknya bisa menjadi destinasi wisata yang makin menarik dan menyamankan wisatawan yang berkunjung.

Senada dengan Bupati Zaini, Gde Renjana menyatakan kita selalu dalam kondisi kebersamaan. Dengan keyakinan penuh mengharapkan selalu diberikan jalan terbaik. “Percaya dan yakinlah, tidak ada yadnya yang percuma sepanjang yadnya-nya dilandasi lascarye, ketulusikhlasan dan keyakinan tinggi. “Mari kita menyatukan langkah demi Lobar yang Maju, Mandiri dan Bermartabat, Bangkitlah Lobar,” ujar Gde Renjana bersemangat menutup sambutannya.

Hadir dalam acara tersebut Ketua DPRD Lobar, H. Umar Said, Camat Batulayar Mujitahidin, Ketua Balai Wilayah Sungai dan Pantai Nusa Tenggara I Mataram, Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang, tokoh agama Hindu serta ratusan umat Hindu se-kecamatan Batulayar. (Muhammad Busyairi/Romiadi Kurniawan-Humas)