Rencana hari ini bertemu dengan Sahlan sudah mantap. Jalan aspal menuju rumahnya di Dusun Peseng Desa Taman Ayu memang mulus. Tak ada aral berarti bagi sejumlah alat transportasi, meskipun bis dan kendaraan operasional formal jarang memasukinya. Yang ada hanya cidomo, roda dua, pickup, dan sebagain kecil kendaraan lux yang keluar-masuk dari dan ke Kota Mataram. Tetapi yang mendominasi adalah, kendaraan dum truck yang lalu lalang keluar masuk desa setempat. Katanya, dum tuck ini yang memfasilitasi para penambang ilegal maupun legal dalam usaha tambang tanah urug maupun batu gunung.
Sekitar 30 menit perjanan dari Gerung, akhirnya kami menemukan rumah Sahlan. Tapi sang petinju yang kami cari ternyata tidak ada di tempat. “Sahlan ada di Bali mau bertanding, baru dua hari yang lalu berangkat dari sini”, sapa seorang lelaki dengan ramah menyambut. Lelaki itu diperkirakan usianya sekitar 30-an tahun. Setelah terjadi dialog dan menceritakan kedatangan kami, lelaki itu bisa mengerti dan ternyata…..,dialah kakak kedua Sahlan dari tiga bersaudara. “Saya nomor dua dan Sahlan saudara paling bontot” tambah lelaki itu setelah mempersilahkan kami duduk di teras depan rumahnya. Tak sengaja kami memandang di sekeliling ruang tamu. Di tembok sebelah, tergantung potret besar sang petinju dengan otot yang terlihat kekar. Didekatnya, di atas dan dalam lemari, terpajang sejumlah piala, medali, tropy serta sabuk juara. Hampir belasan jumlahnya, karena kami tak sempat mengitungnya.
Tak ketinggalan pula, cerita tentang Sahlan kecil yang tak suka tempramental, namun penurut dan sabar. “Iye jarang ngeraos dait pelilaan”, (Dia pendiam dan pemalu), cerita Inaq yang kemudian kami menangkap kesan bahwa, betapa harmonisnya keluarga itu, apalagi Sahlan pun turut membantu ekonomi keluarga dengan mengangkut batu koral, sejenis batu pecah ke atas dum truck. Cerita Inaq, Sahlan kecil juga suka mencari ikan dan belut. Tentu saja hasil tangkapan Sahlan menjadi lauk dikala makan siang maupun malam bersama keluarga.
Inaq juga seakan tak pernah habis menceritakan kisannya bersama Sahnan. Sekali waktu, ketika sang suami masih hidup, Sahlan kecil dibuatkan sansak terbuat dari karung yang berisi pasir. Alat inilah yang digunakan Sahlan untuk latihan tinju. “Memang Sahlan sejak kecil bercita-cita jadi petinju”, cerita kakak tertua Sahlan yang turut bergabung di atas teras.
Setelah tamat SMP, fisik Sahlan kian bagus, apalagi tiap hari ditimpa pekerjaan yang mengandalkan fisik. Bagi sahlan, menaikkan batu koral ke atas dum truck, pekerjaan yang dinilai cepat menghasilkan uang. Akhirnya hari, minggu, bulan dan tahun terus bergelut fisik Sahlan kian sehat bugar.
Melihat kondisi pekerjaan sebagai buruh menaikkan batu koral tidak tetap, maka Sahlan memutuskan untuk hijrah ke Bali. Di sini pun bajang kelahiran 12 Desember 1988 ini menggeluti pekerjaan yang sama, sebagai buruh menaikkan batu koral ke atas dum truck.
Kronologis Menjadi Petinju.
Suatu ketika, Sahlan mempunyai sahabat seorang sopir taksi, namanya, Nursimah. Melihat fisik Sahlan yang demikian bagus, sang supir menawarkan kepada temannya agar menjadi petinju saja. Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung diterima Sahlan.
Keesokan harinya, dia diterima dan berlatih di sasana Mirah Boxing Camp (MBC) Bali. Di sini, Sahlan bergabung bersama Chris Jhon, Daud ‘Chino’ Yordan, Larry Siwu dan sederet petinju tenar nasional lainnya. Pelatihnya seorang warga asal Australia, Craigh Cristian.
Sang pelatih melihat ada potensi pada diri Sahlan. Akhirnya oleh Craigh Cristian, Sahlan Coral diboyong ke Perth-Australia untuk bertanding melawan Mike Reid dari Scotlandia. Pertandingan ini berlangsung selama 6 ronde bertaraf Internasional. Pada ronde ke 4, Sahlan Coral mampu memukul telak Mike. Namun sang lawan mampu bertahan dan faight hingga akhir ronde. Dalam pertandingan ini, Sahlan Coral dinyatakan menang mutlak dengan skor; 60-53, 59-54, 60-53.
Saat itulah awal berharga bagi Sahlan. Dirinya berterima kasih kepada Dragon Fire World Championship Boxing yang telah memberikan kesempatan bertarung, dimana banyak badan-badan tinju cenderung menjauhi tampilnya petinju-petinju asal Indonesia. Namun berkat dukungan Craigh Cristian, Sahlan Coral bersama pelatihnya Yance Mandagi bekerja sama dengan MBC memberikan pendidikan dan pelatihan agar petinju Indonesia menjadi lebih baik.
Yang terakhir, Sahlan bertarung melawan Syamsul Hidayat dari Sasana Sakerah BC Pasuruan-Jatim. Pertarungan kedua petinju ini berlangsung di Kuta-Bali. Even ini menghadirkan faighter pemenang wilayah Asia Pasipik dan pemenang nasional dari Indonesia. Partai utama, mempertemukan Sahlan Coral, juara nasional kelas welter 66,6 Kg dari MBC-Bali di bawah promotor Zainal Tayeb. Dalam pertandingan ini, Sahlan Coral mampu meng-KO lawannya pada ronde pertama. Dengan kemenangan ini, Sahlan kian naik daun, menjadi petinju favorit nasional, lebih-lebih di daerah kelahirannya Lombok Barat.
Pertarungan lain yang harus dilakoni Sahlan tanggal 10 Juni mendatang. Pertandingan yang bertajuk exsibisi kenaikan peringkat ini berlangsung di Singapura. Lawannya dari Uzbekistan. Namun ketika ditanya bagaimana persiapannya, Sahlan dengan mantap mengatakan optimis, mampu mengalahkan lawannya. “Tetap optimis dan berdoa kepada sang Khalik, agar semuanya bisa berjalan dengan baik”, demikian kata Sahlan via ponselnya. Do’a ini sebagaimana pesan ibunya agar sebelum bertanding dan setelah naik ring, berdoa lebih dulu.(L.Pangkat Ali-Pranata Humas)
Box Record Sahlan Coral :
Menang : 15
Kalah : 4
Drow : 0
Menang KO/TKO : 8
Gaya : Boxer
Rangking :151 dari 2.156 dunia
1 dari 18 nasional
Kelas : Welter 66,6 Kg.
Kelahiran : Lombok Barat, 12 Desember 1988