Kabupaten Lombok Barat

Sikap Positif PNS Menghadapi Pemilu 2014

Oleh :

H.Prasetya Utama, M.Kes.

(Widyaiswara, BKD Kab. Lombok Barat)


Berdasarkan UU No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara , disebutkan bahwa tugas dan fungsi ASN, antara lain pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik, perekat dan pemersatu bangsa. ASN dilarang diikutsertakan dalam kegiatan kampanye pemilu, serta dilarang ikut serta sebagai pelaksana kampanye pemilu.

Secara rinci, dapat dijelaskan perbuatan atau tindakan yang dapat dikategorikan melanggar netralitas dan dapat dijatuhi hukuman disiplin sedang, sebagaimana di atur dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, adalah memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain.

Selain itu ASN dilarang memberikan dukungan kepada calon legislatif , dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye , untuk mendukung calon legislatif. Juga dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye. Serta membuat keputusan dan atau tindakkan yang menguntungkan atau merugikan , salah satu calon legislatif selama masa kampanye. Netralitas para ASN di Kab.Lombok Barat akan memberikan dampak positif dan menentukan kualitas Pemilu pada 9 April 2014.

Para ASN juga harus memberikan contoh dan teladan kepada masyarakat umum untuk menggunakan hak pilih secara baik dan benar.

Tips Menentukan Pilihan

Tidak bisa dipungkiri, banyaknya jumlah caleg ditambah minimnya sosialisasi membuat kita kesulitan untuk betul-betul mengenali sosok calon pelayan ini. Apalagi jika kita hanya mengetahui calon sekedar dari spanduk dan baliho. Kalau hanya retorika dan jargon belaka, semua juga bisa. Oleh karenanya ada beberapa tips untuk menjadi pertimbangan dalam memutuskan pilihan paling tidak sebagai berikut ini:

Pertama, integritas moral. Persoalan moral erat kaitannya dengan pengamalan agama seseorang. Seperti halnya kriteria Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa harusnya variable yang terukur, bukan sekadar bukti fisik Kartu Tanda Penduduk bahwa dia warga negara yangberagama.

Moral bisa dilihat dari pengamalan agamanya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, masyarakat dan lingkungan kerjanya selama ini. Moral dalam kejujuran, keberanian membela yang benar, mengajak dan mengajarkan kebenaran, menegur dan mencegah kejahatan. Dengan sikap ini kita yakin seorang caleg akan konsisten memperjuangkan kebenaran demi kesejahteraan masyarakat.

Pada kesempatan ini, kami mengajak kepada seluruh PNS dan masyarakat umumnya  agar memanfaatkan kesempatan pemilu mendatang memilih caleg yang betul-betul memiliki kapabilitas dan integritas yang tidak diragukan.

Kedua, bagaimana keluarganya? Ya, ini salah satu tolok ukurnya. Jika keluarganya harmonis dan sakinah insya Allah ini pertanda kebaikan. Tengok lagi anak dan istrinya apakah berperilaku baik tindak-tanduknya? Kalaulah istri dan anaknya saja tak terurus bahkan jadi begajulan –sering bolos sekolah, doyan tawuran hingga terjerumus narkoba, ini merupakan bukti bahwa memimpin keluarga saja ia sudah gagal, bagaimana lagi mau memimpin negara/daerah? Namun jika kita lihat istrinya, jika kita lihat perilakunya santun dan ramah, peduli pada sesama, bisa jadi ini dambaan kita. Jika kita saksikan anaknya tumbuh jadi shalih-shalihah, berprestasi di sekolah maka, tak salah lagi mungkin inilah harapan kita.

Ketiga, Integritas Intelektual. Integritas intelektual caleg harus memiliki kompetensi keilmuan dan wawasan. Kemampuan ini tidak hanya dibuktikan dengan selembar ijazah atau gelar yang berderet panjang di depan atau di belakang namanya.

Karena banyak di negeri ini yang bergelar dan berijazah namun kualitas berfikirnya dipertanyakan. Pendidikan tinggi memang membantu memiliki kematangan integritas intelektual. Indikatornya adalah kemampuannya dalam menulis konsep, berbicara dan mendengarkan. Kualitas intelektual caleg bisa dilihat ketika dia berpidato/kampanye. Apakah bahasanya baik dan berbobot, bisa menulis gagasan serta mau mendengarkan keluhan warga dan mencari jalan keluar.

Kebiasaan itu kelak akan menjadi wilayah kerja anggota Dewan. Sebab tugas dan wewenang legislatif adalah membuat peraturan atau legislasi, pengawasankontrol dan menyusun anggaran badgeting. Bagaimana mungkin dia bisa bekerja sesuai tugasnya jika anggota Dewan tersebut tidak bisa menulis, menyampaikan gagasan dan memperjuangkan aspirasi rakyat di gedung parlemen.

Menurut kami, integritas intelektual legislatif berdampak pada output kebijakan pemerintah. Seperti kebijakan dan produk hukum yang tidak pro rakyat, banyak masalah publik yang terabaikan, anggaran yang tidak memihak kesejahteraan masyarakat. Padahal disisi lain, pihak eksekutif sudah terdidik dan terlatih dalam membuat kebijakan publik. Sementara anggota Dewan setiap periode pasti ada wajah baru yang manggung, dengan kemampuan yang beragam

Keempat, pastikan bukan politisi kutu loncat. Betul, kutu loncat artinya suka berpindah. Dari satu partai ke partai lain. Jika mendapati politisi semacam ini maka nyatalah bahwa mereka punya sikap pragmatis. Berpolitik bagi mereka hanyalah untuk memuluskan kepentingan pribadi. Dimana ada peluang untuk menangguk manfaat, di situlah mereka berlabuh. Mereka tak punya visi, apalagi ideologi untuk diperjuangkan.

Setiap Pilihan Akan Dimintai Pertanggungjawaban

Pilihan ada di tangan kita. Dan yakinlah bahwa setiap pilihan kita dalam Pemilu apakah itu mendukung si A, si B atau golput sekalipun, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Risiko dari setiap pilihan itu akan kita rasakan tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Itulah sebabnya sikap apatis dan acuh tak acuh, menjadi sangat tidak relevan dan tidak bertanggungjawab.

Jika kita tak menggunakan hak pilih kita untuk memenangkan kebaikan, bersiaplah nanti Allah menanyakan alasan dari pilihan kita. Bila kelak calon yang kita pilih berbuat keliru, adalah tugas kita untuk mengawasi dan mengingatkan. Yang penting kita ikhtiar saja. Insya Allah, Dia memberikan petunjuk dan berkah-Nya sehingga Indonesia menjadi baldatun thayyibatun warabbun ghafur.