Hadirkan Fadly Padi, Dr. Al-Zastrouw dan Sanggar Ki Ageng Ganjur
TGH. Khalilurrahman Djuaini Muchtar, M.Ag., pendiri dan pemimpin Ponpes Darul Hikmah NW saat diwawancarai koran ini menyampaikan selain Darul Hikmah NW, Silaturrahmi Budaya ini juga telah dan akan dilaksanakan ke Ponpes Nurussobah NU, Al-Mahsunan Hidir NU dan Darun Nahdlatain NW Pancor.
“Tujuannya untuk mempererat tali silatrrahmi ponpes-ponpes yang memiliki kepedulian terhadap masalah budaya,” ujar tuan guru alumnus Ilmu Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Magister Agama Islam Al-Akidah Jakarta ini.
Fadly Padi dengan suara merdunya, diselingi penyanyi-penyanyi lainnya, mensenandungkan beberapa lagu termasuk duet-nya dengan Mahir Zain “Inshaa Allah” yang diiringi irama musik Ki Ageng Ganjur. Sementara Budayawan Dr. Al-Zastrouw berpasangan dengan Fairuz Abadi alias Abu Macel menyampaikan dakwah-dakwah dengan cerita-cerita yang sangat unik dan menarik membuat hadirin terkesima sekaligus terpingkal.
“Santri itu harus kreatif,” ujarnya sambil mencontohkan dulu ada seorang kyai yang rutin mengecek hafalan al-Qur`an santri-santrinya.
“Kamu siapa namamu? Anas, Kyai, coba hafalkan Surat An-Naas”. Anas pun menghafal Surat An-Naas dengan lancar.
“Kamu siapa namamu? Kausar, Kyai. Coba hafalkan Surat al-Kautsar. Kausar pun dengan lancar menghafal Surat al-Kautsar.
Kemudian ada satu santri yang gemetar saat ditanya. “Siapa namamu? All…i Imron, Kyai. Bagus, coba hafalkan Surat Ali Imron (surat yang panjang, 3 Juz). “Maaf Pak Kyai, nama saya memang Ali Imron tapi saya dipanggil Kulhu”. Hadirin pun terbahak-bahak mendengar cerita Zastrouw.
Acara ini juga menghadirkan penyanyi lokal Vandekok, juga TGH. Hasanain Djuaini, Lc., MH., dan beberapa tokoh agama dan pemuka masyarakat lainnya.
“Kita ditantang oleh Tuan Guru Hasanain, masak kita tidak bisa membuat yang sejenis Ki Ageng Ganjur,” ujar TGH. Khalil dengan menyebutkan bahwa kita di Lombok juga memiliki kebudayaan dan kesenian serta orang-orang seperti Abu Macel, dan lain-lain.
Ponpes Darul Hikmah NW
Yayasan Darul Hikmah NW berdiri tahun 1998 namun baru tahun 2012 menjadi ponpes. Jumlah santri yang mondok saat ini 160 orang. Ponpes ini merupakan ponpes yang unik karena merupakan sekolah alam. Terletak di area persawahan di mana banyak ditanam Pohon Buah Naga sehingga dinamakan Repok Naga.
Ponpes yang bersemboyan “Belajarlah Dengan Ikhlas Bekerjalah Dengan Jujur” warisan dari tuan guru sepuh, Alm. TGH. Djuaini Muchtar, ini, membuka jenjang pendidikan Raudatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Majlis Taklim.
Dalam pertunjukan hingga pukul 24.00 Wita tersebut, juga diberikan souvenir berupa Batu Akik kepada Fadly Padi dan Dr. Zastrouw oleh TGH. Khalilurrahman.
“AKIK bagi kami memiliki kepanjangan Aktif, Kreatif, Inovatif dan Kompetitif,” ujar TGH. Khalil sambil menyerahkan sejumlah Batu Akik bercangkang naga kepada Dr. Zastrouw dan Batu Akik Sulaiman kepada Fadly Padi. Dari pihak Djarum Coklat juga memberikan sumbangan sebuah laptop untuk Ponpes Darul Hikmah NW. (Muhammad Busyairi/Dedy Suhirman-Humas)
Sekilas Ki Ageng Ganjur
Sanggar Ki Ageng Ganjur lahir di Yogyakarta pada tahun 1996. Nama Ki Ageng Ganjur diambil berdasarkan saran dan petunjuk dari Gus Dur yang merujuk pada nama seorang pembantu setia Sunan Kalijaga bernama Syekh Abdurrahman yang terkenal sebagai seorang panglima dan pemberi semangat dalam setiap perjuangan pasukannya dengan membunyikan Gong Genjur ketika akan memulai pertempuran. Berdasarkan pertimbangan kedekatan secara spiritual maupun emosional terutama dalam memperjuangkan hak-hak kaum tertindas serta perhatian dan dorongan mereka terhadap kelompok minoritas maka Gus Dur dan disertai Franky Sahilatua didaulat sebagai penasehat Sanggar Ki Ageng Ganjur Yogyakarta guna melakukan penyadaran dan pemberdayaan masyarakat melalui jalur kultural dengan mengusung jenis musik spiritual dan akulturatif sebagai media utamanya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Ki Ageng Ganjur telah berhasil meluncurkan album perdananya bertajuk “Tadarus Budaya” (1997) yang berisi lagu dan komposisi musik arransement Ki Ageng Ganjur disertai orasi dari Gus Dur. Sedangkan album kedua bertajuk “Ziarah Rasul” (1999) berisi lagu-lagu dan arransement lagu-lagu shalawat karya Ki Ageng Ganjur