Kabupaten Lombok Barat

Tokoh Islam Sasak Pada Masa Penjajahan

  1. TGH. Umar (Kelayu). Beliau terlahir pada tahun 1200 Hijriyah. Orang tuanya bernama Kyai Ratna yang terkenal karena sangat pemurah terhadap fakir miskin dan para musafir. Neneknya bernama Kyai Nurul Huda yang meninggal sewaktu shalat subuh dalam keadaan sujud. TGH. Umar sangat tekun memberikan bimbingan pengajian dari satu rumah ke rumah yang lain. Beliau juga rajin mengaji kepada orang alim, cerdas dan shaleh. TGH. Umar Kelayu belajar ilmu-ilmu agama di pulau Lombok dan di tanah suci Mekkah. Secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut: pada awal mulanya beliau belajar membaca Al Qur’an di Tanjung, kemudian ke Sekarbela pada TGH. Mustafa dan Haji Amin di Sesela. Pada usia 14 tahun TGH. Umar diperintahkan ke Mekah untuk naik Haji oleh ayahnya dan berangkat dari Labuhan Haji. Di Mekkah beliau berguru tentang hadits pada Syekh Mustafa Afifi, Syekh Abdul Karim, dan Syekh Zaenuddin Sumbawa sedangkan pelajaran sufi diperoleh pada seorang ulama di Madinah. Setelah 15 tahun ia kembali ke kampung halamannya untuk memberikan berbagai ilmu yang telah diperolehnya dari Mekkah. Murid-murid TGH. Umar yang termasuk ulama besar  banyak berasal dari luar Lombok antara lain: Haji Abdul Fatta dari Pontianak, Haji Dana dari Palembang, Haji Nawawi dari Lampung dan Haji Abdurrahman dari Kedah Malaysia. Sedangkan yang berasal dari Lombok antara lain: Haji Rais dari Sekarbela, Haji Mohammad Saleh dari Bengkel, Haji Abdul Hamid dari Pejeruk Ampenan, Haji As’ari dari Sekarbela, Haji Abdul Karim dari Praya, Haji Malin dari Pagutan, Haji Syarafuddin dari Pancor dan Haji Badarul Islam dari Pancor. Selain TGH. Umar masih terdapat ulama-ulama terkemuka lainnya dan menjadi sahabatnya antara lain: TGH. Sidik dari Karang Kelok, TGH. Ibrahim dari Tanjung Luar dan TGH. Muhammad dari Mertok. TGH. Umar kembali berangkat haji pada tanggal 8 Rabiul Akhir 1349 H. Beliau meninggal dunia di kampung Nispalul dan dimakamkan di Mu’alla Mekkah.
  2. TGH. Muhammad Saleh (Lopan). Awal abad ke XX M dikenal sebagai era kebangkitan Islam. Seorang ulama Islam yang tidak kurang jasanya dalam pembinaan dan pengembangan Islam di Gumi Sasak adalah TG. Muhammad Saleh alias TG. Lopan. Beliau terkenal sangat wara’ dan tak kenal menyerah dalam mengembangkan ajaran ushul fiqh di kalangan umat Islam. Beliau juga mengembangkan ajaran sufi di Padamara, Sakra, Mesanggoh Gerung, Karang Kelok dan lain-lain.
  3. TGH. Ali Batu (Sakra). TGH. Ali Batu berasal dari Sakra. Beliau sangat gigih memberikan pengajian-pengajian dan terkenal sangat alim. Selain beliau aktif dalam memberikan pengajian-pengajian, beliau juga banyak memimpin peperangan-peperangan antara orang-orang Sasak melawan kekuasaan Bali. Beliau meninggal saat peperangan tersebut.
  4. TGH. Mustafa (Kotaraja). TGH. Mustafa adalah seorang tokoh penyebar agama dimasa penjajahan Belanda. Pada saat itu banyak terdapat orang-orang Bali yang berdomisili di Kotaraja, tetapi beliau tanpa takut dan pantang mundur tetap memberikan pengajian-pengajian baik yang bersifat khusus maupun umum.
  5. TGH. Badarul Islam (Pancor). TGH. Badarul Islam adalah salah satu tokoh yang sangat kharismatik. Beliau banyak memberikan pengajian-pengajian dan murid-muridnya pun banyak yang berasal dari berbagai tempat di Gumi Sasak.
  6. TGH. M. Shaleh Hambali (Bengkel). Nama kecil beliau adalah Muhammad Shaleh. Beliau merupakan putra bungsu dari delapan bersaudara pasangan Hambali dan Halimah. Muhammad Shaleh dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 7 Ramadhan bertepatan dengan tahun 1893 Masehi. Kisah hidup beliau hampir mirip dengan kelahiran Rasulullah. Ketika beliau masih dalam kandungan berumur 6 bulan, ayahnya dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa. Ketika beliau berumur 6 bulan, ibundanya tercinta menyusul ayahandanya dan beliaupun menjadi yatim piatu. Tuan Guru Haji Muhammad Shaleh Hambali mulai belajar mengaji pada usia 7 tahun. Beliau mengaji dengan teratur dan tekun pada salah seorang guru al-Qur’an yang ahli tajwid bernama Ramli alias Guru Sumbawa di desa kelahirannya di Bengkel.Setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya ke Mekah al-Mukarromah sejak tahun 1912 M sampai dengan 1921 M. Semasa di Mekah beliau berguru pada ulama fiqh, tafsir, tasawuf dan ilmu-ilmu agama yang lainnya. Adapun guru-guru beliau di Mekah adalah: Syekh Said Al Yamani, Syekh Hasan Bin Syekh Said Al Yamani, Syekh Alawi Maliki Al Makki, Syekh Hamdan Al Maghrabi, Syekh Abdusatar Hindi, Syekh Said Al Hadrawi Makki, Syekh Muhammad Arsyad, Syekh Shaleh Bafadal, dan Syekh Ali Umairah Al Fayumi Al Mishra. Selain belajar pada ulama di Mekah beliau juga belajar pada ulama yang berasal dari Indonesia seperti TGH. Umar dariSumbawa, TGH. Muhammad Irsyad dari Sumbawa, TGH. Utsmandari Serawak, KH Muchtar dari Bogor, KH Misbah dari Banten, TGH. Abdul Ghani dari Bali, TGH. Abdurrahman dari Bali, TGH. Utsman dari Pontianak, TGH. Umar dari Kelayu, TGH. Abdul Hamid dari Pagutan, TGH. Asy’ari dari Sekarbela, dan TGH. Yahya dari Jerowaru. Beberapa karya beliau seperti: Ta’lim Al Shibyan Bi GhayatAl Bayan berisi tentang tauhid, fiqh, tasawuf ditulis tahun 1354 Hijriyah dicetak di Surabaya. Kitab Bintang Perniagaan (fiqh) ditulis tahun 1376 Hijriyah dicetak di Surabaya. Kitab Cempaka Mulia Perhiasan Manusia (tulisan tangan) bersumber dari kitab Bidayat Al Hidayah karya Imam Al Ghazali (Wasiat Al Mustafa, terjemahan 30 wasiat dari Musthafa Rasulullah kepada Sayyidina Ali) berupatulisan tangan. Kemudian Mawa’id AZ Shalihiyah, sebuah kitab hadits ditulis tahun 1364 H dicetak di Surabaya. Kitab Intan Berlian Perhiasan Laki Perempuan berisi tentang fiqh keluarga ditulis tahun 371 Hijriyah diterbitkan di Surabaya. Beberapa lainnya, Manzalul Al Amrad tentang puasa, Hidayat Al Athfal tentang tajwid Al Qur’an atau nasehat kepada anak, dan Al-Lu’lu’ Al-Mantsur tentang hadits. Beberapa kepribadian beliau yang menunjukkan atas kesufiannya dapat dijelaskan sebagaimana penuturan murid beliau (TGH. Ishaq Hafid): “Datok adalah orang yang zuhud pada dunia, kekayaan yang dimiliki tidak membuat beliau lupa daratan, sebagian menjadi tanah wakaf milik pesantren. Beliau suka berbelanja membeli barang-barang kebutuhan bangunan madrasah, pergi ke sawah, semata-mata mengharap ridha Allah. Tidak tertipu oleh harta benda, harta itu dinafkah untuk kepentingan agama, beliau belanjakan untuk fakir miskin, anak yatim piatu, orang tua jompo, santri-santri yang kehabisan bekal, hidup beliau begitu sederhana, qana’ah, bersih, suka memakai minyak wangi dan memakai pakaian putih”. TGH. M. Shaleh Hambali wafat pada hari Sabtu tanggal 15 Jumadhil Akhir bertepatan dengan tanggal 7 September 1968 Masehi pukul 07.00 Wita. Sebelum wafat beliau berwasiat kepada keluarga dan segenap santrinya, yang terurai dalam sebuah lintasan kalimat indah dan bermakna:
    1. Peliharalah persatuan dan kesatuan di antara sesamamu.
    2. Belajarlah pada guru yang beraliran Ahlussunnah wal-Jama’ah.
    3. Peliharalah Yayasan Perguruan Darul Qur’an dan usahakanlah agar berkembang lebih baik. TGH. M. Shaleh Hambali tak pernah pergi karena ilmu dan amalnya terus mengalir dilestarikan oleh generasi berikutnya.
  7. TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi (Jerowaru). Nama kecil Tuan Guru Haji Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi adalah Imran. Dilahirkan pada tahun 1921 M di kampung Direk, Desa Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Ayahnya seorang yang diberikan nama populer Guru Yahya atau Guru Yahye. Julukan 31 guru diberikan kepada ayahandanya karena ia tekun, aktif dan rajin menjadi guru ngaji. Sedangkan ibundanya bernama Inaq Nasar. Pengembaraannya dalam menuntut ilmu berawal dari pendidikan keluarga kemudian disekolahkan di sekolah Belanda Yolk School pada tahun 1927 M sampai dengan 1930 M. Setelah menyelesaikan sekolah rakyat ia melanjutkan studi di Kediri Lombok Barat padasalah seorang Tuan Guru yang terkenal akan kesolehan dan keilmuannya yaitu Tuan Guru Haji Lalu Abdul Hafidz. Imran dikenal sebagai orang yang tekun, saleh dan cerdas. Pada saat belajar di Lombok Barat inilah Imran mulai bersentuhandengan kitab-kitab klasik yang membahas nahwu, sharaf, tauhid, ushul fiqh, dan fiqh. Kemudian sekitar tahun 1945 M, beliau berangkat ke Mekah al-Mukarromah. Setelah beliau pulang dari tanah suci, beliau berkiprah melakukan pembinaan keluarga dalam membangun sumber daya manusia. Beliau juga dianggap mampu mengubah pola pikir masyarakat yang menganut paham animisme, dinamisme dan pengikut ajaran Islam Waktu Telu yang masih berkembang luas di masyarakat. Tuan Guru Haji Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi juga berkiprah dalam berbagai bidang, terutama dalam pengembangan dunia pendidikan, seperti membuka majlis taklim, membuka lembaga pendidikan dasar seperti Lembaga Pendidikan Nahdlatul Awam, Pondok Pesantren Darul Aitam dll. Dalam bidang sosial beliau juga banyak berkiprah. Bersama masyarakat, beliau juga membuat jalan raya, jembatan, serta membangun panti sosial. Dalam bidang ekonomi beliau juga membangun pasar rakyat, membuka lahan pertanian. Sedangkan dalam bidang politik beliau juga mengikuti berbagai organisasi politik seperti Masyumi dan Golkar. Tuan Guru Haji Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi wafat pada tanggal 4 Rajab 1403H (4 April 1984 M) di Jerowaru, dan dimakamkan di dekat kediaman beliau. Lautan manusia berbondong-bondong membanjiri pemakaman beliau, baik dari kalangan pemerintahan maupun para alim ulama serta masyarakat umum..
  8. TGK. H. Muhammad Zaenuddin Abdul Majid (Pancor). Pada tahun 1937 M didirikan sebuah lembaga pendidikan Islam bernama Nahdlatul Wathan (NW) yang dikelola secara modem. Pendirinya adalah TGK. H. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dari Pancor Lombok Timur. Beliau terkenal dengan nama Maulana Syekh atau Tuan Guru Pancor. Dalam usahanya mengembangkan Islam, ternyata beliau juga mendapatkan tantangan dari para ulama Islam lainnya. Para ulama tersebut beranggapan bahwa sistem pendidikan yang beliau kembangkan dianggap bid’ah. Sampai dengan kedatangan tentara Jepang di Gumi Sasak, perkembangan Nahdlatul Wathan sangat lambat karena mendapatkan halangan dan tantangan dari berbagai pihak. Ulama-ulama tua sangat anti terhadap pengaruh kebudayaan Eropa. Mata pelajaran umum seperti membaca dan menulis aksara latin dianggap sebagai sesuatu yang asing. TGK. H.  Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di kampung Bermi Pancor, Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1316 H (1898 M). Nama kecil beliau adalah Muhammad Saggaf. Nama tersebut diberikan oleh ayahandanya yang bernama TGH. Abdul Madjid dan dikenal dengan sebutan “Guru Mu’minah” yang kesohor sebagai orang terpandang, saudagar besar dan kaya, serta pemurah. Guru Mu’minah termasuk seorang pejuang yang sangat pemberani, beliau pemah memimpin pasukan dari pihak Raden Rarang menyerang bala kerajaan Karangasem Bali yang saat itu menguasai pulau Lombok. Situasi perjuangan dan semangat jihad TGH. Abdul Madjid pada masa itu mendorong putera “Saggaf’ kelak menjadi ulama mujahid yang menegakkan panji-panji Islam di negeri ini. Sejak umur 5 tahun, beliau banyak belajar al-Qur’an dan dasar-dasar agama pada ayahnya. Pada usia 8 tahun beliau masuk Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong dan 4 tahun kemudian berhasil menamatkan sekolahnya dengan prestasi yang sangat gemilang. Sebagai santri beliau juga belajar nahwu, sharaf dan ilmu-ilmu keislaman lainnya pada TGH. Syarafuddin Pancor dan TGH. Abdullah bin Amaq Dulaji. Untuk mewujudkan cita-cita sang ayah agar putera kesayangannya kelak menjadi ulama besar, maka ayahanda Saggaf membawanya ke tanah suci Mekah untuk melanjutkan pelajaran dan mendalami ilmu-ilmu keislaman. Begitu mendalam kasih sayang orang tuanya kepada pendidikan beliau, sampai-sampai ayahandanya pun ikut bermukim di tanah suci Mekah. Selain belajar di Mekah, beliau juga banyak berguru pada ulama-ulama besar yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia seperti Jawa, Sumatera dan lain-lain. Setelah tumbuh dewasa TGK. H. Muhammad Zainuddin Abdul Majid banyak memberikan pengajian-pengajian di seluruh pulau Lombok, bahkan sampai keluar daerah.
  9. TGH. Mahsun (Masbagik). TGH. Mahsun dilahirkan di desa Danger, kecamatan Masbagik, kabupaten Lombok Timur pada tahun 1907 M. Nama kecil beliau adalah Ahmad. Nama tersebut diberikan oleh orang tuanya, H. Mukhtar dan Hj. Raodah. Kelahiran putera yang satu ini sangat menggembirakan hati kedua orang tuanya, mereka berharap kelak anaknya akan sangat berguna dalam membina dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sejak masih kecil beliau banyak belajar membaca al-Qur’an dan mempelajari dasar-dasar agama dari orang tuanya. Pada usia 8 tahun beliau masuk Sekolah Rakyat dan melanjutkan pendidikannya ke Ibtidaiyah. Kerasnya didikan orang tua berdampak positif terhadap Ahmad sehingga pada masa kanak-kanak Ahmad telah memperlihatkan keberanian, kejujuran, dan bakat kepemimpinan. Setelah cukup dewasa ia banyak belajar tauhid, fiqh, dan lain-lain, pada ulama-ulama ternama seperti TGH. Saleh Hambali (Bengkel) dan TGH. Badarul Islam (Pancor). Untuk lebih meningkatkan pemahamannya terhadap ilmu-ilmu agama beliau pun kemudian belajar ke Mekah dan menempuh pendidikan selama 4 tahun terhitung sejak tahun 1936 M sampai dengan 1940 M. Setelah pulang dari Mekah beliau banyak memberikan pembinaan dan pengembangan agama Islam kepada masyarakat hampir di berbagai tempat di seluruh Lombok Timur. Lembaga pendidikan yang berdiri berkat jasa-jasa beliau adalah Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ummah (Yadinu) dan Al Ijtihad di Danger. Kedua lembaga pendidikan tersebut sampai sekarang masih eksis. TGH. Mahsun termasuk salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam pasukan Banteng Hitam. Beliau memimpin Masbagik saat penyerangan Belanda di kota Selong, bergabung dengan pasukan dari Lendang Nangka (H. Jumhur Hakim) dan pasukan dari Pringgasela (TGH. Muhammad). Pada saat penyerangan tersebut, gugurlah pahlawan-pahlawan yang sangat kita banggakan antara lain: TGH. Muhammad, Sayid Saleh (Pringgasela), TGH. Faesal saudara dari TGH. Zaenuddin Abdul Majid (Pancor).

Sumber: http://www.sasak.org/arsip-sasak/sejarah/tokoh-islam-sasak-pada-masa-penjajahan/09-05-2013