Kabupaten Lombok Barat

Trend Peningkatan HIV-AIDS Dipengaruhi Gaya Hidup

Gerung, Kominfotik-Bupati Lombok Barat (Lobar) H Fauzan Khalid, M.Si menceritakan kisah Freddie Mercury, Vokalis Band Queen yang mengidap penyakit Aids. Freddie kemudian meninggal dalam usia yang masih produktif yaitu 45 tahun. Berdasarkan peristiwa tersebut, ia Fauzan menyebutkan, HIV atau Aids merupakan fenomena gunung es yang sulit untuk dimusnahkan.

Saat menjadi pembicara saat Rakor Pencegahan dan penangguilangan HIV/AIDS Kabupaten Lombok Barat, Rabu (16/10) di Aula Exasavator Dinas PUPR Lombok Barat Giri Menang, Gerung, ia mengatakan, risiko HIV sebenarnya bisa dikurangi meski sampai saat ini obatnya belum ditemukan. Menurutnya, salah satu upaya pencegahan dengan menahan perkembangan virus, sehingga penderita dapat bertahan hidup. 

“Sekarang di Indonesia luar biasa dan ini butuh perhatian. Jika melihat gaya hidup anak muda saat ini, sekarang ada lagi fenomena baru Cross Hijaber laki-laki berhijab. Di Jakarta sudah muncul fenomena seperti itu. Di Lombok belum kita dengar seperti itu. Mudah-mudahan tidak ada. Ini tugas kita semua, laki-laki berhijab bahkan laki-laki bercadar,” ujarnya memberikan informasi terbaru.

Ia mengatakan, gaya hidup seperti itu jelas akan memancing perhatian. Sedangkan benteng atas perilaku negatif itu adalah keluarga. Ia menekankan, seluruhnya berbasis pada kedekatan keluarga.

“Kalau kita lihat fenomena sosial rata-rata anak-anak nakal yang terjangkit akan gaya hidup bebas, sebenarnya kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga. Fenomena sekarang ini semakin banyak. Coba hampir tidak ada tempat angkringan atau taman yang tak dijadikan sebagai tempat yang tidak baik oleh anak kita. Lucunya, taman yang disalahkan,” ungkapnya.

Menurut Bupati Lobar, berdasarkan basis keluarga, masyarakat memiliki kesadaran penuh untuk saling memperhatikan dan mengontrol. Ia mengamati, hal ini bermula dari pergaulan bebas dan gaya hidup yang tidak benar, sehingga mereka terjangkit HIV. 

Bupati juga membandingkannya dengan narkoba. Mengganti jarum suntik dan sebagainya juga bisa menularkan penyakit HIV/Aids. “Dan ini butuh perhatian kita semua. Rakor seperti ini tidak cukup, ini butuh kerja bersama. Misalnya kita minta Puskesmas, bila perlu di masing-masing Puskesmas sesuai desa binaan dan ada sekolah di sana bisa giliran jadi Inspektur upacara untuk menyampaikan bahaya HIV/AIDS, narkoba dan bahkan hal-hal lain yang bisa mengakibatkan masyarakat kita terjangkit akan virus HIV/Aids,” ujarnya.

Ia melanjutkan, beberapa hal yang kerap tidak disadari ketika keluarga baru sadar ketika salah satu anggotanya sudah terkena penyakit itu. Apabila tidak ada yang terkena, mereka tidak terlalu memperhatikan persoalan itu.

“Kita tidak anggap sebagai ancaman. Namun, kalau keluarga kita sudah terkena baru rebut-ribut. Semua hal yang negatif harus kita anggap sebagai bagian dari ancaman kita. Walaupun keluarga kita belum kena, sehingga bisa dilakukan tindakan preventif untuk melindungi keluarga kita,” ucapnya.

Fauzan berharap, rakor ini bisa menemukan solusi untuk mengatasi persoalan ini, terutama menekankan ketegasan dari pemangku kepentingan.

Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Lombok Barat. H Djunaidi, SH melaporkan, di Lombok Barat sampai dengan tahun 2018 lalu tercatat sebanyak 174 orang warga di Lombok Barat terkena HIV, dimana 121 lainnya dipastikan sebagai penderita AIDS. Angka tersebut mengalami tren kenaikan dari beberapa tahun sebelumnya.

“Diketahui kawasan Lombok Barat yang terbanyak memiiki suspect HIV-AIDS yakni Kecamatan Batulayar yang sampai tahun 2018, lalu berjumlah 35 orang, dibandingkan kecamatan lainnya. Artinya pertumbuhan pariwisata di Senggigi dan kawasan lainnya juga berkontribusi dan potensial terhadap penyebaran HIV-AIDS yang harus disikapi secara baik,” kata Djunaidi. (her)