Hasil Efisiensi Kemenag, Pemerintah Turunkan Biaya Ibadah Haji 8,2 Persen

Sebagai hasil dari langkah-langkah efisiensi yang dilakukan di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah memutuskan tahun ini menurunkan biaya ibadah haji atau yang sering disebut dengan Ongkos Naik Haji (ONH) sebesar 8,2 persen dari total biaya haji sebelumnya. (lebih…)

Bupati Minta PGRI Wujudkan Wawasan Keunggulan

GIRI MENANG – Bupati Lombok Barat (Lobar) H Zaini Arony meminta pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mampu mewujudkan wawasan keunggulan. Pasalnya, suka tidak suka, saat ini manusia berada pada era kompetisi, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kapasitas diri agar tidak mengalami kesulitan karena kemajuan teknologi informasi, guru harus mampu kreatif dan inovatif. “Jadilah guru yang kereatif dan inovatif. Jangan jadi guru yang konservatif,” katanya ketika menerima kunjungan para pengurus PGRI Lobar, di pendopo bupati, Sabtu, (31/5).
Kenapa guru jangan konservatif, sambung bupati, karena kadang-kandang guru tidak berani membuat terobosan. Ia akan memberikan penghargaan kepada guru yang berani melakukan reformasi di bidang pen¬didikan sehingga daerah kita menjadi contoh nasional.
Menurut Ketua DPD Golkar NTB ini PGRI harus me¬miliki tujuan yang jelas. Sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), serta program organisasi harus in line dengan program pemerintah pusat maupun daerah.
‘’Masyarakat yang unggul saja yang mampu bersaing. Tidak ada masyarakat yang maju tanpa pendidikan,” ujarnya.
Dikatakan, sektor pendidikan memegang peranan strategis dalam membangun watak bangsa dan daerah. Sebagai masyarakat harus memi¬liki jati diri. Dalam jati diri itu lah kemandiriannya. Hanya masyarakat yang memiliki jati diri yang menjadi masyarakat bermartabat.
Untuk meraih kemajuan tersebut, sektor pendi¬dikan yang paling utama. Tidak ada masyarakat yang beradab tanpa pendidikan. “Itu sebabnya saya membangun perpustakaan dengan sistem digital. PGRI harus mampu mendorong itu. Jan¬gan PGRI terlena dengan urusan organisasi tetapi harus memikirkan hal yang subtantif,” katanya.
Masyarakat yang ingin dibangun Pemkab Lobar, kata Zaini, adalah masyarkat yang ungul, mandiri, sejahtera dan bermartabat. Tidak ada masyarakat yang unggul itu bodoh. Artinya unggul dalam prestasi di seluruh bidang.
Untuk mencapai prestasi itu, sambungnya, PGRI harus menyentuh subtansi pendidikan, yakni mendidik, mengajar dan bagaimana guru berprestasi di bidang pendidikan. PGRI juga harus mampu mendorong pembangunan sekolah secara menyeluruh. Baik itu aspek penguasaan guru terhadap kurikulum, metodologi, sistem evaluasi dan penguasaan guru terhadap pengembangan manajemen sekolah.
” Saya minta agar kegiatan KKG, MGMP, MKKS dimanfaatkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan karena kegiatan itu sistemik, sistimatik dan terstruktur pintanya.
Bupati juga minta PGRI melakukari revitalisasi di bidang pendidikan terutama sistem SKS. Organisasi ini juga harus memiliki data base guru sehingga mampu memetakan tingkat kemampuan guru. “PGRI harus berpikir maju ke depan,”tandasnya.
Sementara itu, Ketua PGRI Lobar Saleh Sayuti,mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada bupati yang telah meluangkan waktu.Sejak dilantik beberapa bulan yang lalu rencana silaturahim dengan bupati selalu tertunda. “Pada Juni mendatang kami akan menggelar konferensi cabang dan melakukan konsolidasi tingkat cabang sampai ranting,” pungkasnya.

Sumber: Lombok Post, Senin 2 Juni 2014

DWP Lobar Sosialisasi AD/ART Organisasi

GIRI MENANG-Dharma Wanita Persatuan (DWP) Lombok Barat (Lobar) rutin melaksanakan kegiatan silaturahmi antar anggota, baik di tingkat kabupaten sampai tingkat kecamatan. Tujuannya selain meningkatkan silaturahmi juga dapat mendukung semua program pemerintah daerah. Termasuk mensosialisasikan Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART) organisasi.
Penjelasan mengenai isi dari AD/ART DWP disampaikan langsung Ketua DWP Lobar Hj Baiq. Ini disampaikan pada acara silaturrahmi DWP SKPD lingkup Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik yang di selenggarakan di gedung Perpustakaan dan Arsip Daerah, Jumat (30/5) lalu.
Hadir di acara ini Penasehat DWP Lobar Hj Khaeratun Fauzan Khalid, kepala SKPD terkait serta para anggota DWP.
“AD/ART ini tidak mungkin dibaca oleh semua anggota jadi kita ambilkan yang poinnya saja,” kata Alwani.
Terkait dengan hal itu, apa yang dilaksanakan oleh DWP ini adalah dalam rangka membantu program Pemerinah Kabupaten Lobar. Karena DWP dan semua SKPD bisa bersinergi untuk kemajuan Lobar kedepannya.
Selain itu, istri sekda ini juga mengapresiasi hasil kerajinan olahan dari para anggota DWP Lobar. “Dari sampah yang tadinya tidak memiliki nilai disulap menjadi satu kreasi yang indah seperti hiasan bunga yang memiliki nilai ekonomis karena ini merupakan tujuan dari DWP sesuai dengan visi misi yaitu untuk memajukan anggotanya supaya menjadi lebih sejahtera,” tandasnya.
Diharapkan kegiatan ini bisa terus berjalan supaya tidak berhenti sampai disini. Silaturahmi ke para anggota juga akan dievaluasi pada saat Hari Ulang Tahun (HUT) DWP. Bentuk evaluasinya khusus untuk anggota DWP yang notabene istri PNS yakni harus tahu apa tujuan dari DWP, hak mereka sebagai anggota dan apakah mereka harus loyal pada organisasi. Tujuan dilakukan ini adalah untuk membangun wanita-wanita Lobar agar bisa bersaing dengan masyarakat di luar.

Sumber: Lombok Post, Senin 2 Juni 2014

Bersyukur Tanpa Syarat

Cinta tanpa syarat. Begitulah harapan para pecinta untuk dapat mencintai sosok yang ia. Harapan itu sebagai bukti bahwa dia benar-benar mencintai sepenuh hati, apa adanya, tanpa syarat barang satu pun.
Jika cinta saja bisa tanpa syarat, sepatutnya, sebagai Muslim kita juga patut menjaga syukur tanpa syarat kepada Sang Pemberi Nikmat.
Allah SWT dalam beberapa ayat Alquran banyak mengajak para hamba-Nya untuk mudah bersyukur. Bukan karena Dia membutuhkan rasa terimakasih dari manusia.
Bersyukur ialah sebuah kebutuhan ruhani, baik diucapkan melalui lisan dengan ‘Alhamdulillah’, juga berupa perbuatan dengan memberdayakan apa yang kita dapatkan untuk kemaslahatan manusia.

Bersyukur juga sebagai bukti kelemahan bahwa kita sama sekali tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat bagi diri sendiri, terlebih kepada orang lain.
Karena ketidakmampuan itulah, manusia dianjurkan untuk mensyukuri apa yang ia peroleh, baik itu rezeki, kesehatan, ketentraman hidup, kebersamaan bersama orang-orang terkasih, dan masih banyak lagi nikmat-nikmat nan terhingga yang tak kuasa menyebutkannya.
Itu semua Allah limpahkan kepada manusia karena Allah bersifat Wahhab. Wahhab berarti Maha Memberi segala sesuatu baik yang dipinta ataupun tidak dipinta hamba-Nya.
Imam Ghazali menyebutkan bahwa pemberian Allah bersifat terus-menerus, tiada henti, berkesinambungan, dunia maupun akhirat, kepada siapa pun. Terlepas si hamba mensyukurinya atau tidak, karena memang pada hakikatnya Allah tidak membutuhkan apa pun dari hamba-Nya. Pemberi tanpa pamrih.
“… jika engkau bersyukur, maka akan Kutambah nikmat-Ku untukmu. Namun, jika kamu kufur (enggan bersyukur), sungguh adzab-Ku amat pedih.” (QS Ibrahim: 7)
Dalam perjalanan hidup, manusia tergolong menjadi dua: golongan syukur dan golongan kufur. Oleh karenanya, tercermin dari surah di atas bahwa janji Allah terlimpah untuk dua golongan manusia, baik yang syukur maupun yang kufur. Jika kita mensyukuri nikmat Allah apa pun bentuknya, seberapa pun banyaknya, maka nikmat itu akan bertambah.
Sebagai manusia biasa, terkadang kita alpa. Kita hanya sibuk mensyukuri pemberian-Nya yang enak dan tampak. Namun, lupa untuk bersyukur saat memeroleh musibah. Saat musibah datang, yang meluncur dalam doa-doa ialah keluhan dan kesedihan hingga penantian kapan musibah itu hilang.

Padahal, dalam terhimpit musibah sekalipun kita dianjurkan untuk tetap bersyukur, sebagai bukti bahwa itu adalah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah.
Dalam sebuah Hadis Qudsi disebutkan, “Wahai malaikat Jibril, datanglah kepada hamba-Ku dan kirimkanlah ia sebuah musibah, karena Aku rindu akan rintihannya.” (HR Muslim).
Hadis ini mengisyaratkan bahwa diuji dengan masalah ialah bukti bahwa Allah merindu rintihan dari para hamba-Nya. Tak inginkah kita dirindu?
Akhirnya, hakikat bersyukur tanpa syarat ialah kita tidak perlu menunggu datangnya nikmat lantas bersyukur. Tapi, bersyukur sebenarnya ialah senantiasa menjaga ungkapan terima kasih pada Sang Maha Kasih atas segala nikmat yang telah, sedang dan akan kita dapatkan. Wallahu a’lam.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/05/27/n68fkp-bersyukur-tanpa-syarat

1 5 6 7