Giri Menang, Kamis 12 Oktober 2017 – Dalam rangka penguatan sinergi dan integritas program penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Pemkab Lobar), telah menetapkan penyelerasan prioritas pembangunan tahun anggaran 2018. Ada lima sasaran prioritas yang dipaparkan melalui pertemuan yang berlangsung di Aula Utama Kantor Bupati Lobar di Giri Menang-Gerung, Kamis (12/10).

Kepala Bappeda Lobar, H. Baihaqi saat memimpin rapat memaparkan, kelima sasaran prioritas tersebut antara lain, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,90%, angka kemiskinan turun menjadi 16,25%, tingkat pengangguran terbuka 3,5%, inflansi 2,77% dan indeks gini rasio 0,273%.

Baihaqi memaparkan, sinkronisasi dan sinergi prioritas pembangunan tahun 2018, terdiri dari bidang pendidikan dan kesehatan. Bidang ini lebih kepada penekanan kualitas dan aktualisasi budaya. Pagu anggaran bidang ini, telah disiapkan sebesar Rp.189,9 milyar. Bidang lain meliputi perumahan dan permukiman, infrastruktur, konektivitas dan kemaritiman, disiapkan dana Rp.126,1 Milyar. Untuk bidang pengembangan dunia usaha, pariwisata, ketahanan pangan dan ekonomi kreatif, ditekankan pada peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan daerah. Disiapkan pagu anggaran sebesar Rp. 42,1 Milyar. Demikian pula bidang penanggulangan kemiskinan dan polkumham masing-masing disipkan pagu anggaran Rp.67,4 milyar dan Rp.5,8 milyar.

Di tempat yang sama, Bupati Lobar, H. Fauzan Khalid pun memberikan kebijakan positif. APBD 2018, kata dia terfokus pada infrastruktur. Sasarannya meliputi jalan, pendidikan, kesehatan, pertanian dan industri kecil/usaha kecil.

Khusus untuk industri dan usaha kecil, bupati lebih bijaksana melirik produksi gula aren atau gula semut. Alasannya, karena air nira sebagai bahan baku pembuatan gula aren, hampir 10 ribu liter per hari disulap menjadi minuman tuak. “Jumlah ini kita ambil rata-rata per kecamatan,” papar Fauzan di hadapan sejumlah pimpinan pondok pesantren, tokoh agama, tokoh masyarakat serta perwakilan SKPD.

Produksi tuak yang paling santer, didominasi oleh empat kecamatan yakni, Narmada, Lingsar, Gunungsari dan Batulayar. Pada kecamatan ini sudah dibentuk dua UPT untuk menampung stok air nira untuk dijadikan gula aren. UPT tersebut masing-masing di Lingsar untuk menampung air nira dari Batulayar, Wadon, Kekait dan sekitarnya. Sedangkan UPT Gunungsari untuk menampung air nira dari wilayah Gunungsari, Narmada dan tempat-tempat lain yang berpotensi.

“Pertemuan penyelerasan ini baru pertama kali kita laksanakan, tujuannya sekaligus meminta masukan kepada para tuan guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan LSM,” harap bupati seraya menambahkan, masukan-masukan ini kemudian dicatat oleh masing-masing OPD untuk dikompilasi bersama Bappeda, selanjutnya diajukan ke DPRD Lobar. (L. Pangkat Ali/humas)