Giri Menang, Kamis 26 April 2018 – Perpustakaan harus mendapatkan perhatian lebih. Bila perlu harus ditempatkan di tempat yang strategis di sekolah maupun di desa agar mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Begitu pula koleksi bukunya harus selalu up to date.Hal itu dikatakan Pejabat Sementara Bupati Lombok Barat (Lobar) Drs. H.L. Saswadi saat membuka kegiatan safari budaya gemar membaca di Aula Kantor Bupati Lobar, Kamis (26/4/2018).
Dikatakan, perpustakaan merupakan sarana belajar sepanjang hayat (long life education). Selain itu ia merupakan sumber informasi (resource centre), pusat belajar (learning centre) dan pusat belajar mandiri untuk mewujudkan masyarakat cerdas dan berkualitas.
“Apabila masyarakat cerdas berkualitas, mereka akan dapat meningkatkan taraf hidup, menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran,” jelasnya.
Lebih lanjut Saswadi mengatakan, keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimilikinya. Kondisi yang dimaksud tidak hanya kemegahan gedungnya, melainkan bila pemustaka datang tumpah ruah ke perpustakaan dan membawa berkah.
“Kita bangga kalau mereka berubah menjadi mandiri, aktif, kreatif, terampil, agamais, berbudaya dan berhijrah. Berhijrah dari masyarakat tutur menjadi masyarakat literatur,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Saswadi menyampaikan sebuah kritikan dari sastrawan Taufik Ismail kepada masyarakat kita. Taufik Ismail memberi judul kritiknya dengan istilah “Tragedi Nol Buku.” Kritik ini tentang minat baca rakyat Indonesia yang sangat rendah yaitu hanya 0,001 persen. Terlebih lagi bila ditelusuri jumlah buku yang dibaca berkisar hanya 0-1 buku pertahun. Sangat kontras dibandingkan Malasia, Singapusa dan Brunei yang membaca minimal 5 buku pertahun.
“Ini tentunya membuat kita mengelus dada,” ujar Saswadi.
Oleh karena itu ia berharap agar pengelola perpustakaan berani berkreasi, berinovasi dan melakukan promosi untuk menginspirasi budaya gemar membaca bagi masyarakat.
Di akhir sambutannya Saswadi mengingatkan, bahwa ilmu Tuhan sangat luas. Ilmu Tuhan tiada terhingga dan tak akan habis ditulis dengan lautan tinta. Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk terus membaca dan menulis.
“Agar apa yang telah kita baca tidak sirna, maka abadikanlah ia dengan tinta (menulis),” pungkasnya.
Kegiatan safari budaya membaca ini dilanjutkan dengan Talkshow dengan salah satu narasumbernya Pakar Legislatif Komisi X DPR RI yakni Dr. Helmy Faishal Zaini, Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal RI.
Dalam pemaparannya Helmy menyampaikan, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang punya minat baca. Itu sebabnya angka minat baca orang Indonesia hanya 0,001 persen. “Dari segi minat baca, Indonesia berada pada nomor 3 dari belakang se-dunia,” jelasnya.
Dikatakan, dulu sebelum Belanda membangun sekolah-sekolah, rakyat Indonesia telah terlebih dahulu belajar di pesantren-pesantren. Jadi seharusnya gerakan membaca ini harus dilakukan dengan berbasis komunitas, berbasis masyarakat dan berbasis pesantren. “Ini yang ditinggalkan oleh pemerintah kita,” kata Helmy Faishal Zaini.
Helmy juga menyebutkan sejumlah potensi yang ada di Lombok yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat membaca. Misalnya berugak, balai-balai desa, hingga masjid-masjid. Jadi, menurutnya tidak perlu harus membangun gedung megah dengan pendekatan proyek. Cukup dengan memanfaatkan potensi yang ada di tengah masyarakat.
“Tidak mesti bangun gedung. Manfaatkan saja potensi yang ada. Seribu masjid seharusnya seribu perpustakaan. Ini harus jadi terobosan,” pesannya.
Usai memberikan pemaparan, Helmy menunjukkan video dirinya yang meresmikan sebuah rumah baca di salah satu pesantren di Pulau Lombok. Rumah baca tersebut berupa berugak-berugak yang diisi berbagai buku yang ditata dengan baik dan halamannya yang asri. Helmy ingin menyampaikan bahwa inilah salah satu potensi tempat membaca yang harusnya dimanfaatkan tanpa harus bangun gedung mahal.
Usai menyaksikan video itu, moderator talkshow, Saepul Akhkam, M.Hum dengan setengah berkelakar menyampaikan “rasa kecewanya” melihat tayangan video tersebut. Kekecewaan tersebut karena peresmian itu dilakukan di tempat lain, bukannya di Lombok Barat.
“Kami berharap nantinya ada peresmian rumah baca seperti itu di Lombok Barat,” ujar Pria yang menjabat Kabag Humas dan Protokol Setda Lobar ini dengan nada guyonan serius. (Humas)