Giri Menang, 20 Agustus 2018 – Pasca gempa 6,9 Skala Richter yang kembali mengguncang Pulau Lombok dengan epicentrum sekitar Kabupaten Lombok Timur, Ahad Malam (19/08) lalu, Bupati Lombok Barat (Lobar) H. Fauzan Khalid segera melakukan pengecekan ke beberapa tempat.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lobar, H. M. Nadjib, Pos Komando Utama Tanggap Darurat Kab. Lobar di Aula Kantor Camat Lingsar, Senin (20/08), belum memperoleh data riil terhadap efek yang ditimbulkan gempa tersebut.
“Ada kecenderungan berubah. Rumah yang rusak sedang bisa jadi rusak berat karena gempa semalam,” tutur Nadjib sambil menyebutkan adanya satu orang meninggal di Kecamatan Kuripan yang belum diverifikasi pihaknya.
Sampai dengan hari ini, Posko mencatat 45 orang dinyatakan meninggal dunia sejak posko itu dioperasikan.
Dengan adanya gempa semalam, warga terdampak semakin membesar menjadi 267.566 orang. Sebanyak 220.747 orang mengungsi di ribuan titik pengungsian di Lobar.
Kerusakan rumahpun semakin besar menjadi 56.828 rumah yang terklasifikasikan menjadi rusak berat menjadi 22.506, rusak sedang 14.854 rumah, dan rusak ringan sebanyak 19.468.
“Jumlah itu mungkin bertambah karena gempa semalam,” ujar Nadjib.
Bupati Lobar seusai mengunjungi Posko langsung meluncur ke 4 titik pengungsian di Kecamatan Batulayar.
Di Posko 2 Dusun Orong-Orong Desa Batulayar, Fauzan melakukan pengawasan langsung terhadap pembangunan WC Komunal.
WC tersebut bisa dimanfaatkan oleh 272 Kepala Keluarga yang mendiami puluhan tenda yang dibangun secara swadaya. Saat Fauzan, di Pos tersebut sedang dilakukan pembagian bantuan logistik.
“Kami membagi secara merata untuk menghindari saling cenburu,” tutur Ahmad Thahir, Ketua Remaja dusun yang dipercaya menjadi ketua pos oleh masyarakat setempat.
Kepala Desa Batulayar, H. M. Taufik mengaku di desanya terdapat 17 titik pengungsian. Seluruh bantuan yang ada dibagikan secara merata ke seluruh titik sesuai dengan besar kecilnya jumlah pengungsi.
Mengakhiri kunjungannya, Fauzan menyambangi pos pengungsian di Dusun Teloke Lauq. Rata-rata rumah di dusun ini mengalami kerusakan sehingga pemiliknya lebih memilih tinggal di pengungsian.
Di pos pengungsian itu, Fauzan sempat menemui seorang warga yang mengalami patah kaki tertimpa reruntuhan.
Warga tersebut bernama Sajirin (38) yang tinggal di pengungsian bersama anak istrinya. Kakinya mengalami patah, namun ia menolak untuk dioperasi ortopedis.
Kepada Fauzan, Sajirin hanya meminta dibantu tongkat atau alat bantu untuk ia bisa berjalan lagi.
Usai menemui Sajirin, Fauzan pun menemui Asrun (70). Kakek ini pun mengalami sakit parah namun harus tinggal di pengungsian. Ia menderita kanker yang cukup akut.