Akulturasi Tradisi Religi Dan Budaya
Puncak perayaan Lebaran Topat kabupaten Lombok Barat dipusatkan di kawasan obyek wisata Senggigi, kecamatan Batulayar sebagaimana pusat penyelenggaraan kegiatan serupa tahun-tahun sebelumnya. Tepat pukul 9.30 wita, Minggu (26/8) kemarin masyarakat Lombok membanjiri lokasi kegiatan yang dihadiri Bupati Lombok Barat, Wabup Lobar beserta ibu, Ketua DPRD provinsi NTB, HL. Sujirman, Ketua DPRD Lobar, anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Sekda NTB HM. Nur, SH, MH, mantan Bupati Lobar HL. Mujtahid, mantan Ketua DPRD Lobar yang juga tokoh masyarakat Kecamatan Gunungsari dan Batulayar HM. Kasim para Tuan Guru se-Kecamatan Gunungsari dan Batulayar tak lupa pula tokoh masyarakat setempat.
Bupati Lobar, Dr. H. Zaini Arony, M.Pd saat memberikan sambutannya mengatakan, lebaran Ketupat atau biasa disebut Lebaran Topat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya di Lombok Barat dan telah dijadikan sebagai kalender of event seperti halnya Festival Senggigi dan Perang Ketupat di Pura kemaliq Lingsar yang dinilai paling unik penyelenggaraannya karena mencerminkan simbul kerukunan antar umat beragama Islam dan Hindu di Lombok. Event budaya yang khas dan unik dan terjadi penyelenggaraannya secara terus-menerus di Lombok Barat harus terus dilestarikan. “Atas nama pribadi, Pemkab. Lobar dengan segenap karyawan/karyawatinya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H mohon maaf lahir dan bathin,” ucap Bupati dihadapan ribuan masyarakat yang hadir pada perayaan Lebaran Topat tersebut.
Menurut Bupati, penyelenggaraan Lebaran Topat di Lombok sepanjang pengetahuannya dilaksanakan secara reguler setiap tahunnya, tanpa diketahui sejarah penyelenggaraannya hingga saat ini. Bahkan pemerintahan sebelumnya dari awal berdirinya Lobar ini penyelenggaraan Lebaran Topat tetap dilaksanakan. Bupati menyitir lebaran topat tidak disebut lebaran lontong atau istilah lainnya Filosopinya ketupat dengan empat sisi yang dimilikinya menunjukkan bahwa dalam menjalani kehidupan ini terdapat empat mata empat unsur kehidupan manusia.
Namun begitu, terlepas dari pilosofi serta pemaknaan sama atau bahkan cara pandang berbeda tentang Lebaran Topat ini, yang penting bagaimana penyelenggaraannya tetap dilaksanakan setiap tahun sebagai sebuah tradisi masyarakat Sasak yang menjunjung tingggi nilai-nilai kearifan lokal. Lebaran Topat dalam perspektif Bupati merupakan lebaran nina (perempuan, red) lebaran yang mengikuti lebaran mame (laki, red) yakni lebaran Idul Fitri yang penyelenggaraannya tepat seminggu atau enam hari lamanya kaum muslimin usai melaksanakan puasa Syawal. Pada Lebaran Topat ini, tandas Bupati terdapat mengandung dimensi spiritual, Kultural dan dimensi tradisional. Ini artinya betapa agama Islam mampu melakukan sinergitas dengan budaya lokal (local wisdom).
Dari perspektif pembangunan Kultural memiliki makna strategis bagaimana budaya ini mampu memberikan spirit dalam upaya pelestarian budaya di Lombok khususnya. Bagaimana kita kembangkan prosesi keagamaan yang disinergikan degan even budaya lokal. Adanya ziarah kubur, rekreasi massal warga yang menyerbu kawasan pantai pada perayaan Lebaran Topat ini merupakan wujud kesyukuran masyarakat Lobar khususnya dan masyarakat Lombok pada umumnya setelah seminggu penuh melaksanakan puasa Syawal,” tegas bupati.
Eventt Lebaran Topat ini oleh Pemkab. Lobar dijadikan sebagai kalender of event yang dilaksanakan setiap tahun merupakan upaya membangun dimensi horizontal dan tak terlepas dari dimensi vertikal. “Dan saya ajak segenap masyarakat untuk bisa mengambil hikmah atau pelajaran serta tuntunan dari perayaan Lebaran Topat ini agar dapat dimaknai sebagai jalan untuk semakin meningkatkan solidaritas dan makin memperkuat soliditas masyarakt. Semua itu dilakukan dalam upaya membangun Lombok Barat menuju kabupaten yang maju, mandiri dan bermartabat,” kata Bupati.
Pada kesempatan tersebut Bupati, Wabup dan anggota Muspida lainnya bersama tokoh masyarakat Lobar berkenan membelah Inan Topat (ibu, red) sebagai pertanda dimulainya perayaan Lebaran Topat di Lombok Barat. Selanjutnya ketupat yang sudah dibelah tersebut langsung dibagikan kepada para undangan sambil menyantapnya lengkap dengan lauk-pauk khas taradisional Sasak dan sajian buah-buahan lainnya. Bupati, Wabup dan anggota Muspida juga berkesempatan menerima bingkisan dari ibu Rahmi Sofiarini selaku Direktur IMACS Regional Mataram. IMACS (Indonesia Marine and Climate Support Project) merupakan bantuan tekhnis pemerintah Amerika Serikat (USAID) dengan pemerintah Indonesia. IMACS bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Lobar melaksanakan kegiatan promosi dan kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perikanan berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Bentuk kegiatan mengajak masyarakat luas yang datang saat lebaran topat untuk bersih-bersih pantai yaitu mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan disekitar pantai. Pada kesempatan itu juga warga dihibur penampilan berbagai kesenian religi diantaranya kasidah Sinar Lima Bagik Polak, Labuapi, atraksi massal Zikir Saman oleh pelajar SD-SLTP se kecamatan Batulayar dan lirik-lirik lagu religi oleh nominasi tiga tingkat nasional Zul KDI Sandik, Kecamatan Batulayar. (her/Tim Humas)
Galery Foto Lebaran Topat
[nggallery id=15]