Giri Menang, Selasa 9 Agustus 2022 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lombok Barat (Disarpus Lobar) akan menyelenggarakan kegiatan refleksi.
“Refleksi itu kita isi dengan acara diskusi dan sebisa mungkin bedah film. Kita ambil tema “Kontribusi Lombok terhadap Pegerakan Kemerdekaan RI” dan filmnya kita akan nonton bareng film “Tjokroaminoto Sang Guru Bangsa” karya Garin Nugroho”, tutur Kepala Disarpus Lobar, H. Saepul Akhkam di ruang kerjanya, Selasa, (9/8/2022).
Akhkam mengatakan, diskusi ini akan diisi oleh dua pemantik diskusi, yaitu Gegen dan Zulhakim yang kedua-duanya adalah aktivis pada Perkumpulan Lombok Heritage and Science Society (LHSS) yang merupakan lembaga yang banyak berkiprah terhadap pembelajaran sejarah di Pulau Lombok.
“Harapan kita, kegiatan ini akan menarik minat masyarakat untuk mempelajari kebali kekayaan sejarah di Pulau Lombok yang saya yakini ikut berkontribusi terhadap kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah Al-magfurlah Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid ditetapkan sebagai pahlawan nasional, ada kebanggaan yang besar bagi kita generasi saat ini bahwa tokoh pergerakan kemerdekaan di Pulau Lombok juga diakui secara nasional. Saya berkeyakinan ini akan membuka ruang yang sangat luas kepada seluruh masyarakat akademis, cendekiawan dan pemerhati untuk bisa menghadirkan lagi hasil-hasil penelitian sejarah lainnya agar dapat diketahui oleh para pelajar dan masyarakat luas,” terang Akhkam.
Selain menjadi pembelajaran sejarah, diskusi yang rencananya akan diselenggarakan pada Hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022 dan bertempat di pelataran halaman Disarpus nanti juga akan menjadi arena nonton bareng film.
“Kita sengaja menggandengnya dengan nobar supaya aspek hiburan bisa kita integrasikan ke aspek pendidikan. Film Tjokroaminoto ini secara konten merupakan film sejarah yang sangat bagus. Apalagi dibintangi oleh aktor Reza Rahardian yang sangat digemari kalangan milenial. Untuk tokohnya, sosok Cokroaminoto ini adalah sosok hebat yang mendidik nasionalisme kepada Soekarno, Musso, Kartosuwiryo, Tan Malaka, dan tokoh-tokoh bangsa lainnya,” beber Akhkam.
Di kesempatan berbeda, kegiatan ini disambut positif oleh Ahmad Sugeng dari LHSS. Pegiat literasi sejarah yang biasa dipanggil Gegen ini menyatakan,
“Ini adalah kegiatan yang sangat positif. Di tengah minimnya narasi tentang sejarah perjuangan rakyat Lombok melawan penjajah kolonial Belanda, kegiatan ini bisa memantik keingintahuan generasi muda akan sejarah Lombok, syukur-syukur bisa mengangkat sejarah Lombok ke kancah nasional,” terang Gegen yang saat ini didapuk sebagai Sekretaris pada LHSS yang eksis sejak 2019 lalu.
LHSS sendiri aku Gegen, banyak bergerak dalam bidang diskusi dan eksekursi atau penelusuran situs-situs sejarah yang ada di Lombok.
“Terakhir pada bulan November 2021 lalu, kita mengadakan kegiatan Pameran Foto dan Heritage Tour. Untuk pameran foto, banyak foto-foto sejarah tentang Lombok beserta narasinya dipamerkan selama lebih dari seminggu di Museum NTB,” imbuh Gegen.
Alumni STIA Jogjakarta ini mengungkapkan, Lombok sejatinya mempunyai sejarah yang heroik dalam perlawanannya terhadap kolonial Belanda. “Seperti Perang Lombok di tahun 1894. Itu adalah perang yang sempat mencoreng muka Belanda di kancah internasional. Pada perang itu, Belanda banyak kehilangan pasukan dan beberapa jendralnya, termasuk Jenderal Van Ham yang makamnya ada di Karang Jangkong,” beber Gegen sambil menjelaskan juga beberapa perlawanan kelompok masyarakat dari kalangan Sasak seperti Perang Pringgabaya 1- 2, Perang Tuban, Perlawanan Sesela, Perang Gerantung Bayan, dan peperangan lainnya.
Terkait dengan kegiatan di dinasnya, mantan Kepala Dinas Pariwisata Lobar juga berharap kegiatan diskusi dan bedah film semacam ini bisa digaungkan oleh banyak komunitas. “Kegiatan ini nanti diharapkan menjadi pembuka area perluasan minat banyak kalangan dalam bidang keilmuan dan pengetahuan kemudian mengkampanyekan literasi ke masyarakat luas. Terutama untuk literasi sejarah, masih banyak lembaga atau asosiasi yang memiliki kiprah yang sejenis,” terang Akhkam.
Menurutnya, kegiatan literasi tidak hanya menjadi kewajiban sekolah atau lembaga pendidikan saja, namun juga bisa melibatkan pihak dinas perpustakaan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, komunitas, bahkan perseorangan seperti para akademisi. “Alhamdulillah di Lombok ini banyak yang sudah doctor bahkan professor, khususnya ada yang di bidang sejarah. Banyak asosiasi dan komunitas yang peduli terhadap sejarah seperti Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI), Lombok Heritage Society (LHS), dan banyak lainnya. Kita tidak kekurangan orang untuk menjadi mentor, guru, bahkan sumber pengetahuan,” pungkas Akhkam sambil menegaskan keterbukaan dinasnya untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak tersebut.