Giri Menang – Upaya-upaya Pemkab. Lombok Barat (Lobar) dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakatnya rupanya terdengar oleh Bank Dunia (World Bank). Eduardo Perez, Global Team Leader Scalling Up Rural Sanitation, Water and Sanitation Program (WSP), World Bank, berkunjung ke Lobar melihat langsung situasi kesehatan di daerah ini terutama Open Defecation Free (ODF) atau bebas buang air sembarang serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dan itu dimulai dengan berdialog langsung dengan Bupati Lobar, Dr. H. Zaini Arony Selasa (22/1) kemarin bertempat di Ruang Rapat Umum (RRU).
Bupati Lobar dalam paparannya, meskipun sudah banyak kemajuan dalam bidang kesehatan di Lobar, menyampaikan tidak mudah mengubah perilaku hidup masyarakat yang kurang bersih kecuali dengan memberi contoh dan menyediakan fasilitas. “Jangan cuma melarang buang puntung rokok sembarangan tapi tidak disediakan asbak, jangan cuma melarang `buang air’ sembarangan tapi tidak disediakan toilet,” ujarnya.
Menanamkan perilaku bersih dan sehat menurut bupati di Lobar khususnya sangat ditekankan sejak sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Menurutnya, pendidikan merupakan jalan yang sangat tepat untuk menanamkan kecintaan pada kesehatan. Selain juga melalui pengajian-pengajian dan majlis ta`lim. Bupati bercerita di satu sungai setiap pagi menemukan sampah yang dibuang sembarangan, akhirnya dia berinisiatif untuk menunggu si pembuang sampah, setelah tertangkap basah bupati langsung memanggil kepala desa (kades) dan camatnya. “Dengan demikian dia malu membuang sampah di kali lagi,” ujar bupati.
ODF sendiri disebutkan bupati sudah ada di 29 desa di Lobar. Salah satunya yaitu di Batulayar. Mengapa di Batulayar digalakkan ODF karena merupakan daerah wisata. Senggigi, Mangsit, Kerandangan dan lain-lain ada di Kecamatan Batulayar. Selain itu disebutkan bupati, fasilitas kesehatan juga sudah cukup lengkap di Lobar. Ada 17 Puskesmas, 111 Poskesdes, dua rumah sakit, dll.
Upaya menyadarkan masyarakat untuk menjaga lingkungan yang sehat juga digalakkan melalui TP PKK turun ke dusun-dusun. Ibu Hj. Nanik Zaini Arony sebagai Ketua TP PKK Lobar hampir saban hari turun ke masyarakat. Setelah ke desa-desa kini giliran dusun-dusun yang dikunjungi PKK. Dan itu salah satunya dalam upaya penyadaran dan ekspansi ODF dan PHBS.
Bukan hanya itu, di Lobar sudah ada aturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok. “Kita berharap 2015, 2016 Lobar bisa menjadi contoh nasional dalam ODF dan PHBS,” ujar H. Zaini.
Mengingat belum bisa berbahasa Indonesia, menyimak paparan bupati, Eduardo dibantu oleh Ari Kamasan (WSP Jakarta) sebagai penerjemah. Selepas pemaparannya, bupati memberi kesempatan kepada Eduardo Perez untuk menyampaikan sesuatu atau mengajukan pertanyaan. Dan ternyata yang keluar dari mulutnya dengan memakai bahasa Inggris adalah pujian pada bupati atas keberhasilan-keberhasilan Lobar dalam bidang kesehatan. “I agree with you that West Lombok can be a mark, many other provinces do not do what you do, What will you do to influence others to do like what you do? (Saya sepakat dengan Anda bahwa Lombok Barat bisa menjadi contoh nasional, banyak provinsi lain yang tidak melakukan seperti yang Anda lakukan, apa yang akan Anda lakukan agar mereka juga melakukan seperti yang Anda lakukan),” pujinya sekaligus bertanya.
Menjawab itu, selang-seling menggunakan Bahasa Inggris dan Indonesia, bupati pada awalnya menjawab kendala-kendala yang dihadapi. “We do not have mobile boat and human resource and it`s difficult to make people aware (kami belum punya perahu keliling, sumberdaya manusia yang memadai dan masih sulit untuk menyadarkan masyarakat),” ujar bupati.
Dan mengenai tips-tips yang ditempuh selama ini yaitu secara institusional dan sosial. Secara institusional yaitu dengan adanya kelompok-kelompok komitmen kesehatan dan kelompok sadar kesehatan. Aspek sosial yaitu berupa edukasi kepada masyarakat dengan menyediakan fasilitas-fasilitas. Selain itu dikatakan bupati, kepada para pengusaha juga dikenakan kewajiban memiliki satu program pemberdayaan masyarakat desa di bidang kesehatan.
Yang paling menarik cara yang ditempuh bupati selain turun langsung ke masyarakat juga dengan memerintahkan para kepala dinas juga turun ke masyarakat. Ada sistem kompetisi antar dinas, antar kecamatan. “Kadang-kadang jam 11 malam saya telpon Pak Rahman (Rahman Sahnan Putra, Kadis Kesehatan Lobar, red) ikut saya keliling sidak,”ujar bupati.
Berikutnya pertanyaan yang sekaligus rasa kagum Eduardo terhadap Bupati Zaini. “You are a champion, what make you very championship? (Anda adalah seorang pemenang, orang yang berhasil, apa yang menyebabkan Anda begitu berhasil?)”. “Starting from ourself, sitting together, discussing together to make a solution, there is no other special solution (Mulai dari sendiri, duduk bersama, diskusi bersama untuk membuat satu keputusan),” jawab bupati.
Bupati bercerita bila menjabat di Jakarta merasa di awang-awang, tidak tahu kondisi di daerah. Dalam pandangannya yang sekaligus sebagai sharing untuk pemimpin di daerah lain, ada interkoneksi, interdependensi, antara masalah yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh seperti dikatakannya, guna mengurangi hutan gundul di Lobar, maka harus diketahui akar masalahnya. Yaitu berkaitan dengan urusan perut, sikap mental serta kesadaran masyarakat untuk menebang atau tidak menebang pohon. Masyarakat menebang pohon terutama karena masalah perut ditambah dengan tingkat kesadaran yang kurang serta sikap mental yang sudah terbiasa dengan membabat hutan pada sebagian masyarakat.
Untuk itulah, mengapa masalah-masalah di Lobar, Bupati membuat target-target bulanan dan tahunan. “Semua itu kami lakukan supaya Lobar cepat keluar dari masalah,” ujar bupati. Meski begitu, bupati mengakui masih ada yang kurang yang terus diperjuangkan. Namun setidaknya sudah mulai terlihat keberhasilan Lobar di berbagai bidang. Jalan telah terbangun 153 km, kesehatan dari semula urutan 7 dari 10 kabupaten/kota se-NTB menjadi urutan ketiga serta penurunan angka kematian ibu dan bayi yang sangat signifikan. Tak hanya itu angka kemiskinan turun 4,3%, menjadikan Lobar mencapai angka penurunan kemiskinan tertinggi di NTB serta Bupati Zaini meraih KPDT Award, satu-satunya bupati dari 183 kabupaten tertinggal yang meraih award tersebut. (Muhammad Busyairi-Humas)