Selain buah-buahan, salah satu hasil alam yang bisa diandalkan memberikan kontribusi bagi penduduk setempat adalah gula aren. Gula aren ini merupakan hasil olahan dari air nira (tuak) yang disadap dari pohon enau. Oleh penduduk, tuak ini dimasak berjam-jam hingga kental dan menjadi gula merah. Setelah itu baru bisa dipasarkan. Harganya memang cukup menggiurkan meski prosesnya agak melelahkan dan merepotkan.
Sayangnya tidak semua penduduk mengolah air nira ini menjadi gula aren. Sebagian dari mereka mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang banyak. Caranya, nira tersebut dicampur sedikit ramuan lalu dibiarkan berpermentasi sehingga menjadi minuman memabukkan. Inilah yang sering disebut tuak toaq atau brem. Peredarannya pun cukup luas dan mengkhawatirkan.
Bupati Lobar H. Fauzan Khalid minta supaya warga yang suka bikin tuak agar menghilangkan kebiasaan tersebut. “Kalau bikin brem, maka ini perbutan dosa karena yang seharusnya nira bisa bermanfaat, dibuat jadi tidak bermanfaat,” ujarnya.
Untuk itu Bupati Fauzan minta agar nira yang dihasilkan itu dibuat jadi gula merah dan gula semut. Kedepannya Pemkab Lobar melalui Dinas Perindag akan memberikan pelatihan kepada penyadap nira untuk pembuatan gula merah dan gula semut.
Dicontohkan, Desa Langko yang juga berada di Kecamatan Lingsar berhasil memberdayakan para petani aren untuk membuat gula semut. Dalam 1 drum bisa dihasilkan gula semut yang cukup banyak. Bahkan gula semut produksi Desa Langko ini sudah bisa masuk Alfamart dan Indomart.
“Nanti saya akan buat perbup untuk wajibkan semua hotel pakai gula semut ini,” kata Bupati Fauzan.
Untuk itu ia minta kepada Kadis Perindag agar segera memberikan pelatihan kepada masyarakat. Ini dimaksudkan agar gula merah bisa dimanfaatkan dan tidak dijadikan minuman keras.
Kepala Dinas Perindag Lobar Drs. H. Mahyudin mengatakan, perintah bupati tersebut akan segera kita tindak lanjuti dan diterjemahkan dalam bentuk program-program. “Mulai tahun 2017 kita akan adakan pelatihan-pelatihan,” ujarnya.
Dijelaskan Mahyudin, wilayah yang akan disasar dalam program pelatihan tersebut ialah wilayah yang merupakan basis enau. Misalnya, di Kecamatan Lingsar dan Gunungsari. Para penyadap nira akan dilatih untuk bisa merubah nira menjadi berbagai produk olahan.
“Kami akan kaji dulu jenis produk apa saja yang bisa dijadikan sebagai produk ekonomis,” ujar mantan Kadis PPKAD Lobar itu
Yang jelas, lanjut Mahyudin, tujuan program ini adalah agar bisa merubah kebiasaan masyarakat agar tidak lagi bikin tuak toaq. “Kita latih agar mereka bisa merubah nira menjadi produk bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi tinggi,” tandasnya. (afgan/humas)