Dharma Shanti Banjar Dharma Praja Giri Menang Lobar, Perekat Keberagaman Dalam Menjaga NKRI

Giri Menang, Minggu 29 April 2018– Beberapa waktu lalu Umat Hindu di Indonesia telah merayakan pergantian tahun Saka, yakni Hari Raya Nyepi tahun Saka 1940. Sebagai salah satu rangkaian terakhir, Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar pun menggelar Dharma Shanti dengan tema “Melalui Catur Brata Penyepian Kita Tingkatkan Solidaritas sebagai Perekat Keberagaman dalam menjaga NKRI”.

Dharma Shanti oleh Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar sendiri digelar sedikit berbeda dari tahun tahun sebelumnya. Jika Dharma Shanti sebelumnya digelar di Bencingah Agung Kantor Bupati Lobar, kali ini acara simakrama itu dilaksanakan di Pura Lingsar Kecamatan Lingsar.

“Memang biasanya kita adakan di Bencingah Agung. Dan ini nuansa baru, kita adakan di Pura Lingsar sebagai bentuk Bhakti kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” jelas Ketua Panitia Dharma Shanti Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar I Wayan Gina, di Pura Lingsar, Minggu (29/4).

Diakui Wayan Gina, memang pelaksanaan Dharma Shanti ini agak telat. Hal itu dikarenakan berbagai pertimbangan. Terlepas dari itu, tujuan dari pelaksanaan Dharma Shanti itu adalah untuk melaksanakan puja Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan juga simakrama dengan seluruh anggota Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar.

“Agar bisa saling kenal, serta memupuk rasa persaudaraan atau menyama braye. Ini sebagai moment untuk mulat sarira,” singkatnya.

Dalam acara Dharma Shanti itu, selain acara persembahyangan bersama, juga diisi sambutan oleh Ketua PHDI Lobar Drh. I Nyoman Sembah yang juga Kepala Dinas Koperasi dan UKM Pemkab Lobar, dan Dharma Wacana yang dibawakan Dr. I Wayan Wirata dari STAHN Gde Pudja Mataram. Pada intinya, ke dua tokoh tersebut membahas tentang kehidupan umat Beragama agar bisa berjalan dengan damai, tanpa ada perbedaan yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa demi utuhnya NKRI.

Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar sendiri merupakan perhimpunan Pegawai Negeri Sipil di Pemkab Lobar, mulai dari pejabat eselon II hingga jajaran guru.

Setiap tahunnya, banjar yang seluruh anggotanya adalah PNS ini menyalurkan bantuan ke umat baik itu pembangunan pura dan sebagainya, kali ini Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar menyalurkan bantuan ke organisasi keagamaan seperti PHDI Kecamatan se-Kabupaten Lobar, WHDI Kecamatan se-Kabupaten Lobar kecuali Kecamatan Batu Layar yang memang belum terbentuk.

Selain itu, bantuan juga diberikan kepada Pinandita Sangraha Nusantara (PSN), Peradah Indonesia Kabupaten Lobar serta memberikan tali asih bagi anggota Banjar yang purna tugas.

Penyerahan bantuan itu dilakukan langsung oleh Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar Ir. Budi Dharmajaya yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lobar.

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang Pemkab Lobar Ir. Budi Dharmajaya yang juga Kepala Dinas Komunikasi Lobar, Ketua PHDI Lobar drh. I Nyoman Sembah yang juga Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Wakil Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang I Made Artha Dana yang juga Kepala Dinas PU-PR Lobar. (ning/humas)

PERPUSTAKAAN HARUS DAPAT PERHATIAN LEBIH

Giri Menang, Kamis 26 April 2018 – Perpustakaan harus mendapatkan perhatian lebih. Bila perlu harus ditempatkan di tempat yang strategis di sekolah maupun di desa agar mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Begitu pula koleksi bukunya harus selalu up to date.Hal itu dikatakan Pejabat Sementara Bupati Lombok Barat (Lobar) Drs. H.L. Saswadi saat membuka kegiatan safari budaya gemar membaca di Aula Kantor Bupati Lobar, Kamis (26/4/2018).

Dikatakan, perpustakaan merupakan sarana belajar sepanjang hayat (long life education). Selain itu ia merupakan sumber informasi (resource centre), pusat belajar (learning centre) dan pusat belajar mandiri untuk mewujudkan masyarakat cerdas dan berkualitas.

“Apabila masyarakat cerdas berkualitas, mereka akan dapat meningkatkan taraf hidup, menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran,” jelasnya.

Lebih lanjut Saswadi mengatakan, keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimilikinya. Kondisi yang dimaksud tidak hanya kemegahan gedungnya, melainkan bila pemustaka datang tumpah ruah ke perpustakaan dan membawa berkah.

“Kita bangga kalau mereka berubah menjadi mandiri, aktif, kreatif, terampil, agamais, berbudaya dan berhijrah. Berhijrah dari masyarakat tutur menjadi masyarakat literatur,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Saswadi menyampaikan sebuah kritikan dari sastrawan Taufik Ismail kepada masyarakat kita. Taufik Ismail memberi judul kritiknya dengan istilah “Tragedi Nol Buku.” Kritik ini tentang minat baca rakyat Indonesia yang sangat rendah yaitu hanya 0,001 persen. Terlebih lagi bila ditelusuri jumlah buku yang dibaca berkisar hanya 0-1 buku pertahun. Sangat kontras dibandingkan Malasia, Singapusa dan Brunei yang membaca minimal 5 buku pertahun.

“Ini tentunya membuat kita mengelus dada,” ujar Saswadi.

Oleh karena itu ia berharap agar pengelola perpustakaan berani berkreasi, berinovasi dan melakukan promosi untuk menginspirasi budaya gemar membaca bagi masyarakat.

Di akhir sambutannya Saswadi mengingatkan, bahwa ilmu Tuhan sangat luas. Ilmu Tuhan tiada terhingga dan tak akan habis ditulis dengan lautan tinta. Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk terus membaca dan menulis.

“Agar apa yang telah kita baca tidak sirna, maka abadikanlah ia dengan tinta (menulis),” pungkasnya.

Kegiatan safari budaya membaca ini dilanjutkan dengan Talkshow dengan salah satu narasumbernya Pakar Legislatif Komisi X DPR RI yakni Dr. Helmy Faishal Zaini, Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal RI.

Dalam pemaparannya Helmy menyampaikan, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang punya minat baca. Itu sebabnya angka minat baca orang Indonesia hanya 0,001 persen. “Dari segi minat baca, Indonesia berada pada nomor 3 dari belakang se-dunia,” jelasnya.

Dikatakan, dulu sebelum Belanda membangun sekolah-sekolah, rakyat Indonesia telah terlebih dahulu belajar di pesantren-pesantren. Jadi seharusnya gerakan membaca ini harus dilakukan dengan berbasis komunitas, berbasis masyarakat dan berbasis pesantren. “Ini yang ditinggalkan oleh pemerintah kita,” kata Helmy Faishal Zaini.

Helmy juga menyebutkan sejumlah potensi yang ada di Lombok yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat membaca. Misalnya berugak, balai-balai desa, hingga masjid-masjid. Jadi, menurutnya tidak perlu harus membangun gedung megah dengan pendekatan proyek. Cukup dengan memanfaatkan potensi yang ada di tengah masyarakat.

“Tidak mesti bangun gedung. Manfaatkan saja potensi yang ada. Seribu masjid seharusnya seribu perpustakaan. Ini harus jadi terobosan,” pesannya.

Usai memberikan pemaparan, Helmy menunjukkan video dirinya yang meresmikan sebuah rumah baca di salah satu pesantren di Pulau Lombok. Rumah baca tersebut berupa berugak-berugak yang diisi berbagai buku yang ditata dengan baik dan halamannya yang asri. Helmy ingin menyampaikan bahwa inilah salah satu potensi tempat membaca yang harusnya dimanfaatkan tanpa harus bangun gedung mahal.

Usai menyaksikan video itu, moderator talkshow, Saepul Akhkam, M.Hum dengan setengah berkelakar menyampaikan “rasa kecewanya” melihat tayangan video tersebut. Kekecewaan tersebut karena peresmian itu dilakukan di tempat lain, bukannya di Lombok Barat.

“Kami berharap nantinya ada peresmian rumah baca seperti itu di Lombok Barat,” ujar Pria yang menjabat Kabag Humas dan Protokol Setda Lobar ini dengan nada guyonan serius. (Humas)

ANGGOTA BPD DARI 37 DESA BERSUMPAH

Giri Menang, Senin 30 April 2018 – Tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) identik dengan tugas legislator di DPRD. Karena lembaga ini memiliki kekuatan dalam menyepakati terbentuknya Peraturan Desa (Perdes) sebagai bakal pedoman dalam pelaksanaan pembangunan di desa.

Melihat pentingnya tupoksi BPD ini, Senin (30/4), sekitar 300 lebih anggota BPD dari 37 desa se-Kabupaten Lombok Barat (Lobar) diambil sumpahnya. Pengambilan sumpah sendiri berlangsung di Bencingah Agung Kantor Bupati Lobar di Giri Menang-Gerung.

Dalam arahannya, Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Lobar H. Lalu Saswadi mengatakan selain tugas yang strategis, BPD juga memiliki kekuatan dalam mengambil aspirasi bagi warga desa.

“Hebatnya juga BPD melakukan penggalian informasi, aspirasi dan mengawsi proses pembangunan di desa,” paparnya di hadapan Kepala Dinas PMPD Lobar, sejumlah kepala OPD, Camat dan Kades se-Lobar serta seluruh anggota BPD yang akan diambil sumpahnya.

Kegiatan sempat diwarnai pemadaman listrik oleh PLN yang terjadi beberapa kali. Namun insiden kecil tersebut tidak menjadi gangguan yang terlalu berarti. Para peserta tetap khidmat mengikuti kegiatan hingga sesi pengambilan sumpah dilakukan.

Sesi pengambilan sumpah janji bagi anggota BPD tidak dilakukan secara menyeluruh bagi personilnya, melainkan diwakili oleh masing-masing pengurus yang beragama Islam, Hindu dan Buddha. Ada lima anggota yang bersumpah mewakili BPD. Tiga orang mewakili agama Islam dan masing-masing satu orang dari Agama Hindu dan Budha.

Ketua BPD Desa Cendi Manik, Kecamatan Sekotong, Sadikin menyatakan ada beberapa program yang rencananya akan diterapkan sebagai mitra kerja pemerintah desa. Kata dia, Desa Cendi Manik merupakan pintu gerbang memasuki Kecamatan Sekotong, maka yang akan dikembangkan adalah sektor pariwisata.

“Intinya adalah pengembangan wisata mangrove dan Batu Perahu yang juga merupakan sumber mata air yang ada di Desa Cendi Manik,” kata Sadikin. (LPA/humas)

Laporan Fisik dan Keuangan Pekerjaan Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Kabupaten P3, P4, P5 TAHUN ANGGARAN 2018

Laporan Fisik dan Keuangan Pekerjaan Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Kabupaten P3, P4, P5 dan Pemeliharaan Rutin Swakelola Dana Hibah Australia Program Prim – KIAT

 

TAUFIQ : BANGUN DAERAH DENGAN BAYAR PAJAK

Giri Menang, Kamis 26 April 2018 – Penjabat sementara (Pjs) Bupati Lombok Barat (Lobar) melalui Sekretaris Daerah (sekda), H. Moh. Taufiq menyatakan peran pajak di daerahnya sangat besar. Karena kata dia, pajak merupakan bentuk komitmen dan kontribusi warga negara yang sifatnya terhutang untuk membangun negara atau daerah. Maju dan tidaknya suatu negara atau daerah lanjutnya, tergantung dari pajak. “Tidak ada satu daerah atau negara manapun yang bebas dari pajak,” paparnya saat memberikan arahan pada gelaran Pekan Panutan Pajak dan Sosialisasi Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kerndaraan Bermotor (BBNKB) di halaman kantor Samsat Lobar, Kamis (26/4/2018).

Secara khusus, Taufiq juga menyinggung besaran pendapatan yang dimiliki daerahnya. Tahun 2018 ini pendapatan yang dimiliki hanya Rp.1,7 Triliun. Sebanyak Rp.301 Milyar di antaranya merupakan PAD. Sisanya ada DAU, DAK, DD dan lainnya. Karena besarnya peran pajak ini, setiap tahun selalu mencari sumber-sumber penerimaan baru, termasuk memberikan sosialisasi kepada semua warga Lobar agar sadar membayar pajak. “Sadar bayar ini perlu sosialisasi, kalau sadar menerima tidak perlu sosialisasi,” katanya di hadapan Kepala Bappenda NTB, perwakilan Kapolres Lobar, Ditlantas Polda NTB, Kepala Jasa Raharja NTB, Kepala Bappenda Lobar dan sejumlah Kepala SKPD terkait.

Terkait dengan PKB dan BBNKB, sekda menyebut jumlah kendaraan bermotor di wilayahnya hampir 220 ribu kendaraan. Jumlah ini terdiri dari roda empat dan dua. Dari 220 ribu kendaraan ini, 90 persen merupakan sepeda motor. Sisanya kendaraan roda empat.

Ditegaskannya, dari 90 persen ini yang baru membayar pajak hanya separuhnya. Artinya, masih banyak lagi yang belum membayar. Kemudian jumlah mobil dari 90 persen ini, yang baru membayar pajak hanya 30 persen. Sementara itu, jumlah kendaraan plat merah di Kabupaten Lobar hampir 2.500 unit. Dari jumlah ini, sepeda motor sekitar 84 persen dan sisanya roda empat. Dari 84 persen sepeda motor, yang baru membayar pajak sebesar 7 persen.

“Saya minta data-data riil dimana SKPD yang nunggak bayar pajak,” pintanya. Sekda beralasan, khawatir jika tindak tanduk PNS akan diikuti masyarakat lain. Karena PNS harus jadi panutan, jangan telat apalagi sampai menjadi temuan BPK seperti tahun lalu.

Acara juga dirangkai dengan pemberian souvenir untuk kegiatan Pekan Panutan PKB dan BBNKB kepada 32 orang yang dinilai berhasil mengumpulkan pajak sesuai target. (LPA/humas)

LOBAR OPTIMIS JUARA

Giri Menang, Rabu, 25 April 2018 – Di ajang Lomba Teladan/Berprestasi Penyuluh Pertanian dan Kelembagaan Tani tingkat Provinsi NTB tahun ini, Kabupaten Lombok Barat optimis bisa kembali juara seperti tahun sebelumnya.

Untuk Lombok Barat sudah ada satu kategori yang dipastikan sudah lolos ke tingkat nasional. Kategori tersebut adalah Kelompok Tani (Poktan) komoditi jagung “Bakong” yang berada di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung.

Hal tersebut dikemukakan Ketua Tim Penilai Lomba Teladan/Berprestasi Penyuluh Pertanian dan Kelembagaan Tani tingkat Provinsi NTB, H. Ruslan di Aula Kantor Dinas Pertanian Lobar, Rabu (25/4/2018).

“Berdasarkan pengalaman, Lombok Barat biasanya ada saja yang masuk ke tingkat nasional. Secara pribadi saya optimis itu,” tegasnya kemudian disambut aplaus meriah seluruh hadirin.

Tahun 2017 lalu, Lombok Barat berhasil meraih juara pertama untuk dua kategori, yakni Kelembagaan Ekopnomi Petani dan Petani Berprestasi atas nama Mursidin dari Gapuk. Para juara kemudian mewakili NTB untuk berkompetisi di tingkat nasional.

Dikatakan Ruslan, nantinya usai ke 10 anggota timnya melakukan penilaian secara obyektif, pihaknya akan menggelar rapat untuk menentukan pemenang lomba di 10 kabupaten/kota se-NTB.

“Dari 10 kabupaten/kota yang ikut lomba, rata-rata mengikuti lima hingga sembilan kategori penilaian. Nah untuk Lombok Barat ikut sembilan kategori lomba,” papar Ruslan.

Kesembilan kategori itu antara lain Lomba Penyuluh Pertanian PNS Teladan, Lomba Kelembagaan Ekonomi Petani Berprestasi, Lomba Petani Berprestasi, Lomba Gapoktan Berprestasi, Lomba Poktan Komoditi Padi, Lomba Poktan Komoditi Sapi, Lomba Penyuluh Pertanian THL TBPP, Lomba Penyuluh Pertanian Swadaya dan Lomba Poktan Komoditi Kedelai.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Lobar, H.Muhur Zokhri memaparkan tradisi juara harus selalu dipertahankan. Bukan saja karena imbauan formal pemerintah daerah, tetapi juga realitas perjuangan para petani, kelompok tani serta kelembagaan petani yang harus diancungi jempol.

“Terima kasih atas perjuangan kita semua, semoga semuanya membuahkan hasil,” katanya. (LPA/humas)

Kota Palembang Belajar Benchmarking Ke Lobar

Giri Menang, Selasa 24 April 2018 – Pemerintah Kabupaten Lombok Barat kembali menerima kunjungan dari daerah lain. Kali ini sebanyak 40 orang dari Pemerintah Kota Palembang terdiri dari peserta dan pendamping melakukan kunjungan kerja ke Lombok Barat. Rombongan diterima langsung oleh Sekda Lobar, H. Moh Taufiq di Ruang Rapat Jayengrane Kantor Bupati Lobar, Selasa (24/4/2018).

Sekda Pemkot Palembang, H. Halawin Mastofa selaku ketua rombongan mengatakan, maksud dan tujuannya untuk melakukan kajian benchmarking ke dua dinas dan satu desa yang ada di Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, yakni Dinas PPKAD, Dinas Pariwisata dan Desa Lingsar.

“Benchmarking adalah suatu proses membandingkan dan mengukur suatu organisasi terhadap proses operasi yang terbaik sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja yang nantinya dapat diterapkan di masing-masing organisasi peserta yang mengikuti diklat PIM IV Kota Palembang,” katanya.

Kegiatan ini kemudian dilakukan dengan metode diskusi terhadap masing-masing dinas yang telah dipilih oleh BKD Kota Palembang kepada dinas-dinas yang ada di Kabupaten Lombok Barat.

“Sebagai objek benchmarking, nantinya hasil yang didapat akan dijadikan sebagai referensi meningkatkan kinerja organisasi yang ada di Kota Palembang,” tambahnya.

Sementara itu, Sekda Lobar, H. Moh Taufiq saat menyambut kedatangan rombongan mengaku sangat senang dan berterima kasih atas dipilihnya Kabupaten Lombok Barat sebagai objek diskusi benchmarking oleh peserta diklat PIM IV Pemerintah Kota Palembang.

“Mudah-mudahan dapat memberikan jawaban yang memuaskan kepada para peserta diklat PIM IV Kota Palembang,” katanya.

Taufiq juga berharap, nantinya hasil diskusi yang dilakukan para peserta diklat PIM IV dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang baik dan tentunya juga dapat menjadi referensi di Kota Palembang.

Usai acara diskusi dilanjutkan dengan penyerahan pelakat yang diawali dengan penyerahan pelakat dari Kabupaten Lobar Kepada Kota Palembang dan dilanjutkan pemasangan topi khas Palembang kepada Sekda Lobar H.Moh Taufiq dan yang terakhir penyerahan lukisan jembatan ampera kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. (emtom/humas)

PAKEM MERARIK DIKOLABORASI DENGAN GAMAK

Giri Menang, Selasa 24 April 2018 – Angka pernikahan dini di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang ada. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) menyebutkan agama, budaya, hingga hak manusia menjadi beberapa faktor tingginya pernikahan di bawah 18 tahun atau usia sekolah setara jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.

Tidak terkecuali di Lombok Barat, merariq kodeq (kawin dini) sudah menjadi salah satu tren sebagian masyarakat.

Padahal filosofi merariq atau menikah dalam adat Sasak, tujuannya untuk melindungi, menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak perempuan dan anak.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) sendiri melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Lobar telah mencanangkan program Gerakan Anti Merariq Kodeq (Gamak). Program ini diperkuat dengan Surat Edaran (SE) Gubernur NTB, Nomor SE/150/1138/KUM, tentang Pendewasaan Usia Perkawinan. Tujuannya untuk merespon isu perkawinan anak yang sangat tinggi, tidak saja di Lobar, tapi hampir di seluruh wilayah NTB.

Antara Gamak dan Pakem Merariq memiliki keterkaitan yang sangat erat. Hal tersebut yang kemudian menjadi titik tekan dalam kegiatan workshop Pakem Merariq sebagai upaya memaksimalkan program Gamak.

Untuk itu, kegiatan yang berlangsung di Aula Utama Kantor Bupati Lobar itu menghadirkan tokoh budayawan Sasak, akademisi, LSM, wakil rakyat, tokoh agama dan masyarakat serta pejabat terkait. Kegiatan dibuka langsung oleh Pjs Bupati Lobar, H Lalu Saswadi, Selasa (24/4/2018).

Dalam sambutannya, Saswadi mengatakan pernikahan dini menjadi tantangan bagi seluruh masyarakat untuk segera diantisipasi. Sebagai awal antisipasi Merariq Kodeq, pihaknya sudah menerbitkan surat edaran yang isinya aga warga Lobar melakukan pernikahan pada usia 21 tahun bagi wanita. “Tujuan kita, agar mereka lebih dewasa mengarungi bahtera rumah tangga,” harapnya.

Kegiatan workshop kemudian dilanjutkan dengan paparan materi dari sejumlah narasumber.

Kepala BKKBN Perwakilan NTB, Drs.Lalu Mahrifudin. memaparkan, di tahun 2015 angka perceraian akibat perkawinan dini di NTB berada di peringkat 19 dari 34 provinsi.

Mahrifudin juga memaparkan materi dengan judul Aspek Kependudukan Perkawinan di NTB. Secara panjang dia juga menyinggung peningkatan IPM Lobar yang kini berada pada posisi 4 se-NTB.

“Trend keberhasilan Lobar semakin hari semakin bagus,” pujinya yang disambut aplaus meriah seluruh peserta.

Materi juga disampaikan oleh budayawan Sasak, H.Lalu Rais. Budayawan kondang yang akrab disapa Pak Raden ini, memaparkan tateri terkait pakem merarik berdasarkan hukum adat Sasak. Demikian pula materi lain dipaparkan oleh pemateri dari Yes I Do dan lainnya. (LPA/humas)

DUKUNG MUNAS FORSEDASI, PEMKAB LOBAR GELAR BERSIH-BERSIH

Giri Menang, Selasa 24 April 2018 – Dalam rangka mensukseskan Munas III Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (Forsesdasi) yang akan berlangsung di wilayah Senggigi, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menggelar kegiatan gotong royong bersih-bersih di sepanjang jalan Senggigi. Seluruh OPD se-Lobar sejak pagi tadi (24/4/2018) sudah mulai membersihkan jalan sesuaibdengan titik lokasi yang sudah ditentukan. Mulai dari Jembatan Meninting sampai Hotel Santosa yang menjadi pusat acara.

Kegiatan munas yang mengusung tema “Mendorong Berkembangnya Birokrasi yang Inovatif” ini rencananya akan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 25-27 April 2018. Acara ini rencnanya akan dihadiri sekitar 2.000 peserta.

“Ini momen langka sehingga akan membawa nama baik daerah. Untuk itu kita harus bisa membuat suasana yang asri, bersih sehingga membawa kesan baik,” kata Sekretaris Daerah Lobar, H. Moh. Taufiq saat rapat persiapan beberapa waktu lalu. (dedy/humas)

DUA DESA DI LOBAR JADI LAHAN BELAJAR PEMKAB ACEH BESAR

Giri Menang, Senin 23 April 2018 – Desa Selat dan Desa Sembung di Kecamatan Narmada mendapat kehormatan ditunjuk sebagai lokasi kunjungan kerja Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Rombongan yang juga terdiri dari unsur kecamatan, kepala desa dan kelompok tani itu secara khusus mengunjungi Kelompok Ternak Patuh Angen dan Patuh Karya yang ada di Kecamatan Narmada Lombok Barat, Senin (23/4/2018).

Rombongan diterima Staf Ahli Bupati Bidang SDM dan Aparatur, H. Mahyudin bersama Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Sakri, Kepala Dinas Pertanian H. Muhur Zohri, Sekretaris Dinas Pariwisata Baiq Yeni S. Ekawati dan jajaran Dinas Pertanian di Kantor Dinas Pertanian Lombok Barat.

“Selain silaturrahmi secara khusus kami bermaksud untuk menggali dan belajar tentang pertanian dan beternak yang baik serta bagaimana menjalankan manajemen kelompok ternak yang ada di Desa Sembung. Karena di Aceh Besar peternakan masih menggunakan pola peternak tradisonal,” jelas Munawir selaku ketua rombongan.

Munawir menambahkan, kunjungan ke Lombok Barat sebelumnya merupakan hasil hasil koordinasi Pemerintah Aceh ke Kementrian Pertanian RI beberapa waktu lalu.

“Karena Lombok Barat merupakan kabupaten yang masuk 10 besar penyumbang ketahanan pangan nasional,” katanya.

Diketahui, Kabupaten Lombok Barat memiliki lahan pertanian seluas 17.340 hektar yang sebagian besar berada di tiga kecamatan di Lombok Barat. Selain perairan yang baik kondisi tanah juga sangat mendukung, untuk lahan kering sebagian besar di wilayah selatan Lombok Barat dengan luas lahan 22.000 hektar. Lombok Barat juga memiliki 1.495 kelompok tani yang tersebar di semua kecamatan yang terdiri dari kelompok tani pangan, holtikultura, ternak dan perkebunan.

Dari Kantor Dinas Pertanian, rombongan kemudian menuju Desa Sembung untuk meninjau lokasi peternak patuh angen. Di sana, rombongan disambut oleh Kepala Desa Sembung dan Ketua Kelompok Peternak Patuh Angen.

Ketua Kelompok Patuh Angen, Ali Sahid dalam kesempatan itu memaparkan profil dan program kelompoknya.

“Kelompok ternak sapi Patuh Angen ini sudah berdiri sejak tahun 2005, bahkan sebelum Pemerintah Provinsi NTB membuat program yang disebut sejuta sapi. Awalnya kami beranggotakan 20 orang dengan modal awal 300 juta yang diberikan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Dengan antusias masyarakat yang tinggi, kini anggota kelompok kami menjadi 80 orang dengan populasi sapi 240 ekor sapi,” ungkapnya mengawali pemaparan.

Dijelaskannya, kelompok ternak Patuh Angen menerapkan pengelolaan sistem “1-1-4” yang berarti satu induk satu anak selama setahun dan itu berjalan selama 4 tahun.

“Sistem pengelolaan ini dianggap berhasil karena sebagian besar anggota kelompok yang nol pendidikan itu ekonominya meningkat. Dari berternak ini masyarakat banyak anaknya bisa sekolah hingga kuliah dan sebagian besar anggota kelompok bisa menaikkan ekonomi keluarga,” tambah Ali.

Setelah mendapat banyak pelajaran, rombongan kemudian melanjutkan kunjungannya ke Dusun Montong Daye di Desa Selat. Di sana rombongan menuju kelompok tani Patuh Karya yang menerapkan pola tanam padi tiga kali setahun. Hasilnya, kelompok ini termasuk sebagai salah satu penyumbang surplus beras di Kabupaten Lombok Barat.

Usai kunjungan, ketua rombongan Munawir mengaku sangat bangga dengan sistem yang diterapkan kedua kelompok. Munawir semakin bangga saat mengetahui Kabupaten Lombok Barat memiliki ribuan kelompok tani.

“Apa yang kami pelajari di Lombok Barat ini akan kami coba di Aceh,” katanya. (dedy/humas)

1 265 266 267 268 269 421