FK UNRAM Resmikan Program Desa Binaan

 

GIRI MENANG-FK (Fakultas Kedokteran) UNRAM meresmikan program desa binaan di Desa Kuranji Dalang, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, Minggu (20/10). Pro­gram ini merupakan untuk pertama kali dilaksanakan.

‘’Di Jawa, masing-masing fakultas memiliki desa binaan, kami ingin di NTB juga diterapkan,” kata Ketua BEM FK Unram Yos Akbar Irmansyah, kemarin.

Program ini, kata pemuda asal Sweta, Mataram ini, juga merupakan bentuk perwujudan salah satu tridharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Terlebih, KKN (Kuliah Kerja Nyata) bagi FK sudah ditiadakan. Ia berharap program ini dapat memberikan kontribusi terhadap para mahasiswa. ‘’Mereka bisa menjalin hubungan dengan masyarakat, mengabdi kepada masyarakat,” ujar mahasiswa FK semester VII ini.

Desa yang terpilih sebagai desa binaan FK tahun pertama ini adalah Desa Kuranji Dalang, Labuapi, Lombok Barat. Dikatakan Ika Putri Yuliani, ketua panitia program Desa Bi­naan, Kuranji Dalang merupakan desa dengan tingkat ODF (Open Defecation Free), atau kesadaran buang air besar di tempatnya, yang sedikit di Lombok Barat.

Kepala Puskesmas Perampuan Andang Sari mengatakan, berdasarkan hasil survey cepat yang baru-baru dilaksanakan, hanya 42,3 persen penduduk di Perampuan, Lombok Barat, yang memiliki jamban sehat. Dengan kata lain, 67,7 persen warga belum memiliki jamban sehat. Dari angka tersebut, jelas tingkat sadar sehat warga masih kurang.

Hadirnya mahasiswa FK UNRAM dengan program desa binaan ini, diharapkan Andang dapat menjadi fasilitator dalam mewujudkan masyarakat ODF di Desa Kuranji Dalang. Selanjutnya, ia juga berharap desa Kuranji Dalang dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya. “Semoga kalian (mahasiswa) menjadi pemicu hidup bersih dan meningkatkan kesehatan masyarakat Kuranji Dalang,” katanya.

Pembantu Dekan III Ida Ayu Eka Widiastuti selaku wakil Dekan mengatakan, program desa binaan ini akan menjadi program berkelanjutan. Program-program yang dilaksanakan, nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di Kuranji Dalang.

Di masing-masing dusun akan dibuat kader-kader untuk diberikan penyuluhan kesehatan. Setiap kader, kemudian diharapkan memengaruhi warga lain untuk hidup bersih. “Sehingga tujuan mewujudkan masyarakat ODF bisa tercapai,” kata Yos.

Sumber: Lombok Post, Selasa 22 Oktober 2013

Lombok Terbaik Lima Asia Sebagai Pulau Tujuan Wisata

MATARAM-Majalah pariwisata paling tenar sejagat yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Conde Nast Traveler, menobatkan Pulau Lombok sebagai pulau terbaik ke lima di Asia, sebagai tujuan wisata. Lombok disebut sebagai pulau yang romantis.

Penobatan itu diumumkan CN Trav­eler secara daring (online) kemarin. Bali masih menempati posisi teratas, disusul Pulau Koh Samui di Thailand, Pulau Cebu di Filipina dan Phuket di Thailand.

Lima pulau terbaik itu dipilih berdasarkan survey pembaca NC Traveler yang tersebar di seluruh dunia. Rata-rata para pembaca ini adalah penggila perjalanan wisata, yang sudah menjelajah berbagai tempat indah di berbagai belahan dunia. Lombok meraup nilai 77,8 dan tidak terlalu jauh dibanding Bali yang berada di posisi puncak dengan nilai 83,1.

Ada delapan hal yang dinilai oleh CN Traveler. Yakni pemandangan alam, keramahan penduduk terhadap para turis, karakter dan keunikan pulau, keindahan pantai, ragam aktivitas yang bisa dilakukan para wisatawan, fasilitas penginapan seperti hotel, resor dan villa, serta fasilitas tempat makan dan wisata kulinernya.

Dari delapan penilaian itu, Lombok sebetulnya unggul jauh dibanding empat pulau lainnya dalam hal peman­dangan alam dengan nilai 92,9. Dengan Bali saja, selain unggul pemandangan alam, Lombok juga unggul dalam hal keindahan pantai. Untuk keindahan pantai, Bali mendapat nilai 66,1. Sementara Lombok mendapat nilai 79,3.

Hanya saja, Bali lebih unggul soal keramahan penduduk pada turis asing, lalu juga ragam aktivitas, fasilitas penginapan dan juga fasilitas tempat makan dan kuliner.

Dibanding pemeringkatan serupa tahun lalu, posisi Lombok naik drastis dimana tahun 2012 Lombok menem­pati posisi sembilan dari 10 pulau pulau terbaik tujuan wisata di Asia.

Dengan masuk posisi lima besar, kendati kalah dari sisi komersial dibanding Bali, CN Traveler menyebut Lombok sebagai pulau tempat berwisata yang romantis, dengan keindahan dan kebersihan pantainya, dan sejumlah destinasi wisata khusus nan indah seperti Gunung Rinjani. “Pulau ini memiliki begitu banyak tempat dengan pemandangan yang sangat indah,” sebut CN Traveler.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari­wisata NTB Mohammad Faozal men gapresiasi penobatan Lombok sebagai pulau terbaik kelima di Asia itu. Alam dan pantai Lombok kata dia memang masih terjaga. Soal keramahtamahan, Bali unggul kata dia lantaran Lombok dan Bali memang beda kultur.

“Namun bukan berarti harus mengalah. Kita harus bersinergi dengan Bali. Bagaimana cara mereka mempromosikan diri. Kita lihat mana yang poisitif sesuai karakter budaya kita,” katanya.

Terpisah, Sekretaris Disbudpar NTB HL Mohammad Faozal mengatakan, selain rasa syukur, dia menyebut penghargaan itu sebagai tantangan bagi NTB. “Bagi kita, ini adalah sebuah penghargaan. Tentu kita mengapresiasi dan bersyukur. Tapi, ini tantangan. Tidak ada jalan lain, kondisi destinasi haruslah kita benahi. Ke depan, kita tentu tidak cukup jika hanya mengandalkan keindahan alam. Tidak cukup dengan fasilitas standar yang ada di destinasi,” ujarnya pada Lombok Post.

Menurutnya, tugas besar pemerintah dan kalangan pelaku industri wisata saat ini adalah menyiapkan destinasi wisata yang didukung sarana dan prasaran yang representatif bagi wisatawan.

Pemprov NTB sendiri kata Faozal mulai tahun depan mulai mengintervensi pembenahan destinasi wisata yang sebetulnya tanggungjawab pemerintah kabupaten/ kota. “Mulai 2014, sesuai arahan Pak Gubernur, kita mulai intervensi kabupaten kota untuk dorong pembenahan destinasi. Kita siapkan anggarannya melalui APBD kita,” katanya.

Sumber: Lombok Post, Selasa 22 Oktober 2013

KSOP Lembar Sambut Rencana Pemindahan Pelabuhan

GIRI MENANG-Wacana pemindahan Pelabuhan Penyebrangan Lembar ke Labuhan Poh, Sekotong di kalangan masyarakat terus beredar. Termasuk juga masyarakat sekitar Lembar.

Terpisah, pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lembar mengaku belum bisa memastikan kejelasan info tersebut. Mereka justru baru mengetahuinya melalui media.

‘’Kami menyambut baik bila ada niatan Pemkab Lobar membuat pelabuhan baru di lokasi yang selama ini dibicarakan masyarakat. Itukan hak dan wewenangnya pemda,” kata Jasra Yuzi Irawan, Kasi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhan KSOP Lembar.

Namun, lanjut dia, bila nantinya pelabuhan baru itu ada maka uji kelayakan merupakan syarat sebuah pelabuhan. Dengan adanya pelabuhan baru itu pun berarti akan menambah wilayah kerja KSOP ke Sekotong, tapi tetap akan dipusatkan segalanya di Lembar. Karena tugas syahbandar untuk memantau dan mengawasi kegiatan pelabuhan termasuk melakukan pengecekan terhadap sarana angkutan kapalnya.

Ia hanya mengingatkan bila memindahkan sebuah pelabuhan yang telah beroperasi lama tak semudah membalikkan tangan. Bahkan sudah diketahui letak Pelabuhan Penyebrangan Lembar saat ini aman karena terlindungi oleh sebuah teluk.

Jasra menjelaskan bila untuk memindahakan sebuah pelabuhan penyebrangan ke tempat lain membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga hal ini juga harus diperhatikan karena biaya besar juga harus dipertimbangkan dalam pemindahan tersebut.

“Bila konteksnya pengembangan pelabuhan, mengapa tidak mengembangkan pelabuhan yang sudah ada di Lembar saat ini yang sedang beroperasi,” cetusnya.

Pelabuhan Lembar, lanjut dia, bisa dikembangkan lagi melihat para pengguna jasa penyebrangan ini kebanyakan dari Kota Mataram dan wilayah timur Pulau Lombok. “Jarak tempuh mereka saja sebenarnya sudah jauh untuk ke Lembar apalagi untuk ke Sekotong. Paling tidak bila pemda berniat demikian harus juga memperhatikan infrastruktur yang ada untuk dilalui para pengguna. Selain itu juga harus dijamin keamanannya sepanjang perjalanan menuju pelabuhan penyeberangan tersebut,” sarannya.

Ia mengatakan bila keberadaan pelabuhan tetap akan melihat juga letak tataran transportasi seperti Tatrawil (Tataran Transportasi Wilayah), Tatralok (Tataran Transportasi Lokal), dan Tatranas (Tataran Transportasi Nasional). Selain itu juga ada dua aspek yang sangat diperhatikan diantaranya aspek teknis dan administratif.

Dalam hal ini, aspek teknis terdiri dari topografi, arus, angin, kedalaman dan lainnya. Sedangkan untuk aspek administratif ada proses untuk sebuah ijin dimana di dalamnya terdapat uji amdal, uji kelayakan, feasibility study (FS) dan lainnya.

Pihaknya saat ini hanya bisa menunggu saja bila nantinya ada perintah dari Kemenhub terkait rencana tersebut. “FS saja bisa memakan waktu kurang lebih selama setahun untuk lakukan pengujian dalam hal pelabuhan. Intinya kami akan selalu dukung mana yang terbaik,” tandasnya.

Sumber:Lombok Post, Senin 21 Oktober 2013

Pengusaha Jasa Kontainer Keluhkan Minimnya Muatan

GIRI MENANG-Pengembangan Pelabuhan Lembar menjadi kawasan pelabuhan peti kemas dinilai tidak didukung sejumlah pihak. Para pengusaha jasa kontainer pun kerap mengeluhkan minimnya muatan dari pelaku usaha lokal.

‘’Kebanyakan pengusaha sekarang mengangkut muatan barang hasil daerah setempat melalui pelabuhan penumpang, bukan peti kemas ataupun jasa kontainer,” ungkap Budi Setiawan, Kepala PT Mentari Sejahtera Permai (MSP) mewakili pelaku usaha jasa kontainer lainnya, Sabtu (19/10) lalu.

Menurutnya, selama ini ada satu pergeseran paradigma yang salah dipahami dan diimplementasikan oleh para pengusaha juga pelaku jasa penyeberangan. “Asal ada muatan dan ongkos penyeberangan saja, mereka langsung naik pelabuhan pen­umpang (Feri, Red), padahal ini sangat membahayakan buat keselamatan dan kenyamanan penumpang,” jelasnya.

Budi menambahkan, seharusnya muatan barang dengan jumlah kapasitas besar itu masuk lewat kawasan pelabuhan barang dengan kapal peti kemas. “Karena jasa ini memang sangat menjaga serta menjamin kenyamanan dan keamanan barang tersebut, bukan asal ditutup dengan terpal saja,” ujar pria asal Makassar ini.

Dia menjelaskan, di pelabuhan peti kemas semua kapal dan muatan itu diberlakukan sistem penjagaan dan pemeriksaan berkala. Semua unsur terkait terlibat aktif seperti pihak bea cukai, pelindo, Adpel, dishub dan kepolisian. “Kalau diketemukan muatan lebih standar minimum saja itu langsung diturunkan dan diproses baik ijin dan dokumen barangnya. Itu baru berat muatan belum jenis-jenis barang yang tidak memiliki ijin peredaran dan penggunaannya,” paparnya.

Untuk sekali muat, kapal peti kemas mampu mengangkut 150 kontainer dan beban maksimumnya itu 22 ton. Dikatakannya, jasa pelabuhan peti kemas justru memberi dampak yang sangat luas buat daerah setempat. Pasalnya, selain membantu PAD (pendapatan asli daerah) juga memberikan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Kalau lancar dan meningkat droping barangnya lewat peti kemas kan harga kebutuhan seperti sembako juga komoditi lainnya kan tidak mengalami fluktuasi dan lonjakan harga dengan cepat mendapatkan barang keperluannya,” bebernya.

Selain itu, masyarakat sekitar akan merasa terbantu dengan keberadaan peti kemas itu. Karena banyak tenaga pekerja yang dibutuhkan. Selain itu juga, saat musim ombak dan cuaca buruk aktifitas kapal peti kemas tidak terganggu.

Untuk itu, dia berharap pemerintah daerah, bisa membantu mensosialisasikan ke para pengusaha dan pengguna jasa kontainer agar lebih memilih jasa ini. “Ini sudah terbukti di daerah maju dimana pun itu, akibat adanya dorongan dan kesadaran pemerintah dan para pengguna pengusaha lebih memilih jasa peti kemas untuk memuat hasil produksi, ko­moditi dan berbagai kebutuhan lainnya,” tandasnya.

Budi memaparkan, selama beroperasinya pelabuhan barang di Lembar, pihaknya sebenarnya mengalami kerugian yang sangat besar. “Jumlah muatan barang dan penghasilannya tidak sebanding dengan cost operasional yang dikeluarkan, tapi untuk kami bisa menanggulangi dengan membuka cabang di Sumbawa, Bima dan Labuan Bajo,” tukasnya.

Selain itu, pihaknya juga berkomitmen untuk terus beroperasi karena merasa yang pertama merintis di daerah NTB. ‘’Walaupun kebanyakan rugi,” jelasnya. Dalam sebulan, intesitas muatan barang sendiri hanya lima kali. Muatan kargo yang diangkut seperti sem­bako dan kebutuhan rumah tangga lainnya. “Sekali muat itu dikenai biaya Rp 6 juta, itu hitungannya kotor karena harus terbagi lagi untuk biaya operasional dan kebutuhan kapal,” rinciannya.

Sedangkan pendapatan lainnya itu dari rute Makassar dan Lombok, muatannya semen dan pupuk, besarnya Rp 8,5 juta. “Hitungannya pun sama belum kita rinci dengan OPP dan kebutuhan lainnya,” cetusnya.

Sebaliknya dari Lombok-Surabaya Rp 3 juta dan Lombok- Makassar itu Rp 4 juta. “Kenapa lebih murah, karena muatannya kosong, ya asal peti kemasnya balik sajalah biar tidak menjadi beban perusahaan ke pelaku jasa,” pungkasnya.

Sumber:Lombok Post, Senin 21 Oktober 2013

Sinema Masuk Ponpes Nurul Haramain

GIRI MENANG-Tidak hanya belajar agama. Itulah harapan Muhammad Nursandi, ketua SIF (Sandi Institute Film), sebagai pelaksana workshop film di Ponpes Nurul Haramain Nar­mada, Jumat-Minggu (18-20/10).

“Mereka juga bisa belajar dan memahami proses pembuatan film,” tutur sutradara film Perempuan Sasak Terakhir ini.

Masuknya SIF dan Multimedia Art Community (MAC) ke ponpes ini, dikatakan pria yang juga dikenal dengan nama Sandi Amaq Rinjani ini, dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah atau ponpes-ponpes lain untuk masuk ke dunia perfilman. Sehingga, pembuat film tidak hanya datang dari para lulusan jurusan perfilman saja. Tetapi, yang lain juga memiliki kreatifitas yang sama.

Ia sangat mengharapkan Indonesia kedepannya, NTB khususnya, dunia perfilman menjadi lebih luas. Sehing­ga, orang-orang, 30 siswa MANW Putra dan Putri Narmada ini khususnya, tidak hanya menjadi penonton. Tetapi juga memahami proses pembuatan filmnya.

“Bikin film itu gampang,” kata Pria asal Rensing, Sakra Barat, Lombok Timur ini. Hairi Habibullah, kepala MANW Putri Narmada, mengatakan, kegiatan ini sangat penting. Yakni, untuk memfasilitasi bakat-bakat terpendam santri dan santriwati di Ponpes Nurul Haramain. Ia berharap, suatu saat film-film pendek yang mendidik dan islami lahir dari para santri sederhana.

‘’Mereka akan menjadi embrio untuk ekskul (ekstrakurikuler) Kelompok Pecinta Sinematografi,” jelasnya.

Wokshop fim ini diadakan atas kerja sama antara Ponpes, SIF, dan MAC. Kegiatannya berlangsung selama tiga hari, yakni Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Kegiatan diisi dengan teori, praktik, dan editing film.

Sumber: Lombok Post, Senin 21 Oktober 2013

Pelindo: Lembar Lokasi Berlabuh Aman

GIRI MENANG-General Manajer Pelindo III Cabang Lembar Mudjiono, menerangkan bahwa, dari sisi keamanan berlabuh, Pelabuhan Lembar termasuk salah satu pelabuhan yang sangat aman. Kondisi ini didukung dengan posisinya yang terlindung teluk.

Hanya saja, dari sisi efektifitas waktu, jarak tempuh dari Lembar ke pulau Bali sangat lama, sehingga rute Bali-Lombok termasuk salah satu rute dengan waktu tempuh terlama untuk angkutan penyeberangan.

“Soal rencana Pemda memindahkan pelabuhan Lembar, kami tak bisa menjawab. Itu bukan merupakan wewenang kami,” tandasnya. “Kami ini diatur oleh pusat karena kami ini cabang dari pusat. Pelabuhan itu ada yang diatur Pusat, Pemprov, dan Pemkab,” sambungnya. Diberitakan koran ini, Pemda Lobar berencana memindahkan pelabuhan Lembar ke Sokotong untuk memperlancar distribusi barang ke luar pulau.

Bagi Mudjiono, letak pelabuhan yang ada di Lembar sudah pas, walaupun dari segi efisiensi waktu masih sangat panjang hingga 4 jam baru tiba di Bali. Sebenarnya kalau melihat efisiensi waktu bisa pelabuhan itu berada di daerah utara seperti Ampenan yang jarak tempuhnya hanya dua jam saja sampai di Karang Asem atau seperti yang ada di Senggigi hanya sejam.

Lokasi pelabuhan di Lembar saja sebenamya di Indonesia sudah tidak sesuai dengan efisiensi waktu karena termasuk waktu yang paling panjang berada di laut. Paling tidak keberadaan di laut itu kurang dari waktu saat ini. “Namun bila dilihat dari segi amannya, Pelabuhan Lem­bar saat ini letak yang paling aman berada di teluk. Karena keamanan sebuah dermaga seharusnya berada di sekitar daerah teluk,” tandasnya. Keberadaan pelabuhan sangat vital, sebab akan berdampak terhadap kemajuan ekonomi terutama untuk daerah sekitar pelabuhan. Pelabuhan ini mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Dampak langsungnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu dengan terbukanya lapangan pekerjaan bagi mereka sehingga kehidupan mereka bisa menjadi lebih sejahtera. Sedangkan dampak ekonomi yang dirasakan daerah yang memiliki pelabuhan yaitu angka pengangguran menjadi berkurang sehingga produktivitas masyarakatnya menjadi bertambah. Bahkan ia mengatakan bila pelabuhan merupakan titik temunya perekonomian masyarakat. “Pelabuhan tersebut mempercepat perpindahan logistik dari daerah lainnya,” tandasnya.

Sumber: Lombok Post, Kamis 17 Oktober 2013

Aset Dinas Sosial yang Terjual Disita Pemkab Lobar

Mataram-Polemik seputar penjualan rumah Dinas Sosial, salah satu aset Pemkab Lombok Barat (Lobar) di Mataram, berlanjut Kamis (10/10). Itu ditandai dengan langkah tegas diambil Pemkab Lobar dengan menyita rumah yang diduga dijual secara ilegal seharga Rp 300 juta itu. Plang penyitaan halaman rumah areal Perumahan Taman Indah Jalan Ciamis Nomor 11 A itu pun dipasang.

Pemasangan plang itu berlangsung sekitar pukul 14.00 Wita kemarin, dipimpim Kasi Inventaris Kantor Aset Daerah Lobar, H.L Wiryadi, bersama sejumlah jajarannya, dikawal belasan anggota Sat Pol PP.

Tim tanpa mendapat perlawanan dari pemilik rumah, langsung membawa masuk plang warna putih dua kaki tersebut ke halaman rumah.  Hanya butuh waktu sekitar 30 menit, plang bertulis  “Milik Pemda Kab. Lombok Barat” itu terpasang. Di keterangan, hanya tertulis keterangan “Luas : 400 M2”.

Tim yang mendapati rumah dalam keadaan digembok, kemudian digedor. Beberapa saat kemudian,  seorang perempuan berumur sekitar 30 tahun keluar rumah. Wanita yang enggan menyebut identitasnya itu mengaku sebagai anak pemilik rumah, Nyonya Ida.  “Ibu sedang naik haji,” jawabnya singkat.

Wiryadi kemudian  menunjukkan surat tugas pemasangan plang dari Sekda. Wanita tadi mempersilahkan petugas Sat Pol PP memasang plang, namun dengan catatan tidak merusak property di halaman rumah. Setelah plang terpasang, wanita tadi meminta Wiryadi menunjukkan surat tugas penyitaan yang asli. “Saya minta yang asli, bukan fotokopian, untuk kami perlihatkan di pengacara,” mintanya tegas.

Wartawan yang hendak mewawancarai, ditolak. Bahkan untuk sekadar ditanyakan namanya, wanita tadi masuk ke dalam rumah dan bergegas menutup gerbang.

Sementara Wiryadi kepada wartawan mengaku, penyitaan itu atas perintah langsung Sekda, Drs.HM. Uzair. “Kami diperintahkan Sekda untuk mengamankan aset ini, karena status rumah ini adalah Aset,” tegasnya. Mengenai status rumah yang sudah jadi milik orang lain, pihaknya tak menggubris itu. Dengan alasan, dokumen status rumah sebagai aset pemda sudah otentik. Jika pihak pembeli menempuh upaya hukum, dipersilahkannya. “Yang jelas, kami hanya mengamankan aset yang terjual,” ujarnya.

Ditanya mengenai proses hukum atas kasus tersebut yang sedang berlangsung di Kejari Mataram, pihaknya mempersilahkan. ‘’Kalau soal proses hukum itu urusan Kejaksaan, yang pasti dokumen aset ini sudah  jelas,’’ tegasnya.

http://www.suarantb.com/2013/10/11/wilayah/Mataram/detil1.html

TMMD Membantu Masyarakat Desa

GIRI MENANG – Program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) sangat dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat yang bermukim di daerah tertinggal dan terisolir. Bupati Lombok Barat (Lobar) Zaini Arony menyambut baik program TMMD ini dilakukan di wilayah Lombok Barat.

“Kami sangat terbantukan oleh program TMMD ini. Tidak saja dalam membangun secara fisik tapi juga membangun mental dan spritual masyarakat serta asistensi dan advokasi terkait dengan bela negara, kesehatan, pendidikan yang tentunya sangat komprehensif,” tandas Bupati Lobar Zaini Arony disela-sela pembukaan program TMMD di Desa Keru Kecamatan Narmada, kemarin.

Dikatakan, tahun 2012 lalu melalui program TMMD sudah ada sekitar 3,5 kilometer jalan baru dibuka. Dengan dana yang sangat minim, proyek itu hasilnya maksimal. Jika dijadikan proyek pemda tentu akan menelan anggaran miliaran rupiah.

Tahun 2014 mendatang, lanjut Zaini, pihaknya akan menggandeng TNI dalam melakukan program bedah sekolah.

“Jika di pusat ada program bedah rumah, di Lobar akan memulai program bedah sekolah bersama TNI,” katanya.

Dikatakan, bedah sekolah akan dilakukan di sekolah-sekolah di daerah terisolir. Syarat lainnya, sekolah itu memiliki bangunan yang sudah tidak layak. “Nanti pemda akan siapkan anggaran,” katanya.

Pantauan koran ini, pembukaan TMMD ke-91 ini dilakukan dengan apel di Lapangan Umum Narmada. Apel ini dihadiri oleh muspida Lobar, Kapolres Lobar dan Staf Ahli Bidang Manajemen Kodam IX Udayana Letkol Inf Saripudin Jamil.

Dalam acara pembukaan TMMD itu bu­pati bersama pejabat TNI lainnya melakukan penanaman pohon di pinggir lapangan yang dilanjutkan dengan peninjauan lokasi TMMD di Desa Sedau.

“Program TMMD ini akan berlangsung selama 21 hari, kita harap masyarakat mendukung tandas Staf Ahli Bidang Manajemen Kodam IX Udayana Letkol Inf Saripudin Jamil.

Dikatakan, sasaran TMMD saat ini selain memberikan pengarahan kepada masyarakat juga membangun jalan atau pelebaran jalan, talud, dan penyediaan sumber mata air ke masyarakat.

“Kemarin saya kesana tidak bisa papasan kendaraan roda4, nah jalan itu kita lebarkan dan kita berharap dengan TMMD ini bisa membantu masyarakat sekitar untuk mempermudah akses atau jalur ekonomi agar masyarakat sejahtera,” katanya.

Program TMMD ini dikhususkan di daerah tertinggal, terpencil dan terisolasi. Hasil akhir program ini daerah itu tidak akan lagi menjadi daerah yang terisolir.

Sumber: Lombok Post, Kamis 10 Oktober 2013

Baznasda Lobar Dinilai Berhasil

Baznasda Tanggerang Selatan timba Pengalaman Ke Lobar Keberhasilan sistem penghimpunan, pengelolaan dan pentassarufan (pendistribusian) zakat di Lombok Barat yang secara konsisten didorong pengembangannya oleh Bupati Lombok Barat, Dr. H. Zaini Arony mendapat apresiasi tinggi dari Baznasda kota Tanggerang Selatan (Tangsel), propinsi Banten. Karena itu akhir pekan lalu, 16 orang rombongan Baznasda kota Tanggerang Selatan melakukan studi banding ke Baznasda Lombok Barat dan diterima di aula Baznasda Lobar, Lt. I. Masjid Patut patuh Patju. Rombongan diterima Ketua Baznasda Lombok Barat. TGH. Drs. Muchlis Ibrahim, M.Si didampingi Sekretarisnya Drs. TGH. Mahrum, MM. Bendahara H. Fathurrahim, M.Si, Kakandepag. Lobar, Muslim MAG, Kabag Kesra, Mahsun, S.Pd dan pengurus Baznasda lainnya yang sebagian besar dari kalangan Tuan Guru, TGH. Muchlis Ibrahim tidak menampik jika eksistensi dari Basnasda Lombok Barat ini tidak terlepas dari dukungan moral dan material dari Bupati Lombok Barat, H. Zaini Arony yang memiliki komitmen untuk memajukan baznasda Lobar ini dan dihajatkan sebagai lembaga yang kuat dan peduli terhadap keberpihakkannya kepada masyarakat miskin maupun yang berhak menerimanya dan dalam rangka memperkuat dan memberdayakan ekonomi umat maupun pendidikan bagi orang-orang miskin. Menurut Tuan Guru yang mengaku ibundanya juga berasal dari Banten dari silsilah Kyai terkenal Banten KH.Nawawi ini bahwa kepedulian Bupati Lombok Barat terhadap Baznasda ini dibuktikan dengan dibangunnya gedung Baznasda Lombok Barat di bundaran Monumen Lombok Barat Bangkit. Menurutnya, sejak berdirinya Baznasda Lobar tahun 2011 modal awal atau zakat yang berhasil dikumpulkan hanya Rp. 27.500.000 saja. “Namun setelah kita galakkan Baznasda ini melalui pengumpulan zakat profesi bagi bagi PNS secara keseluruhan di Lombok Barat ini, hingga saat ini sudah berhasil dihimpun 6, 327Milyar. Dan kita sudah melaksanakan pula telah mentassarufkan (distribusikan) hingga tahap ketiga ini tidak kurang dari Rp 3,870 milyar,” kata pimpinan Ponpes Al-Islahuddiny, Kediri ini. Ditambahkannya, tassaruf berikutnya dipastikan awal Januari 2014. Tassaruf dilaksanakan sekali 4 bulan atau setahun 3 kali. Tassaruf diarahkan kepada yang berhak menerimanya, termasuk kalangan pondok pesantren, beasiswa kepada pelajar berprestasi dari kalangan tak mampu. Ponpes, fakir miskin, fukara duafa, pedagang bakulan guna menambah modal mereka yang setiap hari bersentuhan langsung dengan masyarakat pedesaan, sehingga bisa lebih dipertajam untuk mengembangkan perekonomian atau ekonomi kerakyatan . Selama pentassarufan dilakukan Baznasda Lobar mengundang masyarakat dan para pejabat daerah agar proses pentassarufan berjalan secara transparan. “Selaku amil kita di satu sisi kaki kanannya di surga disisi lain, kaki kirinya di neraka. Kalau dia pandai sesuai tassaruf sesuai dengan hukum tassaruf, Insya Allah selamat. Kalau menyimpang dari aturan, Allah akan murka, oleh karena itu para pengurus sering kami wanti-wanti agar melakukannya sesuai dengan tuntunan agama. Dan Alhamdulillah juga karena pengurusnya banyak yang berlatarbelakang ponpes,” demikian Tuan Guru, Pimpinan rombongan Dadang Kusnandar, M.Si yang juga Kabag Sosial Setda Tanggerang Selatan maupun Ketua Basnasda Tanggerang Selatan, KH. Drs. Endang Saefudin, MA menyatakan, kunjungannya ke Lobar ingin menimba ilmu, sharing pengalaman tentang pengelolaan zakat di Lobar yang diketahui selama ini cukup berhasil. Ketua Baznasda Tanggerang Selatan, menjelaskan, Basnasda Tangsel ini baru berdiri hampir 4 tahun, bersamaan dengan lahirnya kota Tanggerang Selatan. Pengumpulan zakat, infak dan sadaqah di Tangsel masih belum besar. Di tahun pertama terbentuknya zakat terhimpun hanya Rp. 300 juta, tahun ke II 1,1 milyar, tahun ketiga meningkat menjadi 1,7 milyar dan tahun keempat 2,1 milyar. Dan untuk tahun 2013 ini diprediksikan pencapaiannya hingga 2.6 milyar.

Sumber: Lombok Post, Selasa 8 Oktober 2013

Sterilisasi Lembar Selesai 2014

GIRI MENANG-Hingga kini ASDP Cabang Lembar terus melakukan pembenahan sarana dan prasarana yang ada di Pelabuhan Lembar. Salah satu yang menjadi perhatian ASDP adalah pembenahan areal parkir dan pembangunan food court guna memindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang masih ada di dalam areal pelabuhan.

Hal ini disampaikan Manajer Usaha dan Operasional ASDP Lembar Eko Yulianto saat ditemui di kantornya, kemarin. “Saat ini ASDP sedang mengerjakan pemasangan talud, areal parkir dan food court guna memberi kenyamanan kepada penumpang dan areal pelabuhan akan steril,” ujarnya.

Ditambahkan, pembangunan food court ini diperuntukkan bagi PKL yang sekarang masih berjualan di dalam pelabu­han. Relokasi ini sudah dibicarakan dengan PKL dan tidak ada yang keberatan.

“Sehingga nanti setelah direlokasi tidak ada lagi PKL yang berjualan di dalam areal pelabuhan,” jelasnya.

Eko juga mengungkapkan bahwa relo­kasi PKL ini sudah direncanakan sejak dua tahun lalu namun karena permasalahan di lapangan baru bisa dilaksanakan beberapa waktu dan ditargetkan selesai pada 2014 mendatang.

Terkait wacana pemindahan pelabuhan penyeberangan dari Lembar ke Sekotong yang diangkat pemerintah daerah baru-baru ini, ASDP tidak mau berkomentar.

“Yang berhak memberikan statement terkait itu Operasional Pelabuhan Penyeberangan (OPP). Saya rasa apa yang dilakukan pemerintah pasti yang terbaik,” pungkasnya.

Sumber: Lombok Post, Selasa 8 Oktober 2013

1 33 34 35 36 37 53