Petani rumput laut Dusun Nambung, Buwun Mas, Sekotong, Lombok Barat, NTB makin bergairah mengusahakan budidaya rumput laut yang hampir lima tahun lalu mereka memulai mengusahakannya. Kegairahan ini dipicu oleh semakin membaiknya pasaran rumput laut baik di tingkat local maupun untuk pasar ekspor.
Kecuali itu rumput laut, bagi masyarakat khususnya petani rumput laut di wilayah Nambung dan Buwun Mas secara umum yang sedari dulu dikenal sebagai produsen rumput laut berkualitas, juga kegairahan petani setempat terdongkrak oleh makin meningkatnya kepedulian pemerintah setempat melalui pemberdayaan masyarakat pesisir untuk lebih meningkatkan kesejahteraannya.
Inaq Asmini (35) petani rumput laut setempat juga merasakan ekonominya makin membaik sejak ia dan keluarganya secara bertahap mengusahakan budidaya rumput laut. Baginya bimbingan teknis pengelolaan usaha rumput laut yang didapatkannya melalui kelompok petani rumput laut yang diperolehnya dari instansi pemerintah setempat, sangat membantu bagaimana menanam rumput laut yang sebenarnya guna mendapatkan hasil yang baik dan bisa diterima sesuai keinginan pasar. “Saya juga mendapatkan pengalaman dari teman-teman lainnya maupun pengalaman bertanam rumput laut sendiri untuk mendapatkan hasil yang bagus,” kata Inaq tiga orang anak ini.
Selama mengusahakan rumput laut sebagai komoditi andalan bagi masyarakat pesisir di wilayahnya, Inaq Asmini bersama rekan lainnya, mengaku tidak mengalami kendala yang berarti pada usaha rumput laut ini. Karena di wilayah perairannya lahan untuk itu sangat mendukung budidaya ini. Airnya yang tenang, kalaupun terjadi gelombang, paling gelombang besar dan tinggi hanya terjadi di area yang agak ke tengah saja. Kedalaman laut di bagian pinggir juga paling tinggi sampai ke pinggang orang dewasa. Dan kondisi yang sangat mendukung ini sangat baik dan menentukan hasil kualitas rumput laut itu sendiri.
Menurut petani rumput laut lainnya Sariah (35), untuk jenis rumput laut yang dikembangkan diantaranya jenis local. Jenis ini harga pasaran saat ini sudah mencapai Rp. 6000 per kilogram dan untuk jenis rumput laut Katoni Rp. 7000 per kilogram. Yang menjadi kendala saat ini rata-rata bagi petani rumput laut yakni persoalan modal usaha yang kurang mendukung. Meski ada bantuan modal dari pemerintah hanya sifatnya sesaat dalam arti tidak berkelanjutan. Dan pembagiannya merata bagi setiap anggota kelompok. Setiap anggota kelompok paling banyak mendapatkan permodalan maksimal hingga Rp. 500.000. “Padahal sebetulnya untuk modal yang sebenarnya setidaknya Rp. 1 juta. Modal usaha sebanyak ini dperuntukkan untuk pengadaan bibit, pengadaan tali nilon dan atau rapia ataupun alat-alat panen yang dibutuhkan untuk rumput laut,” katanya.
Sariah berharap, rumput laut yang menjadi tumpuan harapan masyarakat Nambung bisa lebih diperhatikan pemerintah. Selain persoalan bimbingan dan cara pengelolaan yang lebih baik lagi juga pemerintah bisa mengusahakan tambahan modal. (Hernawardi)